7. Pergi
Dayinta POV
"Terima kasih Pak!" Seruku senang, lalu menjabat tangan Pak Wisnu yang terulur.
"Sama-sama Mbak Dayi."
Ini hari pertamaku masuk kerja, dan dengan bermurah hati, Pak Wisnu memperbolehkanku tidak bekerja hari ini saat beliau tahu aku belum memiliki tempat tinggal dan baru tiba di Bali semalam.
Yeah, aku gak punya waktu untuk cari tempat tinggal, dan gak mungkin juga aku stay terus di hotel.
Gosh!
Aku kembali ke hotel untuk merapihkan barang-barangku, setelah itu aku rebahan santai, cari info kost-kostan via Google dan Twitter. Saat asik mencari, aku teringat sesuatu.
Astaga... bego banget aku! Punya temen di Bali kok gak dimanfaatin?? Langsung saja aku membuka aplikasi chat, mencari kontak temanku.
Me:
Woy! Tolongin dong
Saskara Aditya:
Apaan dah lu?
Tiba-tiba
Me:
Gue di Bali tau
Saskara Aditya:
Wiw, ngapain?
Me:
Cariin kostan dong!
Saskara Aditya:
Kostan buat apaan?
Me:
Ya buat tinggal lah
Combro
Saskara Aditya:
Tinggal lo?
Me:
Iye!
Saskara Aditya:
Entar deh
Gue tanya cewek gue dulu
Dia banyak tau soalnya
Deket kampus mau?
Me:
Mana mana lah
Kalo bisa yang murah
Saskara Aditya:
Oke, buat kapan
Me:
Malem ini
Saskara Aditya:
Sinting lu!!
Me:
Seriusan
Saskara Aditya:
Lo seriusan lagi di Bali?
Balik gue kerja ketemu deh!
Me:
Okeee
Di mana?
Saskara Aditya:
Lo di mana?
Nanti gue samperin aja
Aku langsung mengirimkan lokasi terikiniku pada Saka, dan ia hanya membalas dengan emoji jempol.
Seharian kugunakan untuk mencari kostan secara online, biar kalau sama Saka nanti gak dapet, aku udah punya pegangan gitu mau cari kemana, dan biar aku gak lama juga nginep di hotelnya, aku cuma pesen buat 2 malem soalnya. Hehehehe!
***
Aku turun ke lobby saat Saka mengabari kalau ia sudah sampai di hotel, dan begitu bertemu, aku agak pangling, sumpah dia jadi lebih bersih, gak jerawatan lagi, lebih terawat gitu laah dibanding jaman SMA dulu dan entah berapa tahun lamanya aku gak ketemu dia.
"Kenapa lu geleng-geleng?" Tanya Saka ketika aku menghampirinya.
"Beda lo sekarang!!"
"Iya lah, gue kan bermutasi."
"Anjirrr! Personel x-men lu?"
"Hahah makan yuk? Belom makan kan lo?"
"Yok!" Kuterima ajakan itu karena gak tahu kenapa mendadak pengin ngobrol banyak sama dia.
Saka lalu berjalan duluan, bukan ke luar hotel tapi malah ke lift.
"Ngapain?"
"Motor gue di parkiran bawah, kita naek motor aja." Katanya, aku langsung mengangguk mengerti dan mengikutinya.
Di parkiran, Saka memberikanku sebuah helm Bogo berwarna kuning, lalu ia pun memakai helmnya yang berwarna biru.
"Makan apa? Nasi campur mau?" Tawarnya.
"Boleh, apa aja lah."
Saka mengangguk, ia sudah bersiap di atas vespa berwarna biru ini, aku langsung naik ke boncengannya dan ia pun menjalankan motor ini keluar dari parkiran, menuju warung penjual nasi campur yang... Gak tau deh, aku belum hafal jalan.
"Gimana, gimana?" Tanya Saka saat kami mulai makan.
"Gimana apanya?"
"Iya, lo kerja di mana? Biar cewek gue rekomen kostan yang deket-deket aja."
Aku mengangguk mengerti, jadi langsung saja kuceritakan soal kantor baruku, jam kerjanya dan lain sebagainya biar Saka makin ngerti.
"Itu mah deket kostan gue dong!" Serunya.
"Emang lo kerja deket situ juga?"
Saka mengangguk sambil mengunyah makanannya.
"Deket kostan lo ada yang kosong gak? Biar gue tenang gitu. Biar besok beneran bisa langsung kerja." Kataku.
"Emm, gak tau dah ada yang kosong apa enggaknya. Mau ke kostan gue dulu aja apa?"
"Barang gue?"
"Bawa aja, simpen kostan gue, paitnya gini, kalo lo malem ini gak dapet kostan kan lo bisa titip barang di gue, daripada extend hotel. Gue mah gampang, nginep di kost cewek gue juga bisa."
Aku mengangguk.
"Cewek lo ngambek gak?"
"Hah? Ngambek kenapa?"
"Iya, gue naro barang di kostan elu."
"Yailah, si Icha mah santai, entar lo kenalan dah sama dia. Tapi semoga aja ada kamar kosong di kost gue biar lo langsung ada tempat tinggal."
"Amin, daah!" Kataku sambil melanjutkan makan.
Setelah makan selesai, Saka menyarankan untuk mengambil barang-barangku, memindahkan ke tempatnya. Aku sih ya nurut-nurut aja, bingung juga soalnya besok ini barang bakal di kemanain.
"Lo mau ikut masuk apa nunggu?" Tanyaku saat kami sudah ada di parkiran hotel.
"Barang lo banyak gak?"
"Emang kenapa?"
"Iya lo bisa bawa sendiri apa perlu gue bantu?"
"Dua koper doangan sih, gue bisa bawanya tapi kalo lo mau bantu yaa boleeh."
"Yaudah deh ayok, gue ikut!"
Saka turun dari vespanya, kami berjalan beriringan menuju kamarku yang berada di lantai tiga. Entah lah ya, aku mendadak merasa hidupku baik loh, mungkin karena Saka gak nanya-nanya kenapa aku mendadak ada di Bali atau lain sebagainya. Padahal aku tahu, dua minggu yang lalu dia pulang, dan aku tahu salah satu alasan dia pulang itu buat apa. Tapi, dengan dia yang ada di sini, bersedia membantu tanpa nanya apa-apa, itu bener-bener bikin aku ngerasa punya kehidupan lain yang layak dijalani.
"Segini doang?" Tanya Saka ketika aku selesai menutup koperku.
"Sama ransel satu, bentar gue beresin yang di kamar mandi dulu." Kataku, Saka menyautinya dengan anggukan, ku lihat ia berjalan menuju balkon kamar yang kecil.
Di kamar mandi, aku merapikan alat mandiku, skincare dan lainnya juga masuk ke pouch kecil yang tersedia. Kembali ke dalam kamar, kemasukan dua pouch tersebut ke dalam ransel.
"Beres, Sak!" Seruku. Saka ternyata sedang merokok di balkon. Ia menoleh, terlihat ia mematikan rokoknya, berjalan masuk lalu membuang sisa rokoknya ke tong sampah kecil di bawah meja.
"Udah?" Tanyanya, aku mengangguk.
"Yaudah, yokk!" Ia berjalan mendekat, mengambil ransel dariku, memakainya meskipun ia sudah memakai tas selempang di tubuhnya. Lalu, ia juga menarik satu koperku, yang paling besar.
Sambil memerhatikan Saka yang berjalan duluan, kayaknya aku tahu, kenapa Saka pas SMA dulu mantannya banyak, padahal dia gak cakep-cakep banget. Hehehehe! Saka baik ternyata.
Selesai aku check-out, kami langsung menuju ke parkiran.
"Bisa Sak? Bawa barang banyak gini di motor lo?" Tanyaku, baru sadar.
"Oh iyaa, hahahahha gak kepikiran gue."
"Jeeeh, gimana? Gue panggil taxi aja apa?"
"Kasian dong lo sendiri."
"Ya terus mau gimana?"
"Yaudah deh iya, taksi aja, entar lo ikutin gue ya?"
Aku mengangguk. Deuh si Saka, ternyata oon-nya masih ada aja.
*****
Aku syok pas masuk kamarnya Saka, buset ini kamar gak pernah ada di bayangan aku deh. Asli, kenapa kamarnya Saka kece parah sih?
"Ini kostan lo berapa sebulan?" Tanyaku langsung, gak mungkin murah sih untuk kost se-kece ini.
"Yaaa standar harga kost di sini aja sih." Jawabnya santai. Aku langsung geleng-geleng kepala, gak percaya. Pasti mahal nih.
"Mahal ya?"
"Kalo mau ya yang di lantai satu aja, harganya standar." Ucap Saka kalem.
"Yaudah, yuk!"
"Yuk kemana?"
"Ya tanya kamar kost lain laah, Saskara Aditya!!" Seruku.
"Oh iya, iya, siaap, yukkkk Dayinta!"
Meninggalkan barang-barangku di kamar Saka, ia mengajakku ke lantai satu, ke bagian belakang bangunan yang ternyata ada pondok kecil yang terpisah.
"Permisi!" Seru Saka di depan pintu pondok mungil yang terlihat nyaman ini.
"Iyaaa?" Terdengar sahutan dari dalam dan tak lama kemudian seorang pria setengah baya keluar dari pondok ini.
"Mas Saka, apa kabar mas?"
"Baik Jik. Mau tanya dong Jik."
"Oh iya Mas, ada apa? Ada perlu apa?"
"Ini temen saya, Dayinta, kenalin dulu."
Aku langsung mengulurkan tangan.
"Dayinta, Pak."
"Angga, panggil aja Ajik." Ucapnya lembut.
"Oh, iya, Ajik." Kataku.
"Ini Jik, Dayinta nyari kostan. Di dalem ada kamar kosong gak nih? Lantai satu aja katanya." Saka menjelaskan maksud kedatangan kami.
"Waduu, baru aja kemarin lusa ditempati, penuh kalau sekarang Mas, Mbak."
Aku langsung cemberut, padahal aku naksir banget sama tempat ini.
Kost ini hanya dua lantai. Dari luar yang terlihat cuma tembok dengan jendela, tapi begitu masuk, bangunan berbentuk huruf U ini terlihat tenang. Halaman tengahnya terbagi dua, satu yang di plester untuk parkiran, satu yang dibiarkan ditumbuhi rumput untuk zona hijau. Lalu, di belakang, atau bisa dibilang di samping, ada pondok kecil milik Ajik Angga ini.
Teduh. Nyaman. Kece.
Itu kesan pertamaku tentang kostan ini. Dan lagi, lokasinya gak jauh dari kantorku.
"Yaudah Jik, matur suksme yaa!" Ucap Saka.
"Suksme mewali!"
"Kalau ada yang kosong langsung kabarin Saka ya, Jik. Saya mau ngekost di sini." Kataku.
"Ngihh, Mbak."
Kami berbalik, berjalan santai naik kembali ke lantai dua bagian pojok, tempat kamarnya Saka berada.
"Mau cari tempat lain?" Tanya Saka sambil membuka pintu kamarnya, mempersilahkan aku masuk.
"Gue ada beberapa list sih, cuma liat kost lo ini, kaya pengin di sini hahahaha! Sial tapi gak dapet kamar yang available."
"Jadi lo maunya gimana, Dayinta? Malem ini mau berburu kostan atau lo mau stay di kamar gue?"
Aku diam, memandangi lagi kamar kost Saka yang super nyaman ini.
Mungkin karena dapet kamar yang di pojok kali ya? Kamarnya jadi luas, terus penataan barang-barangnya pas. Saka bahkan gak punya lemari lho, dia pake gantungan yang artistik gitu, yang suka ada di instagram-instagam, dan aku yakin pakaiannya yang lain terlipat rapi di laci yang atasnya ada skincare khusus cowok.
Yak, Saka sekarang terawat banget aseli. Beda banget sama jaman SMA dulu.
"Oyyy??!!" Seru Saka saat aku tak kunjung menjawab.
"Malem gini masih bisa cari kostan?"
"Tau gak? Gue dapet kost ini aja jam 1 malem."
"Serius?"
"Iya!"
"Yaudah kalau gitu istirahat bentar, baru kita keluar yaa?"
Saka tersenyum manis lalu mengangguk. Aku membalas senyumnya.
Yeah, malam ini, perburuan kostan di mulai. Semoga deh ya, dapet yang sebagus kost Saka. Amin.
****
TBC
Thanks for reading, don't forget to leave a comment and vote this chapter xoxo
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top