22. Maaf
DAYINTA
Ulang tahun salah satu kepala Department membuatku dan Satria ada di tempat ini, sebuah rumah resto yang sepertinya lebih menjurus ke arah Bar sih, hehehe.
"Yaang, aku ketemu Pak Tama dulu ya?" Ujar Satria.
"Sip, aku juga mau cari Vira." Yeah, acara kantor, meskipun orang-orang sudah banyak yang tahu kalau kami pacaran, rasanya masih kurang nyaman kalau berduaan mulu. Mending aku nyari temen ngobrol.
Mengambil minuman yang tersedia di meja bar, aku mengedarkan pandangan, mencari Vira namun dia tak terlihat, jadi aku mencari ke bagian outdoor, dan ternyata dia ada, yang bikin kaget, dia merokok.
"Hay Vir, kenapa sendiri?" Tanyaku ketika berada di dekatnya.
"Pusing, Yi. Mau kawin tuh stress ya?" Ujarnya.
Aku yang punya pengalaman mengurus pernikahan hanya bisa mengangguk. Yeah, capek tenaga, capek batin. Belom mental yang teruji, karena gak ngerti kenapa, kayak banyak aja gitu masalahnya. Takut duit kurang lah, dekor udah sesuai apa belum, terus catering cukup apa engga, tamu undangan ada yang kelewatan apa engga? Pusing lah.
"Lo kenapa? Bawa santai aja Vir, katanya kan emang kalau mau nikah ada aja masalahnya."
"Keluarga cowok gue, tiba-tiba pengin terlibat. Cowok gue menolak gitu, gak mau keluarganya ikut campur... kayak yang gue bilang, dari dulu dia emang gak akur sama keluarganya, pernah ada masalah sampe dia tuh diusir dan udah dicoret lah dari keluarga, jadi dia gak anggep keluarganya lagi, pun sebaliknya. Tapi sekarang denger kita mau nikah, keluarganya dateng, pengin merayakan sama-sama, cowok gue nolak mentah-mentah, sedangkan gue sih oke aja nerima, toh anggep aja memperbaiki kembali hubungan." Jelas Vira panjang sambil sesekali menghembuskan asap rokok ke udara.
"Cowok lo kenapa nolak? Kan itu keluarganya sendiri?" Tanyaku, sambil menyesap minuman yang ada di gelas yang kupegang ini.
"Hemm, gimana ya? Dia pernah difitnah sama Iparnya gitu, dituduh ambil duit dari bisnis Papanya, dia emang ambil uang, tapi gak sebanyak yang dituduhkan, dan ada rincian laporannya duit yang dia ambil itu buat apa. Tapi karena cowok gue dulu masih muda, dia kalah karena iparnya lebih jago ngomong. Cowok gue diusir, bisnis yang dulu lagi dia rintis dihancurin, lanjut kuliah pakai duit sendiri, tinggal nebeng di temen, gitu-gitu lah."
Aku mengangguk. Ngerti sih sakit hatinya semana. Apalagi cowok kan ya? Gengsinya tinggi banget. Jadi kalau menerima kembali keluarganya nanti disangka lemah. Tapi... ini keluarga lohh, dan pertengkaran dalam keluarga itu bukan sebuah perang yang harus kita menangkan.
Aku gitu sama Bunda, love-hate relationship parah. Sematre apapun Bunda, aku tetep sayang, sekalipun kadang pikirannya suka di luar batas.
"Terus sekarang gimana?"
"Gue bingung, cowok gue maunya sesuai rencana, nikah di kampung gue. Tapi keluarganya minta gue bujuk dia biar keluarganya bisa terlibat. Gue pengin bujuk dia, tapi takut dia gerah nanti malah gak jadi dinikahin lagi guenya. Tapi kalau gak bujuk, keluarganya makin mikir gue gak baik. Parah lah, gue serba salah Yi!"
Aku diam, membiarkan Vira asik dengan rokoknya. Buset yaa, masalah orang ada-ada aja ternyata.
"Keluarganya mau terlibat tuh gimana? Ikut ke kampung lo?"
"Kaga! Minta dirayain di Jakarta, undang semua kenalan gitu."
"Yee, kalau gitu sih judulnya seenaknya dong? Masa dateng-dateng mau monopoli acara pernikahan orang?" Aku jadi kebawa emosi.
"Nah iya, gue udah bilang ke Papanya, udah ikut aja di kampung, eh dia malah ngatain gue cewek kampung yang gak ngerti kehidupan orang kaya. Yaudah sih, emang kenapa ya kalau di kampung? Di sana juga ada lapangan, cukup lah kalo lu mau undang 5000 orang."
Aku mengangguk.
"Ngapain Day?" Aku menoleh, ada Saka di sini. Lha? Kok bisa? Bukannya katanya resto ini udah dipesen sama Pak Tama ya?
"Hay Saka!" Seru Vira, ia terlihat girang dengan datangnya Saka.
"Lo ngapain Sak?" Aku balik bertanya.
"Nih, si Vira minta gue dateng. Kalian kenal?" Tanya Saka.
Aku mengangguk.
Lha? Ini gimana? Katanya Vira mau nikah? Kok malah ke sini minta temenin Saka sih? Pacarnya mana?
"Iyaa, gue minta Saka dateng Yi, abis Saka anaknya asik diajak ngobrol, dia suka kasih nasihat-nasihat baik gitu. Mumpung ada open bar, ya gue manfaatin lah, biar minum gratis." Jelas Vira, membuatku mengerti. Yaudah bagus lah kalau cuma buat ngobrol doang, awas aja kalau si Vira pakek selingkuh segala!
"Yi?" Aku menoleh, kaget mendengar suara itu, dan untungnya Saka yang berada di dekatku langsung bergerak seolah melindungi, ia meletakkan tangannya di bahuku.
"Ngapain lo bisa ada di sini?" Tanya Saka.
"Bukan urusan lo, ya!" Seru Lintang.
"Eh ini kenapa?" Vira ikut menyahut, mungkin ia bisa merasakan suasana yang mendadak tegang.
"Lintang kamu ngapain di sini?" Tambahan lagi, Satria datang mendekat. Pusing udah lah aku.
"Ihh? Gue ke dalem ya, Sak, gue tunggu di bar!" Seru Vira, lalu ia pun berlari kecil masuk ke dalam resto.
"Kamu ngapain di sini? Kan saya udah bilang, diem di apartment! Jagain Sosa!" Seru Satria.
Eh? Jadi Sosa dan Lintang ada di Bali? Kok Satria gak bilang?
"Heh! Gue bukan pengasuh adek lo ya!"
"Emang bukan, lo kan suaminya! Udah kewajiban lo jagain istri!" Saka menyahuti, dan Satria mengangguk mendengar itu.
"Kalian kenapa sih? Ribet banget! Gue mau ketemu Ayi!"
Aku diam, benar-benar tidak bisa bersuara karena... aku gak tahu harus apa. Gosh!
"Yi gimana, kamu udah hamil belum?" Tanya Lintang, membuat tubuhku menegang. Aku melirik Satria, dan wajahnya langsung berubah syok ketika mendengar pertanyaan Lintang tersebut.
"Maksudnya apaan Yi? Bukannya kamu bilang kamu udah gak ada hubungan sama Lintang?" Tanya Satria.
Aku mau pingsan rasanya.
"Yi, lo ngobrol sama pacar lo! Elu, Tang, yok ikut gue, kita minum!" Saka melepaskan rangkulannya dari bahuku, ia mendekati Lintang, menarik paksa lalu keduanya pun keluar dari sini.
"Jadi bener apa yang Sosa bilang, kamu masih hubungan sama Lintang. Terus kita pacaran maksudnya apa Yi?" Tanya Satria.
Aku masih belum bersuara. Gak bisa ngomong lebih tepatnya. Jadi aku hanya memandangi Satria dengan tatapan putus asa, berharap ia mengerti posisiku.
"Kita ke apartment aku aja, biar ngobrolnya lebih enak."
Aku tetap diam ketika Satria membawaku ke parkiran, dan masuk ke mobilnya. Sebenarnya aku ingin menolak, gak mau di apartmentnya karena pasti ada Sosa di sana. Tapi... mulutku gak sanggup berbicara.
Sekian menit di jalan, kami sampai di basement sebuah apartment. Aku bahkan masih terpatung ketika Satria membukakan pintu mobil lalu menarikku keluar, berjalan menuju unit apartmentnya.
"Coba jelasin, maksud kamu tuh apa? Karena aku masih yakin, kamu gak sejahat itu." Ucap Satria, ia masih mampu menjaga emosinya tetap stabil. Sementara aku hanya bisa bersandar di sofa, menatapnya dengan tatapan kosong, bingung harus bagaimana.
Apakah aku jujur saja?
"Ayi?" Satria memanggilku, membuatku fokus.
"Maaf." Itu kata yang pertama keluar dari mulutku.
"Maaf kenapa?"
"Aku gak tahu harus bilang apa." Kataku jujur.
"Kamu beneran ada hubungan sama Lintang? Sampe dia nanya kamu hamil apa engga?"
"Hampir tiga bulan lalu, pas kita belum kenal, kamu belum pindah ke sini, dia tiba-tiba dateng ke kostan, dan itu cuma sekali kok." Udah lah, jujur aja, terserah deh hasilnya gimana.
"Bukan cuma masalah sekali, Yi. Kamu tahu kan statusnya Lintang itu suami orang?"
Aku diam, entah kenapa aku merasa seperti disidang saat ini.
Satria diam, aku yang memang udah gak tau mau ngomong apa cuma bisa menatap kosong ke arah Satria yang terlihat marah, kecewa dan entah apa lagi, raut mukanya sangat tidak santai.
"Terus kita nih apa? Kenapa kamu mau pas aku ajak pacaran?"
Kutarik napas panjang saat mendengar pertanyaan itu terlontar dari Satria. Ya Tuhan, capek banget kudu jelasin mulu.
"Ya pacaran, aku serius suka sama kamu. Gak ada agenda lain, cuma pengin jalanin hidup aja."
"Terus kamu sama Lintang?" Tanyanya.
"Pembelaan aku, kita sama-sama punya cerita bersama di masa lalu yang gak bisa dihilangkan gitu aja kan? Tapi tetep, mau gimanapun aku salah, aku tahu aku salah, makanya aku memutuskan untuk kembali mengabaikan Lintang meskipun dia sering ganggu aku. Dan satu lagi pembelaan aku, pas aku sama Lintang itu... aku belum kenal kamu." Jelasku tak karuan, sumpah, aku gak tahu aku ngomong apaan itu.
Satria diam, tidak menimpali ucapanku, wajahnya masih terlihat marah.
"Kamu tahu? Awalnya aku pikir kita sama." Ujar Satria dengan suara yang pelan.
"Maksudnya?"
"Yeah, kayak kamu, aku pernah ada di posisi ditinggalin sama pasangan."
Aku diam, ingin mengorek tentang kisahnya Satria, tapi takut pembahasan jadi kemana-mana, dan aku juga gak mau berlomba siapa yang ceritanya paling ngenes. Males.
Ketika Satria akan membuka suara lagi, kami serempak menoleh, ada suara pintu terbuka, dan kurasakan tubuhku makin menegang saat Sosa muncul.
"Kakak ngapain? Kok sama dia?" Aku menelan ludah mendengar itu. Yeah, aku heran, Sosa harusnya gak punya alasan untuk gak suka sama aku, dan lagi... kenapa harus se-gak sopan itu sih nada suaranya?
"Aku lagi ngobrol."
"Lintang mana?" Tanyanya.
"Gak tahu, dia keluar."
"Pasti gara-gara dia kan?" Ia menunjukku. Ya ampun, kenapa beda banget ya kakak adek ini? Satria orangnya sangat sopan, tapi Sosa begini banget.
"Dek, kamu tenang dulu coba." Satria bangkit ia menarik Sosa untuk duduk di sampingnya.
"Katanya Kakak mau putusin dia, kenapa dia dibawa ke sini sih?"
"Aku penasaran, kenapa sih kamu gak suka sama aku?" Tanyaku pada Sosa, kesal juga telingaku mendengar suaranya yang menyebalkan.
"Kamu tuh parasit tau gak di rumah tangga aku!! Satu tahun nikah, tapi mas Lintang selalu sibuk mikirin kamu."
"Dan itu salah aku? Aku yang salah karena Lintang mikirin aku? Heh anak kecil! Aku gak pernah ya ganggu rumah tangga kalian. Kapan aku dateng terus acak-acak hubungan kalian? Aku pergi jauh dari kalian, tapi sekarang kalian berdua yang ada di sini! Kalian yang bikin gara-gara!" Aku sudah tidak bisa mengontrol diriku. Dari dulu, dari sejak hari pertama aku tahu kalau hubunganku dengan Lintang gak bisa lanjut, ingin sekali aku memaki-maki Sosa.
"Yi? Sabar dulu, kamu jangan marah-marah dulu." Ucap Satria tenang.
"Iya nih, ngaco aja, masa lebih galakan pelakor sih?"
Aku makin marah mendengar itu.
"Hah? Pelakor? Aku pelakor? Sinting kali ya! Kamu tuh yang dari awal gak tahu diri! Kalau kamu bisa jaga kelamin kamu! Gak bakal mungkin kan kamu hamil anaknya Lintang? Kamu ngancurin hidup semuanya!" Seruku marah.
"Oke Ayi, stop! Kamu gak bisa nyalahin yang udah lewat."
"Tapi kan emang bener! Dia yang bikin semuanya berantakan. Aku sama Lintang udah ngurus pernikahan impian kita. Terus dia dateng kaya dajjal ngancurin semuanya. Lintang gak pernah ninggalin aku, aku yang ninggalin dia karena ngalah buat anak di oerut kamu! Padahal bisa aja aku jahat dan setuju sama semua rencana mamanya Lintang! Toh aku didukung sama semuanya. Tapi gak kan? Aku gak gitu! Kamu sebut aku pelakor padahal kamu yang dari awal ngancurin hubunganku sama Lintang!" Aku sudah tidak menahan ucapanku sekarang, bodo amat liat Sosa nangis di depanku. Dia gak tahu aja ratusan malam lalu, aku yang nangis karena harus mundur dari pernikahanku sendiri.
"Ayi stop!" Ucap Satria terdengar tegas, ia seperti marah aku membuat adiknya menangis.
"Saka bener, gak seharusnya aku buka hati buat kamu, karena kamu terlalu dekat dengan masa lalu aku. Kamu, Sosa, Lintang, kalian tuh lingkaran setan buat aku! Sorry! Sebelum kamu putusin aku sesuai keinginan adik kamu yang manja ini, aku yang minta putus duluan!"
"Ayi jangan gitu, kita kan belum ngobrol." Suara Satria melunak.
"Gak perlu ngobrol. Kamu selamanya akan bela adik kamu. Sedangkan aku akan selamanya jadi orang luar. Hubungan kita gak punya masa depan Satria, karena... kayaknya aku bisa gila punya ipar orang yang menghancurkan hidup aku."
"Yi, jangan pergi!" Seru Satria, namun ia tidak menghentikanku ketika aku menyambar tasku yang tergeletak di sofa, lalu berjalan keluar meninggalkan apartment tersebut.
Gosh! Tadi di partynya Pak Tama aku minum apa sih? Kenapa ngomongnya jadi gak karuan begitu.
Biarin lah~
*****
TBC
Thanks for reading
Don't forget to leave a comment and vote this chapter xoxoxo
Ps: double update yeaay, seneng gak??
***
Yuk jangan lupa mampir ke Apps/Play Store buat yang mau baca kisah-kisah ini
***
Ini juga ada di Dreame yaaa
GRATISSSSSS
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top