20. Tentang Sosa

DAYINTA

"Sosa marah sama aku," Satria membuka ceritanya, aku menahan diri untuk tetap menjaga ekspresiku ketika mendengar nama itu disebut.

"Marah? Marah kenapa?"

"Karena kita pacaran."

Aku diam, menarik napas panjang karena bingung harus merespon seperti apa. Well, aku juga gak suka sama Sosa, tapi kan yang aku pacarin kakaknya ya? Jadi apa urusannya sama dia.

"Dia tahu dari mana? Kamu cerita?" Tanyaku.

Satria mengangguk. "Aku sama Sosa dari dulu saling gak punya rahasia, kami selalu terbuka dan udah biasa berbagi cerita apapun itu." Jelasnya.

"Terus?"

"Gak tahu, dia tiba-tiba marah pas aku cerita."

"Sosa marah karena kita pacaran? Terus dia maunya gimana?"

Satria menatapku, ia terlihat bingung.

"Aku suka sama kamu, kamu anaknya asik Yi. Selama kita deket kamu juga perhatian. Dan aku seneng kita pacaran."

Aku diam, gak mau buka suara. Gak mau marah-marah soal Sosa, ataupun mempertahankan posisiku.

"Tapi aku ngeri kondisinya Sosa makin parah kalau dia kubiarin marah gini."

Aku teralihkan mendengar kalimat barusan,

"Emang kondisinya Sosa tuh gimana sih?" Ini aku beneran penasaran, aku emang gak suka sama dia karena ia menghancurkan rencana masa depanku, tapi kalau begini mah kan urusannya udah masalah hati nurani ke sesama manusia kan ya?

Satria menatapku dengan wajah sedih, aku jadi menariknya, agar ia duduk di kasur bersamaku.

"Cerita aja, aku gak apa-apa."

"Aku sama Sosa tuh deket, deket banget. Umur kita lumayan jauh, dan aku tuh emang pengin punya adik kan, jadi pas dia ada tuh beneran sayang banget sama dia. Sampai dia gede, dan aku jatohnya malah posesif.

"Aku selalu nuntut Sosa untuk cerita semua tentang hidupnya ke aku, padahal itu bukan bonding yang tepat. Intinya Sosa jadi cuma cerita yang baik-baik aja karena dia gak mau aku bereaksi berlebihan.

"Sampai pas Sosa SMA, dia punya pacar, aku ketemu sama cowoknya dan bisa dibilang baik lah. Cowok ini sopan, dan dari keluarga yang baik-baik. Jadi aku mikir, Sosa aman deh pacaran sama cowok ini.

"Yang aku gak tahu, ternyata cowok ini abusive parah, dan Sosa nutupin itu semua karena yang aku dan keluarga tahu, cowok ini tuh baik-baik banget. Sampe akhirnya, aku mergokin Sosa minum cairan pemutih pakaian. Dia stress

"Aku sadar selama ini aku salah, jadi aku mencoba lagi pendekatan ke Sosa, lebih ke pendekatan emosi biar dia mau terbuka.

"Aku mulai gak menuntut Sosa untuk cerita, tapi aku yang bercerita ke dia, tentang hidupku, tentang kuliah, tentang semua deh."

Aku diam mendengarkan cerita Satria. Bingung mau respon apa karena tingkat stress orang kan beda-beda, dan respon orang dalam menghadapi masalah juga beda-beda.

Sosa bisa stress karena cowoknya abusive. Padahal kalau mau diremehin ya bisa 'Alah tinggal putus doang, lebay amat lu sampe minum bayclean segala!' tapi ya aku gak bisa gitu karena balik lagi... orang beda-beda.

"Sosa mulai terbuka setelah aku terbuka soal hidupku. Aku mulai bisa menenangkannya. Dia juga perlahan bisa ninggalin cowok itu, karena selama ini Sosa mikir cuma dia yang sayang sama Sosa. Aku terlalu sibuk sama urusanku dan tiap ke Sosa selalu nanya 'Aman dek?' yang malah mengisyaratkan kalau aku menuntut hidupnya harus baik terus, dan orangtua kami yang sibuk. Sosa merasa sendiri dan cowok ini yang ada buat dia, meskipun itu cowok toxic parah."

Aku menelan ludah, masih mendengarkan cerita Satria sementara ia sendiri wajahnya masih terlihat sangat sedih.

"Sosa baik setelah itu, dia juga masuk dunia perkuliahan, mulai belajar banyak hal, tahu kalau patah hati itu sepaket sama jatuh hati. Dan dia gak trauma. Dia mau jalin hubungan sama orang lain, dan gak stress saat hubungan itu gagal."

Aku sedikit tersenyum, tahu kalau ada orang yang sudah down lalu bangkit kembali tuh ikut bangga, karena bisa melewati setiap step kehidupan adalah sebuah pencapaian yang baik menurutku.

"Maaf ya aku cerita banyak soal Sosa, padahal aku tahu, dia punya peran gak baik di hidup kamu."

"Yap, tapi situasi sekarang kan dia adeknya kamu, kamu sendiri pacar aku, masa aku harus langsung bilang gak suka sama Sosa sedangkan kamu adalah kakak yang sayang adek?"

"Makasi, mau menempatkan diri seperti itu."

Aku mengangguk.

"Soal Sosa yang marah karena kita pacaran. Dia takut kalau kamu cuma mau sakitin aku doang. Dia pikir kamu yang deketin aku, padahal kan sebaliknya ya?"

Aku tersenyum merespon ini.

"Dia juga bilang, kalau kamu masih punya hubungan sama Lintang,"

Aku menggeleng untuk hal ini, yeah, aku gak pernah membalas sekalipun chatnya Lintang,

"Aku mau tanya, hubungan Lintang sama Sosa tuh gimana sih?" Tanyaku.

"Aku sih sebenernya gak masalah kalau Sosa sama Lintang cerai." Ujar Satria, bikin aku kaget.

"Kenapa sih? Situasi kalian semua tuh gimana? Aku gak ngerti."

"Yeah, karena kamu jadi pihak yang paling dirugikan. Tapi kayak yang aku bilang waktu itu, kalian semua menjalani hidup yang tidak kalian inginkan."

Aku diam, menggali memoriku soal ucapan Satria yang itu, dan... yaa, aku ingat.

"Setelah nikah, Sosa diajak tinggal di rumah Lintang, bukan rumah orangtuanya."

Aku mengangguk, aku tahu sekali rumah itu. Aku yang merapihkannya!

"Tapi Lintang gak pernah pulang ke rumah itu, dia pulang ke rumah orang tuanya. Ibuku yang tiap hari dateng, cek kondisi Sosa, bawain makanan, bawain buku. Gitu-gitu lah, sementara Lintang sendiri bisa dibilang dateng cuma buat... ya gitulah, kamu mungkin ngerti."

Apa? Buat apa? Kenapa aku dikira bakal ngerti?

"Apaan?" Tanyaku.

"Aku gak sanggup ngomongnya,"

"Tar..." Kataku, sambil mikir, lah anjir masa iya Lintang datengin Sosa cuma buat ML? Bukannya kalo lagi hamil muda agak riskan ya?

Well, tapi pasti gak apa-apa deng, buktinya sekarang anaknya udah lahir kan ya? Tapi tetep aja, kacau banget Lintang kalau memperlakukan istrinya seperti itu.

"Gila juga Lintang!" Seruku kesal.

"Aku udah bilang ke Sosa, kalau dia mau mundur dari pernikahan itu ya gak apa-apa, apalagi kalau itu malah bikin mentalnya sehat lagi. Tapi Sosa maunya tetep bertahan, dia kayak punya keyakinan suatu hari nanti Lintang bakal berubah.

"Dan, aku pun awalnya mikir itu hak kamu kalau masih mau punya hubungan sama Lintang, karena pisahnya kalian berdua kan bukan kalian yang mau. Tapi kalau dilihat dari sisinya Lintang, harusnya dia gak bisa terus jalin hubungan sama kamu, karena dia kan udah nikah ya?"

"Aku gak berhubungan sama Lintang, dia sering text aku, telefon, tapi aku gak pernah bales, gak pernah angkat. Aku pernah nangisin dia, bener-bener down karena dia, tapi aku udah keluar dari fase itu." Jelasku.

"Aku percaya Yi sama kamu."

Aku mengangguk.

Menarik napas panjang, aku mendekat dan memeluk Satria, entah untuk alasan apa, tapi yang jelas aku pengin peluk aja gitu, bingung sama hubungan ini.

"Terus kita gimana? Sosa marah kita pacaran, kamu udah jelasin apa sama dia?" Tanyaku,

Satria menarik diri dari pelukanku, ia menatapku lembut. Aku tersenyum, berniat mendekatkan diri ke wajahnya, baru akan melakukan itu, eh terdengar ketukan di pintu kamar.

Shit!

Menarik napas panjang, aku beranjak dari kasur, sekilas sempat melihat Satria tersenyum.

"Kenapa lo?" Tanyaku saat membuka pintu, ada Saka di sana.

"Dih? Jutek amat? Ohhhhh~" Aku tahu, Saka pasti sudah melihat Satria yang duduk memunggunginya.

"Kenapa?"

"Punya batre AAA gak? Beli di warung gak ada, males kalau nyari yang agak jauhan."

Aku mengangguk, lalu berbalik, membuka laci lalu mengambil satu bungkus baterai AAA yang isinya tiga.

"Nih!"

"Boleh semua?"

Aku mengangguk.

"Sorry ya? Gue gak menggangu hal yang iya-iya kan? Ehehehe, lo cepet bukain pintunya, masih pakek baju juga!"

"Berisik! Udah sana!"

"Hehehe, oke okee, makasi yaa Ceu!" Saka langsung ngacir, kaget juga aku, sejak kapan dia manggil Ceu-ceu-an?

Menutup pintu, kali ini menguncinya, aku balik lagi ke posisi dudukku awal.

"Maaf yaa, itu anak emang begitu suka gangguin." Kataku, Satria hanya tersenyum.

"Kamu deket banget ya sama Saka?"

"Dia temen sebangkuku di SMA, 3 tahun sebangku terus sama dia. Dan ya, deket sahabatan." Jawabku.

Satria diam, senyum tetap mengembang di wajahnya. Dan tiba-tiba, kepalaku sibuk bertanya. Satria nih keliatannya anaknya lurus-lurus aja gitu, hemm, dia mau gak ya kalau aku minta dia nginep?

Dan, gimana bilangnya?
Dooohhh kaku banget nih, kayak orang baru pacaran.

Eh, emang baru pacaran deng.

Hahahaha!!!

******

TBC

Thanks for reading
Don't forget to leave a comment and vote this chapter xoxoxo

Ps: maaf yaa kemarin mid-season gak bilang2, besok insya Allah normal lagi update tiap malem sehari satu yaa xx

Pss: masih pada mantengin kan kalian? Heheheh kalian tim siapa? Lintang? Satria atau Saskara??

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top