12. Tante
DAYINTA
Lagi-lagi Saka, asli aku gak ngerti apa jadinya hidupku di Bali kalau gak ada Saka. Untung, anaknya mauan aja dimintain anter, temenin ke sini, ke situ. Baik banget lah.
"Icha mana sih? Kenapa gak ikutan?" Malam minggu ini, aku mengajak Icha dan Saka untuk nonton film, Saka sih hayu terus, tapi Icha gak tahu deh.
"Dia udah ada janji duluan sama temennya." Jawab Saka sambil mengunyah popcorn.
Aku mengangguk. Icha beberapa hari lalu bilang kalau waktunya di Bali tersisa satu bulan sebelum ia wisuda dan pulang kampung, jadi dia mau banyakin waktu main sama temen-temennya. Well, gak salah sih, cuma kalau itu aku, aku bakalan ngabisin waktuku sama pacarku sih. Gilak aja gak kebayang bakal LDR untuk waktu yang tidak ditentukan.
"Sak? Mau tau gak lu?" Tanyaku.
"Apaan?"
"Anaknya Lintang udah lahir."
Saka hanya mengangguk kalem, kemudian lampu teater perlahan mulai meredup, film yang kami tonton akhirnya mulai juga.
**
"Cewek apa cowok?" Tanya Saka ketika kami keluar dari Bioskop, mau cari makanan.
"Apaan yang cewek atau cowok?" Tanyaku.
"Yee dodol, kan sebelumnya lo cerita soal anak dari laki lo!"
"Laki gue?"
"Gue males nyebut namanya." Ucap Saka.
"Ohh Lintang? Astaga!" Jujur, aku udah biasa aja sama Lintang, bulan-bulan telah berlalu, dan aku sadar aku bisa menjalani hidup tanpa dia. Mungkin hidupku saat ini belum sebahagia saat kami pacaran, tapi setidaknya aku bertahan. Ya kan?
"Iyeee!"
"Lo kenapa sensi dah? Kaya kenal aja! Laper ya lo? Makanya sensi."
"Iya anjir laper, ini kenapa pada penuh semua sih?"
"Malem minggu, Saka!"
"Gue laper Dayinta!"
"Yokk! Ayokk kita makan!" Aku menarik tangan Saka, lalu membawanya ke tempat makan terdekat yang gak terlalu penuh.
"Lo mau makan burger?" Tanya Saka.
"Perut lo keisi dulu deh, jengkelin bener soalnya lo kalo laper." Kataku.
"Yaudah deh, yuk burger!" Saka langsung mengantri di konter pemesanan, aku berdiri di sampingan menatap lurus ke arah menu yang terpajang.
Duduk di tempat yang tersedia, Saka khusyu dengan makanannya sementara aku makan sambil lirik sana sini, gregetan aku tuh, kenapa rame banget ya semua tempat di mall ini? Kaya gak ada tempat lain aja gitu buat malem mingguan. Heheheh.
"Mau nambah gak lo?" Aku melongo, Saka sudah menghabiskan dua burgernya.
"Gak, makasih, ini aja belom abis."
"Cari makan yang lain yok?"
"Tunggu gue abisin ini dulu dong Sak."
"Iyeee!" Serunya sambil menyeruput milkshake cokelat miliknya.
Selesai makan, kami mengitari Mall, Saka sih yang niat, dia mau cari jajanan-jajanan ringan untuk tambahan makanan cacing-cacing di perutnya. Kalau aku sih ya jalan sambil celingukan, kali aja sambil jalan nemu jodoh kan ya? Heheheh!
Damn! Bukan jodoh yang kutemukan tapi....
"Sak! Sakaa!" Seruku histeris saat Saka sedang jajan.
"Apaan sih lu?"
"Itu Icha kan? Jalan sama cowok!" Aku menunjuk wanita berbaju marun, sedang bergelendotan mesra di lengan lelaki lain.
"Iya, itu dia sama temennya, udah biarin." Jawab Saka santai.
"Temen apaan Sak? Masa mesra begitu?"
"Udah ah biarin!" Saka kembali fokus dengan jajanannya, membuatku melongo. Wajahnya datar, ekspresinya biasa saja. Gak ada tanda-tanda dia marah, atau cemburu gitu, padahal pacarnya jalan sama cowok lain.
Saka tak membahas Icha sedikit pun, kami jalan-jalan mengitari mall kali ini dalam diam. Aku bingung soalnya. Masa Saka bisa biasa aja sih? Atau dia emang udah tahu Icha selingkuh?
Allahu! Kenapa aku mikirin hubungan mereka ya?!
"Ayi!" Aku dan Saka yang sedang berdiri menunggu lift tiba-tiba menoleh.
Saat melihat seseorang yang memanggilku, jantungku berdetak tak karuan. Sudah lama sekali aku tidak bertemu orang ini. Gosh! Kenapa harus ketemu? Dan, kenapa tampilannya berubah? Siapa lelaki muda yang menggandeng tangannya?
Ya ampun, kenapa aku banyak mikirin orang sih malem ini?
"Hay tante!" Sahutku sok asik.
"Kok jadi manggil tante?" Tanya Tante Evi.
"Ya terus manggil apa dong Tan?"
"Kamu kan dari dulu manggil Mama."
Aku tersenyum kaku, tidak menyahuti lagi ucapan Mamanya Lintang ini.
"Kamu sekarang di Bali, Yi? Kamu ngilang tuh ke Bali?" Mamanya Lintang sedikit menarikku ke pinggir, pintu lift terbuka dan orang-orang sibuk keluar ataupun masuk ke dalamnya.
"Iya Tan, sekarang di Bali."
"Kuping Mama aneh Yi, denger kamu manggil Tan. Mantu Mama tuh selamanya kamu loh, Yi! Bukan gembel yang baru melahirkan itu."
Aku menelan ludah.
"Gak lama lagi kayanya Lintang bakal cerai sama dia, kamu mau balik lagi kan Yi?" Kini nada suara Mamanya Lintang terdengar seperti memohon.
Aku menggeleng.
"Maaf Tan, tapi Dayinta udah punya pacar!" Itu bukan ucapanku, itu ucapan Saka yang ada di sampingku, yang tiba-tiba merangkul bahuku.
Kulihat Tante Evi melirik ke arah Saka, menatap tajam dari ujung kaki hingga ujung kepala.
"Kamu? Pacaran sama Ayi?"
Saka mengangguk mantap, sedangkan aku hanya bisa diam.
"Gak mungkin lah Ayi mau sama kamu! Saya tahu selera Ayi gimana. Gak mungkin sejelek kamu!"
Aku menelan ludah untuk kesekian kalinya. Wah! Udah gak bener nih!
"Bener Tan, ini Saskara, pacarnya Ayi!" Aku membuka mulut, yeah, aku harus belain Saka, karena dia duluan yang belain aku.
"Nah, denger kan Tan? Yuk deh kita pergi!" Ucap Saka, ia lalu mengajakku berbalik, menjauhi Tante Evi yang masih terdiam.
Berjalan cepat, aku dan Saka menarik napas lega. Saka mendekati satu kedai gelato yang tersedia, aku menyusulnya.
"Gilak!" Seruku.
"Itu tuh? Mantan calon mertua lo?"
"Iya, gilak!"
"Dandannya maksa jadi ABG, gandeng gigolo gitu, ewwwh!" Saka mulai julid.
"Nah iya, heran gue kenapa tiba-tiba dandannya berubah, terus gandeng abang-abang? Tau dari mana lo kalau itu gigolo?!"
"Heu, apal gue cowok modelan gitu! Muka putih banget kek kebanyakan mercury!"
Aku nyengir. Asli, aku tadi sakit hati loh Saka dikatain jelek.
Well, Saka emang gak ganteng. Tapi... penampilannya sudah jauh berubah dari Saka yang pertama kali kukenal di SMA. Kini dia merawat diri. Walaupun gak ganteng-ganteng amat, tapi dia bersih, terawat laah. Dan gak kaya cowok yang digandeng Mamanya Lintang tadi. Saka tuh punya kharisma.
Sumpah! Saka tuh berkharisma. Dulu aja pas SMA dia playboy loh! Dan sekarang? Sekian bulan dekat dengannya, Saka makin punya nilai plus di mataku. Dia baiiikkkkk banget! Definisi orang baik tuh Saka deh pokoknya.
"Nih, rasa coklat kan lo?" Saka mengulurkan satu cup gelato.
"Thanks!"
"Balik aja yuk? Makin gak kondusif ini mall!"
Aku mengangguk setuju. Yak! Liat Icha jalan sama cowok lain, ketemu Mamanya Lintang. Doooh! Udah dua pertanda gak baek nih. Kelamaan disini, entar lama-lama mall ini diserang Godzilla lagi.
***
Ngaso di teras kostanku, Saka memainkan gitar. Petikan gitarnya enak. Walaupun gak sambil nyanyi, tapi lumayan buat jadi backsound kita ngobrol.
"Sak? Lo gak nanya Icha dia jalan sama siapa?" Tanyaku penasaran.
"Buat apa?"
"Ya buat memastikan lah oncom, masa sama temen tapi mesra begitu sih?"
"Dia izin sama gue bukan jalan sama temen kok."
"Lha? Terus?"
Saka diam, ia menggaruk hidungnya sesaat, lalu melanjutkan memainkan gitar.
"Gue sama Icha tuh open relationship,"
"Hah? Demi?" Aku syok dong anjir.
"Serius, komitmen setia gak ada di hubungan kita. Kita berdua memilih jadi pasangan jujur."
"Aselinya ini teh?"
Saka mengangguk.
"Icha yang minta, 6 bulan pertama, gue mergokin dia selingkuh, dia minta maaf. Terus, gue agak dendam sedikit, jadi gue pun selingkuh, dan gue emang sengaja sih biar ketauan dia. Akhirnya kaya bikin perjanjian 'Bebas deh lo mau jalan atau ngapain aja, yang penting jujur' udah deh, malah adem hubungan ini."
"Lo gak masalah gitu Sak? Cewek lo, lagi ada hubungan sama lo, tapi sama cowok lain juga?"
"Kaga, dia bukan cewek yang bakal gue nikahin kok!"
Melongo aku. Enteng banget Saka ngomong gitu. Asli, ini aku yang sakit hati loh dengernya.
"Hah? Terus ngapain pacaran?"
"Ya biar gak sepi. Kalau putus terus nyari cewek baru pusing. Jadi yaudah, jalanin aja. Lagian, kalau gue serius, udah ngajak tinggal bareng pasti gue, ini kan kaga, kita masing-masing punya tempat. Jadi ya gitu, jalanin aja."
"Jalanin aja tapi lo gak bakalan nikahin Icha?"
"Ya masa gue mau nikahin cewek yang bersedia open relationship? Pacaran udah open, entar nikah begimane?"
Aku cuma bisa geleng-geleng kepala. Udah gilak emang mereka berdua.
"Lo juga ada maen sama cewek lain?"
"Rahasia!"
"Tunggu! Icha gak mikir kita macem-macem kan?" Aku jadi parno. Aku kan sering nginep di kamarnya Saka, takutnya entar Icha mikin aku temen makan temen gitu.
"Kaga! Dia pernah nanya, gue maen gak sama lo, gue jujur lah, engga, dan dia percaya. Sesimpel itu."
Aku mengangguk, lalu kembali geleng-geleng kepala. Buset dah.
Ternyata beneran ada ya hubungan yang begitu. Siyok aku bep.
"Udah ya, jan bahas gue lagi!" Ujar Saka ketika aku membuka mulut untuk bertanya lebih jauh.
"Yaah, terus bahas apa dong?"
"Itu aja, mantan calon mertua lo. Nape ada di Bali?"
"Ihh? Mana gue tau."
"Anaknya laki lo apa? Cewek apa cowok? Kaga lo jawab tadi pertanyaan gue."
"Bukan laki gue ya! Mantan!!! Catet tuh, ex!"
"Iye, apaan anaknya?"
"Ya manusia lah anaknya, masa kuping gajah?"
"Yee sompret! Cewek apa cowok?"
"Cewek, Sak."
"Lo tau dari mana?"
"Dari Rayi, tadi siang dia telepon gue."
Saka mengangguk.
"Makanya lo galau ya? Terus ngajakin nonton?"
"Dihh! Gue udah gak galau! Gak tau sih, tapi udah gak senyakitin dulu aja!"
Saka mengangguk lagi.
"Mantap daah! Lanjutkan move on nya!" Saka menyemangati.
Heu. Dia gak tau aja. Aku baper selama ini sama dia. Baik banget abisnya ya Allah. Tapi kadang ilfil sih sama dia. Suka alay gitu kalau lagi pacaran sama Icha. Dan barusan, dia bilang dia open relationship, makin ilang deh kadar baper aku.
Aku baper ke dia kalau dia baik doang sih. Eheheheh.
Gak jelas. Sumpah.
***
TBC
Thank you for reading, don't forget to leave a comment and vote this chapter xoxoxo
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top