1. Broken tie

Author : Farenheit July
Genre : Hurt/Comfort, family, romance.

||||•••••|||||

Chapter 1 : Broken tie

------

Dia mencintainya sampai bodoh. Berbuat segala cara untuk menyingkirkan orang yang selalu mengganggu hubungan rumah tangga mereka.

Satu setengah tahun, pernikahan ini bertahan hanya seumur jagung.

Meski ia merasa tak nyaman, namun dibanding dengan tatapan kecewa dan emosi yang bergejolak di mata hitam sang suami, ia lebih memilih opsi ini. Bercerai.

"Aku mengerti, mari berpisah," suara Ming Zhou terdengar pelan. Ia tak berani lagi mendongak.

Keterkejutan sudah jelas merupakan ekspresi di wajah Ling Xiao. Tiga tahun ia mengenal Ming Zhou, bahkan sebelum mereka diikat oleh pernikahan, sifat istri ger-nya sangat keras kepala.

Mungkinkah suara bentakannya tadi sudah keterlaluan?

Ling Xiao tak nyaman untuk sesaat, namun ini satu-satunya cara agar keluarga besar Ling tidak lagi dihancurkan oleh Ming Zhou.

Memang benar tuan Ming Juan telah berjasa besar dalam menyelamatkan keterpurukan keluarga Ling, hal tersebut juga yang membuatnya setuju menikah dengan Ming Zhou. Namun, hanya dalam satu setengah tahun, keegoisan Ming Zhou menghancurkan segalanya.

Melihat wajah tampan suami Ger-nya, yang tertunduk dalam kalut dan rasa bersalah, Ling Xiao sempat melembutkan hati.

Tapi, ia sudah memutuskan untuk bercerai. Ming Zhou berulang kali melakukan hal yang membahayakan keluarga Ling. Karena itu ia meminta perceraian dengannya.

Siapa sangka, Ming Zhou menerima keputusannya tanpa amukan bak tuan besar. Justru tertunduk dalam sebuah kekalahan.

"Aku akan menelepon Shen Xiang untuk membantu mengurus perceraian kita .... Xiao-ge, maaf," perkataan Ming Zhou sama pelan dengan saat dia mengucapkan perpisahan mereka.

Ming Zhou tak berani mengangkat wajah, ia membalik diri, meraih ponsel di kantung celana. Hanya untuk menunjukkan bahwa ia benar-benar tak berbohong dengan keputusan ini.

Bahwa dia menerima keputusan Ling Xiao untuk bercerai.

Keduanya terdiam, hanya bunyi dering dari sambungan seluler yang terdengar di kamar mereka.

Detak jantung yang terasa menusuk. Ming Zhou diam, mengatupkan bibir agar tak mengekspresikan betapa ia menyesal dan sakit hati saat ini.

Ia menikah dengan Ling Xiao karena cintanya yang tertutup selama lima tahun. Namun, setelah dimaki oleh seluruh keluarga besar Ling. Selain harga diri yang remuk, ia merasa usahanya pun sia-sia.

Bertahan pada pernikahan tanpa cinta. Untuk apa?

Mengejar dan mengobarkan api kesetiaan, namun jika hanya satu pihak, apa bisa?

Makian dari keluarga Ling memang menyakitkan, namun ucapan cerai dari Ling Xiao menghancurkan segala yang Ming Zhou lindungi dalam hatinya.

Sudahlah.

Telepon pun masih berdering. Ling Xiao terdiam menunggu.

Ming Zhou ingin tertawa dan meratap, Xiao-ge sungguh berniat meninggalkannya. Tidak ada sedikitpun dia berusaha mencegah panggilan yang ia lakukan.

Apa boleh buat, Ming Zhou tak memiliki siapapun selain Shen Xiang dan Ling Xiao.

Ayahnya meninggal dua tahun yang lalu. Sebelum berpulang, beliau meminta Ling Xiao untuk menikah dengan Ming Zhou. Mungkin tertekan dengan balas budi yang tertunda, kedua keluarga pun bersatu.

Ming Zhou merupakan satu-satunya pewaris keluarga Ming. Ibunya sudah meninggal dunia saat ia berumur lima tahun. Ia tidak berjiwa pengusaha, segala aset bisa hancur di tangannya. Apalagi dengan para 'petinggi' yang mengincar kekayaannya.

Dalam usaha membuat Xiao-ge mencintainya, Ming Zhou membalik nama dan memberikan sebagian besar aset keluarga Ming padanya. Karena ia tahu, meski Ling Xiao bukan orang yang sempurna, namun dia tetap asertif dan memberikan perhatian layaknya suami.

Sayang, sang white Moonlight, yang tidak diketahui oleh Ming Zhou muncul. Hingga akhirnya kini ia membuat trik yang tak lagi bisa dimaafkan Xiao-ge.

Ia pun sadar. Sekali atau tiga kali, Xiao-ge masih memaafkannya, namun entah kenapa ia tak dapat menahan diri saat melihat pria lain itu dekat dengan suaminya.

Ia hanya ingin mereka menjauh. Ingin Xiao-ge mencintainya bukan sekadar rasa iba dan tanggung jawab semata.
"Ming Zhou," panggil Ling Xiao. Ia menatap punggung yang menghadapnya.

"Shen Xiang?" Ming Zhou memilih melangkah lebih jauh, tak mampu berdiri dekat dengan orang yang telah menyakitinya. "Aku ingin bercerai dengan Ling Xiao."

Entah apa yang dikatakan oleh Shen Xiang, suara keras yang samar-samar terdengar dari ponsel. Nada yang membara, pasti tengah marah.

Semua yang kenal dengan Ming Zhou tahu bahwa Shen Xiang merupakan sahabat terbaiknya. Mereka bagai si kembar yang selalu menempel satu sama lain.

Jika satu berbuat kesalahan, maka yang satu lagi akan membantu menutupi.

Begitu banyak keonaran mereka yang sering Ling Xiao urusi.

"Aku akan ceritakan nanti," ucap Ming Zhou sebelum mematikan sambungan telepon tersebut.

Kecanggungan yang sangat kentara, Ling Xiao sadar ia juga harus mengurus formalitas untuk perceraian mereka. "Aku akan tidur di luar."

Untuk kali ini Ming Zhou mendelik. Tatapan mereka bertemu, kesedihan di wajah A-Zhou sungguh mengusik, namun Ling Xiao berkeras hati.

Jika mereka tak mengakhiri hubungan ini sekarang, siapa tahu, Ming Zhou justru berbuat trik kembali. Ia tak bisa membahayakan kepentingan keluarga Ling deminya.

"Tidak perlu, Xiao-ge, aku akan ke rumah Shen Xiang," dengan ucapan itu Ming Zhou melewati Ling Xiao dan mengambil beberapa pakaiannya.
Bahkan ketika ia memegang kenop pintu, Xiao-ge tidak menghentikannya.

Mungkin ketidaksabaran sudah muncul di hati Xiao-ge.

Ia tak lagi bisa dimaafkan .....

Kesedihan itu muncul kembali di hati Ming Zhou. Sampai ia mendengar perkataan yang lebih membuatnya remuk, "Kau akan mendapatkan seorang yang lebih baik dariku, A-Zhou."

Entah ekspresi apa yang ada di wajahnya, Ming Zhou hanya mengangguk lalu pergi.

Ia sadar, ia yang salah.

Ia yang tak pantas untuk Ling Xiao.
Ia yang harus pergi sekarang. Dengan semua kepingan hati.

###

Ming Zhou tak ingin mengucapkan selamat tinggal. Ia ingin memeluk Ling Xiao dalam tidur, meski selama ini Xiao-ge jarang melakukannya. Tapi, ia butuh sentuhan tersebut.

'Aku mencintainya, tapi ini menyakitkan.'

Suara Shen Xiang mengetuk kamar tak ia ladeni. Lampu tetaplah padam. Surat perceraian mereka telah sampai. Kabar menyedihkan itu pun sudah menyebar di kalangan elit.
Hui Ran pasti senang sekarang. Xiao-ge dan ia telah berpisah, kini dia bisa bersatu.

Ia ingin tertawa sarkastik, namun tak mampu.

Lampu yang dipadamkan, namun cahaya rembulan masih sedikit memberi penerangan di kamar.

Ingatan itu kembali menghantui.

Acara pesta yang diadakan pada kediaman keluarga Hui. Pada perayaan pertunangan sang ger kesayangan mereka, kakak dari Hui Ran, Hui Shuan.

Tempat yang ramai, jika bukan karena status dari partner sah Ling Xiao, Ming Zhou tak mungkin bisa hadir di sana.

Ruangan yang megah dan dipenuhi undangan, begitu sangat hidup. Hanya Ming Zhou yang berdiri diam dalam kebosanan. Tak ada hiburan maupun Shen Xiang.

Tak lama ia mendengarnya. Tawa, dengkusan, serta ejekan yang ditujukan padanya.

Ming Zhou hidup bagai pangeran, segala sesuatunya diberikan dan ia begitu dimanjakan. Hingga ia memiliki kesabaran yang tipis untuk menghadapi orang-orang macam mereka.

Namun, ia pun tak bodoh. Ini acara pada keluarga Hui. Sang white Moonlight dari Ling Xiao. Tak mungkin ia mengamuk dan mengecewakan Ling Xiao. Ia memilih diam, bermain dengan ponsel dan duduk di dekat beranda.

Matanya sesekali melirik pada Xiao-ge yang masih berbincang pada kolega dan partner usaha perusahaan mereka.

Ming Zhou menyesal, sangat menyesal saat ia ingat betapa bodoh dirinya jatuh dalam perangkap mereka. Bagaimana ia kalap dan memulai pertengkaran di sana. Hingga tak sengaja melukai Hui Ran yang mencoba melerai.

"Tuan keluarga Ming memang tak tahu malu. Dia pikir hutang budi bisa dibalas dengan menghancurkan kehidupan seseorang seumur hidup mereka?" Suara itu kembali terdengar, cukup keras untuk sampai ke telinga Ming Zhou, namun tak cukup menggapai Ling Xiao.

"Tuan Ling terlalu memanjakannya. Dibanding dia, Hui Ran kita jauh lebih baik. Setidaknya Ranran tak akan mencelakai orang dalam pengawasan tuan Ling."

Tangan kiri yang memegang ponsel kini menggenggam erat. Ia mendelik tajam. Emosi bergejolak ketika nama Hui Ran harus bersanding dengannya dalam satu kalimat.

"Kau benar. Si Ming Zhou mengirim pelayan muda kesayangan tuan besar Ling ke rumah sakit. Kudengar dia sampai babak belur."

"Tak tahu etika. Bahkan dengan seorang pelayan pun dia mengajaknya berkelahi. Aku kasihan dengan Ling Xiao-ge."

Ming Zhou menutup mata, mencoba menghilangkan ingatan tersebut.

Pandangan amarah Ling Xiao masih jelas di kepalanya. Tatapan yang membara sebab ia telah melukai Hui Ran. Juga pada martabat keluarga Ling yang tercemar.

"fuck, sampai kapan kau akan mengurung diri?!" Shen Xiang menggedor kembali. Sudah tiga minggu Ming Zhou bersembunyi di dalam apartemennya.

Tentu saja ia tak masalah sama sekali. Bahkan ibunya sangat pengertian. Perceraian bukan hal sepele yang bisa dirasakan setiap orang.

"Lupakan si berengsek Ling Xiao. Kau harusnya sering keluar, berjalan-jalan, ambil napas yang rileks. Lukamu tak akan sembuh hanya dengan berdiam diri, A-Zhou!"

Ming Zhou mendelik pada pintu. Mencoba mencerna apa yang dikatakan Shen Xiang.

"Aku akan panasi dirimu sampai kau benci Ling Xiao atau melupakannya!"

"Diam!"

"Kau!" Shen Xiang menggedor lebih keras. Sebenarnya ia bisa saja membuka pintu dengan kunci cadangan, namun ia takut hal tersebut justru membuat Ming Zhou makin kesal.

Shen Xiang tak mengerti sama sekali. Bagaimana bisa Ling Xiao tidak merasa bersalah. Selama ini Ming Zhou tak pernah mengkhianati perasaannya. Ia pun mendengar ucapan orang-orang yang merendahkan A-Zhou. Mereka tak melihat dengan kedua mata, hanya mendengar dari bisikan mulut ke mulut.

Mencemari martabat Ming Zhou. Jika paman Ming masih hidup, mereka pasti tutup mulut.

Meski ketidakadilan didapati Ming Zhou di rumah keluarga Ling, dia tetap bertahan di sana. Tak tahu banyak hal, namun ikut campur dalam bisnis keluarga Ling.

Hanya demi satu hal; mencegah Hui Ran dekat dengan Ling Xiao.

Mengingat senyum lebar, mata yang berkelip bahagia tatkala keduanya terikat janji resmi pernikahan, sungguh Ming Zhou yang ini sangat indah.

Tetapi, berbanding dengan kondisi terakhirnya. Mata panda, tubuh yang kurus, mood yang naik-turun, serta ekspresi ketika dia menangis .... Shen Xiang tak tahan lagi.

-----

Note: cerita original yang akan dibukukan sesuai permintaan teman-teman di WA.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top