2

"Hentikan pekerjaanmu itu Kak?! Kau membahayakan nyawa orang lain! Itu juga berbahaya bagimu!"

"Aku tidak peduli dengan itu, Asia. Aku hanya melakukan apa yang harus kulakukan. Itu saja."

"Aku tidak akan membiarkanmu menjadi penjahat! Aku akan menghalangimu pergi!"

"Aku tetap akan pergi walaupun adikku sendiri yang melarangku."

"Tapi Kak-"

"Gero-kun! Neru-tan!"

Sebuah pukulan mendarat di kepala belakang Asia, membuatnya jatuh dan tak sadarkan diri. Dengan sigap Gero dan Neru menangkap tubuh Asia, membawanya pergi dari tempat itu.

"Maafkan aku Asia. Kau tidak mengerti mengapa aku melakukan ini. Mungkin caraku memang salah, tapi inilah yang bisa kulakukan untuk kita semua."

***

Sebuah gedung megah berdiri dengan kokoh. Sangat kokoh baik dari segi kekuatan maupun keamanan. Di dalamnya berdirilah para tokoh yang berpengaruh pada perekonomian Indonesia.

Pemimpin dari dua perusahaan besar sedang mengadakan kerja sama. Sebut saja mereka Yukimura dan Amatsuki. Mereka berdua didampingi dengan adik mereka.

"Jadi, apa yang menarik dari perusahaanmu, Yukimura-san?" tanya Amatsuki.

"Kami bergerak pada bidang kehutanan. Itu sangat strategis di Indonesia, Amatsuki-san."

"Jadi kalian para penebang pohon sembarangan?! Bukankah itu ilegal?!" ucap Faa yang merupakan adik Amatsuki dengan sedikit terkejut.

"Tidak ada yang ilegal dalam bisnis adikku. Yang terpenting adalah bagaimana caranya meraih keuntungan," ucap Amatsuki sambil membelai rambut Faa dengan lembut.

"Yang dikatakan Amatsuki-san itu benar, Faa-san," ucap Ei yang merupakan kekasih dari Yukimura. Tampaknya ia memberikan sedikit pembelaan kepada kekasihnya.

"Tapi aku tidak setuju! Kita harus menyelamatkan hutan Indonesia!"

"Tapi aku setuju dengan kontrak ini Faa. Ini dapat menguntungkan perusahaan kita."

Faa terdiam. Ia hanya melihat mata kakaknya yang yakin akan menandatangani kontrak. Jika kakaknya yang satu ini sudah yakin akan sesuatu, tentunya tidak akan ada yang dapat menghalanginya. Ya mungkin wujud dari Amatsuki ini sangat imut, tapi tidak ada yang meragukan kelicikan dan tekadnya.

"Kalian tidak akan pernah dapat menandatangi kontrak itu! Dasar sampah negara!"

DOR!

Tembakan tak terduga mengenai kepala Yukimura. Tepat menembus otaknya.

"Yukimura!" Ei berteriak histeris saat kekasihnya jatuh bersimbah darah.

Pandangan Faa dan Amatsuki langsung tertuju kepada sosok yang menembak Yukimura. Di sana sudah berdiri gagah sosok pemuda berpakaian serba hitam. Sebuah topi dan kacamata turut menghias kepalanya.

"Mafia!" teriak Amatsuki sambil mengeluarkan pistolnya.

Di lain sisi, Ei tengah memegang tangan kekasihnya yang hanya tinggal menunggu waktu. Air mata mulai jatuh dari Ei.

"Yukimura bertahanlah!"

"A-aku sudah tidak kuat lagi Ei. Ma-maafkan aku untuk semuanya. Se-selamat tinggal. Ja-jangan lupa untuk balas dendam."

Jantungnya berhenti berdetak. Tubuhnya mulai kaku dan dingin. Tidak ada lagi napas dalam tubuhnya. Hari ini adalah kematian pengusaha kayu terbesar, Yukimura.

"Yukimura!"

Tangis Ei tumpah begitu saja. Ia baru saja kehilangan orang yang dicintainya. Sungguh miris untuk dilihat. Padahal mereka berencana menikah beberapa hari lagi.

"Kematian yang indah. Sampah negara memang pantas mati," ucap sang pelaku penembakan dengan nada sedikit angkuh dan tanpa rasa bersalah.

"Siapa yang kau sebut sampah negara?! Dasar sialan!"

Ei bangkit dari posisinya dengan geram. Menggenggam sebuah pistol dengan penuh kemarahan.

"Kau bertanya siapa? Tentu saja kekasihmu itu dan yang terhormat Tuan Amatsuki," ucapnya sambil menunjuk jasad Yukimura dan Amatsuki yang tengah bersiap menembaknya.

"Kak... sepertinya kita memang harus menghentikan bisnis kita. Kita berada pada jalan yang salah Kak. Aku sudah mengingatkanmu berulang kali Kak," ucap Faa kepada sang kakak dengan nada memohon. Faa memanglah berbeda dengan kakaknya, ia selalu berusaha mati-matian untuk menghentikan kejahatan kakaknya walau selalu gagal.

"Tidak bisa. Walaupun kau sudah memintaku untuk keseratus kalinya, aku akan tetap melanjutkannya."

"Pikirkanlah keputusanmu itu, Tuan Amatsuki. Pilihanmu akan menentukan nasibmu."

DOR!

"Aku memilih untuk melanjutkan!"

Sebuah tembakan melesat ke arah dada sang tersangka. Tembakan itu dilesatkan oleh Amatsuki. Dengan cekatan ia menghindarinya dan menangkap pelurunya.

"Kau bukanlah tandinganku, Tuan Amatsuki."

"Sialan kau!" Ei mulai emosi.

DOR! DOR! DOR!

Ei berteriak dan berlari ke arah sang tersangka. Melepaskan beberapa tembakan yang dapat dihindari dengan mudah.

"Sekarang giliranku."

DOR!

Sebuah tembakan jarak jauh mengarah ke Amatsuki, membuat Amatsuki panik. Tapi, tiba-tiba saja kejadian tak terduga terjadi.

"Argh!" sebuah teriakan karena rasa sakit terdengar dalam ruangan itu.

"Faa?"

Faa melompat dan melindungi Amatsuki dari tembakan, membuat peluru itu mengenai tangan Faa. Faa memegangi sebelah tangannya yang terasa sangat sakit.

"Kau tidak boleh mati sekarang Kak. Masih ada kesempatan untukmu," ucap Faa sambil tersenyum ke arah kakaknya.

"Kenapa Faa?!"

"Sudah kubilang, kau masih punya kesempatan Kak! Untuk itu jangan kecewakan aku!"

"Baiklah, aku berjanji akan berubah Faa! Aku tidak akan mengecewakanmu!"

"Lakukan... jangan hanya berkata...," ucap Faa lemas.

Faa terjatuh. Kesadarannya hilang seketika. Ia pingsan karena menahan rasa sakit yang bersarang di tangannya.

"Ups... salah sasaran," ucap sang tersangka dengan nada tak bersalah sedikit pun.

"Dasar!"

"Adikmu itu memang baik sekali, Tuan Amatsuki. Kau beruntung memilikinya..."

"... dan mengingatkanku kepadanya."

Amatsuki terdiam mendengarnya. Ia masih memegangi tubuh adiknya.

Sang pelaku penembakan melihat jam tangan mewahnya. Tampak ia sedikit terkejut saat melihat jarumnya.

"Wah, ternyata aku terlalu lama bermain di sini. Seharusnya aku sudah berada di tempat lain bersama Neru dan Gero. Kuharap kau mendengarkan kata-kata adikmu, Tuan Amatsuki. Baiklah, sampai jumpa lagi," ucapnya sambil berbalik dan berjalan pergi.

"Jangan kabur sialan!" teriak Ei.

Langkahnya terhenti. Ia menoleh ke belakang, menghadap ke Ei.

"Jangan panggil aku sialan. Panggil aku Asuke, pemimpin mafia di Indonesia," ucapnya sambil menyeringai dan menghilang.

Setelah Asuke pergi, dengan sigap Amatsuki menelepon ambulans dan membawa Faa ke rumah sakit sebelum adiknya itu kehabisan darah. Meninggalkan Ei berdua dengan jasad Yukimura.

"Lihat saja Asuke! Aku bersumpah akan membalas dendam kepadamu! Secepatnya!" ucapnya penuh amarah sambil mengukir janji dengan darah Yukimura yang masih segar.

***

"Apa?! Yukimura terbunuh?! Siapa yang membunuhnya?! Beraninya ia merusak masa depan adikku!" ucap pemuda bersurai merah terang terkejut bercampur marah.

"Iya Kakak. Pembunuhnya adalah Asuke, si ketua mafia sialan itu," jelas Ei kepada sang kakak.

"Asuke?! Maksudmu ASK?! Ia adalah ketua mafia lain yang menjadi musuh dari organisasi mafia kita!"

"Karena itu kita harus membalasnya!" ucap Ei menggebu-gebu. Tampak api sudah berkobar dalam jiwanya.

"Baiklah adikku, kita harus melakukan balas dendam, dan sepertinya aku tahu apa yang harus dilakukan."

"Kakakku memang yang terbaik," ucap Ei sambil menyeringai kepada sosok yang ada di hadapannya.

"Makan siang itu hal yang bagus bukan Ei?"

"Tentu itu ide yang bagus, Kak."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top