Part 8 - Mas Rafi Lawak
Sekali lagi Medina menamatkan pandangannya yang tertuju pada Sera dan Hamdan. Benar ternyata itu Sera sepupunya. Lantas mengapa bisa kebetulan seperti ini? Padahal Medina awalnya ingin memghindar dari orang-orang terdekatnya terlebih dahulu sampai hatinya benar-benar tenang. Tapi Tuhan telah menakdirkan dirinya bertemu dengan sang sepupu disini.
"Medina? Kamu disini?" tanya Sera yang tatapannya kebetulan menatap Medina tak sengaja. Awalnya Sera ragu, dia pikir itu bukan Medina. Karena hijab yang Medina kenakan, dia sampai hampir tak mengenali sepupunya itu.
"Kok bisa kamu ada disini, Med?" tanyanya pelan pada Medina lagi. Tapi Medina belum membuka mulutnya sedari tadi saat Sera menghujani pertanyaan itu lagi.
Akhirnya wanita paruh baya yang kebetulan saat ini masih ada di samping Medina yang membantu menjawab pertanyaan dari Sera, "Tadi Ibu ketemu disitu sendirian. Terus Ibu ajak kesini ikut acaranya Mas Rafi," sahut wanita itu sembari menunjuk sebuah gang gelap di sekitar area masjid.
"Makasih ya Bu? Ini kebetulan sepupu saya," ucap Sera sembari tersenyum simpul.
"Sama-sama Mbak Sera. Kebetulan banget, dunia sempit sekali," sahut Ibu itu.
"Kalau begitu Ibu masuk ke dalam dulu ya? Bagi kue-kuenya. Sekalian izin Mas Rafi. Mas Rafi di dalam kan?" tanya Ibu yang dibalas Sera dengan anggukan sopannya, "Iya Bu, Mas Rafi di dalam sama Mas Hamdan," jawabnya.
Saat Sera menatap punggung wanita paruh baya itu yang kian menjauh, tatapannya beralih ke Medina lagi yang sedari tadi tak berbicara padanya. Agak membingungkan karena dia belum mengetahui kabar Medina dan Sang Kekasih, "Mata kamu? Kamu habis nangis? Kenapa? Ada apa?" tanya Sera yang melihat dua kelopak mata Medina sedikit sembab.
Medina menggeleng pelan dengan memasang senyum tipis hampir tak terlihat ke arah Sera karena memang dia masih belum ingin mengeluarkan kata-kata banyak dari mulutnya, "Nggak papa."
"Ya udah nggak papa kalau kamu belum mau cerita. Ayo ikut masuk! Banyak jajan banyak temen disana," ajak Sera pada Medina.
Medina hanya menurut saat sepupunya itu menggandeng tangannya untuk masuk ke dalam masjid. Dia tak bicara sedikitpun juga tak banyak senyum seperti dulu. Hatinya masih gelisah dan hancur jika sesekali otaknya memutar memori lama tentang kekasihnya.
Sangat tidak tenang. Sampai ingin sekedar senyum saja Medina sulit menggerakkan bibirnya. Entahlah, mungkin itu salah satu fase terpuruknya seseorang. Mau bagaimanapun orang menghibur jika hati masih berantakan, tetap kepingan hati itu tak akan utuh sempurna
"Medina, ini acaranya Mas Rafi temannya Mas Hamdan. Sebenernya Mas Rafi bukan ikut travel Mas Hamdan. Dia ikut travel Mas Furqon yang berangkat bulan ini. Kalau travelnya Mas Hamdan kan berangkat bulan depan. Yang dulu pernah aku tawari kamu buat ikut berangkat juga di travel Mas Hamdan," jelas Sera.
"Hari ini Mas Rafi ngadain acara baca quran bersama bareng anak yatim. Acaranya hari ini soalnya berangkat umrohnya lusa," tambahnya lagi menjelaskan ke Medina.
"Mas Rafi!" panggil Sera saat Rafi keluar dari pintu masjid dengan langkah pelannya.
Rafi menoleh. Ia terlihat berjalan ke arah Sera, "Ser, makasih ya udah datang?" ungkapnya memberi ucapan terima kasih.
"Sama-sama. Ini sepupu aku," sahut Sera.
Rafu mengangguk. Kedua tangannya ia tangkupkan si dada sebelum memberi salam pada Sera dan Medina, "Rafi Pratama, makasih udah datang. Kalau jajannya kurang ambil aja ... di rumahnya Sera. Biar Hamdan yang bayar," candanya.
"Yang punya acara siapa yang suruh bayar jajan siapa," cibir Sera saat mendengar candaan dari Rafi.
Medina mengamati wajah Rafi. Ia seperti pernah berjumpa tapi lupa dimana, "Medina," serunya ke arah Rafi dengan pelan, ia juga menangkupkan kedua tangannya di dada sebelum menyebutkan namanya.
"Langsung ke dalam aja biar nggak kelamaan anak pantinya nunggu," titah Rafi mengisyaratkan Sera dan Medina untuk masuk ke dalam masjid, tempat dimana acara akan dimulai.
"Iya Mas," jawab Sera.
Langkah Medina mengikuti Sera yang masuk ke dalam masjid itu. Medina menatap beberapa tamu undangan yang hadir di acara Rafi. Ternyata puluhan anak dari panti asuhan sudah terduduk rapi di tempatnya masing-masing. Pun juga dengan ibu dan bapak paruh baya yang hadir disana.
Medina mengambil duduk tepat di samping Sera, di garis lingkaran pertama. Sedangkan garis lingkaran sebelah kanan di tempati oleh para anak panti, "Assalamualaikum, terima kasih untuk anak-anakku yang udah bersedia datang di rumah Allah ini. Terima kasih banyak juga buat ibu dan bapak RT RW sekitar yang udah menyempatkan waktunya untuk membantu acara sederhana ini. Dan terima kasih untuk Hamdan sekeluarga yang sudah hadir disini," Salam pembuka itu terbit dari bibir Rafi.
Mendina bisa mendengar jelas pidato itu karena kebetulan tempat laki-laki dan perempuan tak bersekat hijab, dan Medina bisa menatap satu persatu laki-laki yang hadir di acara itu termasuk pemilik acaranya.
"Saya banyak-banyak bersyukur, karena diberi kesempatan Allah lagi untuk datang ke rumahnya esok lusa. Allah baik banget, kemarin saya hampir mengeluh karena saya lagi ada kendala finansial, ternyata jalan niat berkunjung ke rumahnya masih dipermudah sampai sekarang," seru Rafi dalam pidatonya yang disaksikan beberapa penghuni masjid itu.
Rafi melanjutkan kalimatnya. Tatapannya mengarah ke anak panti dan beberapa undangan ibu dan bapak RT RW yang telah hadir di acaranya, "Nikmat-Nya kok banyak banget tapi saya masih sering ngeluh. Dari situ saya bertekad kalau sebenernya mengeluh, menganggap bahwa Tuhan tidak adil itu bisa jadi perkara kita dzalim ke Tuhan kita sendiri."
"Saya bisa bilang begitu bukan karena saya merasa diri saya akhlaknya baik, bukan. Kalau misal Allah buka semua aib saya, saya juga pedosa sama seperti manusia lainnya. Cuma Allah tutup aja rapat-rapat aib itu sampai orang hanya melihat yang baik-baiknya saja. Ma Syaa Allah Tabarakallah," tambahnya lagi dalam sambutannya.
Rafi sedikit mendekatkan mikrofon ke arah bibirnya agar suaranya jelas saat ia berbicara, "Kenapa tadi saya bilang kalau kita ngeluh dan merasa Tuhan tidak adil, kita termasuk dzolim ke Tuhan kita sendiri? Bayangkan, udah dikasih oksigen, dikasih tempat tinggal yang layak, dikasih pekerjaan yang baik, dikasih pangkat juga, dikasih fisik lengkap. Pas diuji satu perkara langsung bilang Allah nggak adil," serunya.
"Saya pernah begitu? Sering. Tapi semakin saya yakin kalau semua bakalan baik-baik aja nanti, faktanya menang baik-baik aja dan dijaga Allah sampai detik ini. Perkara finansial saya dulu yang berantakan, sekarang diganti berlipat ganda. Jadi saya merasa, oh ternyata ... Allah itu tergantung prasangka hambanya," tambahnya lagi menjelaskan ke para audiens saat ia berbicara.
"Dan Bapak Ibu sekalian tahu tidak? Ini sekedar cerita lucu tapi mengenaskan. Dulu waktu saya pertama kali datang ke rumah Allah di Madinah, waktu itu saya ikut umroh dan ketemu sama rekan saya yang kuliah disana. Selama disana saya niatnya mau healing doang dari masalah yang mencekam. Tau masalah apa itu? Masalah putus cinta. Waktu itu karena saya putus cinta. Sebenernya bukan putus cinta tapi lebih tepatnya mencintai orang yang mustahil untuk dimiliki," Rafi sekedar ingin berbagi cerita tentang pengalamanya umroh pertama kali ke orang-orang yang ada di masjid.
"Kenapa saya katakan mustahil dimiliki? Karena dia istri orang," tambahnya lagi dengan nada yang dibuat sedih, sontak seluruh pasang mata tertawa mendengar cerita dari laki-laki itu.
Taukah siapa perempuan yang dimaksud Rafi? Ya, kilas balik. Ada seorang perempuan cantik yang ternyata dijodohkan oleh dokter spesialis syaraf oleh Ibunya, dan Rafi kalah start dulu waktu ia masih menginjak masa kuliah.
"Ketawanya jangan kenceng-kenceng Bapak Ibu sekalian! Itu termasuk berita duka bukan suka cita. Jadi jangan ketawa banyak-banyak!" sahut Rafi saat beberapa tawa dari penghuni masjid menyeruak nyaring di telinganya.
"Jaman saya kuliah dulu, saya udah naksir berat sama dia. Segala macem doa dan dzikir selalu nyebut dia pokoknya harus jadi jodoh saya. Tapi tahukah? Semakin saya kejar semakin tidak karuan. Saya dapat kabar dia dinikahi Dokter Spesialis Syaraf waktu selesai KKN. Tau gitu Bapak Bapak Ibu Ibu, sebelum KKN saya nikahi dia aja," Rafi menceritakan kembali kisahnya dengan tawa pelannya.
Ia berusaha menghibur para undangan yang hadir di masjid dengan cerita-ceritanya walaupun terdengar menyedihkan, "Tapi ya udah, namanya juga bukan jodoh. Saya dulu anak kuliahan yang lulus telat tapi saingan saya Dokter Spesialis Syaraf lulusan terbaik. Langsung terjun payung 'Udah Rafi dia udah sama orang lain. Mustahil dimiliki, inget kata Kang Parkir aja'. Apa Bu kata Tukang Parkir?" tanyanya pada Ibu-ibu.
"Mundur Mas," sorak salah satu Ibu-ibu yang dibalas Rafi dengan kekehan geli.
"Bukan .... Jangan dikunci stang!" sahut Rafi mengoreksi dengan candaannya kembali, "Ini kenapa saya jadi pidato ini? Kelamaan ngomong dari tadi. Udah ya Pak Bu kalau diceritakan semua. Bisa satu buku hadist tebalnya," serunya sebelum ia menutup sambutannya.
"Saya tutup-"
Namun ucapan dari Rafi dipotong oleh salah satu anak panti yang ingin bertanya padanya, "Mas Rafi mau nanya," serunya nyaring sembari mengangkat salah satu tangannya.
"Mau nanya apa?"
"Cewek yang dulu disukai Mas Rafi cantik nggak?"
Rafi terkekeh. Sejujurnya masih ada rasa sampai sekarang tapi tarafnya sedikit karena ia terpentok sadar diri, "Waduh ... Pertanyaan berat. Kalau saya bilang cantik, takut tiba-tiba suaminya nongol di belakang saya. Sera sama Hamdan mau tanggung jawab kalau saya dibaku hantam setelah bilang istri orang cantik?" candanya menjawab pertanyaan dari anak itu yang sontak dibalas para undangan yang hadir dengan tawa senangnya.
Rafi juga ikut bahagia jika orang yang hadir bahagia. Hanya satu orang yang tak tertawa saat Rafi melontarkan candaan-candaannya tadi. Terekam dari pandangan Rafi, perempuan yang duduk di samping Sera sedikitpun tak menarik sudut bibirnya ketika Rafi menghibur para undangan.
Dia sama sekali tak terhibur sendiri. Lantas, bagaimana keadaan hatinya saat ini jika candaan lucu itu saja masih mengeraskan hati perempuan itu?
Bersambung ....
P
asti tau siapa yang dimaksud Aa' Rafi wkwkwkw btw yukkkss vote komen follow. Rafi emang gitu orangnya wkwkwkw tunggu Aidan malam ini juga ya?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top