Part 33 - Bukan Mimpi

Dari mimpi yang Medina dapat kemarin, membuat Medina seakan was-was. Takut jika hal itu benar-benar terjadi di dunia nyata. Sungguh, walaupun tak ada ikatan apapun dengan Rafi, tapi Medina seakan tak rela jika Rafi menikah dengan orang lain. Lantas, jika hal itu terjadi bagaimana? Medina belum siap. Medina gelisah memikirkan hal itu.

Cincin ....

Naira ....

Undangan ....

Tiga hal yang membuat otak Medina tak bisa berpikir jernih. Pasalnya sebelumnya Medina telah dihadapkan situasi bahwa Rafi membeli cincin di Turki. Dia tahu kabar ini karena Rafi pernah menghubungi Sera. Cincin apa kalau bukan cincin tunangan atau pernikahan yang mungkin Medina tak tahu.

Naira, entah siapa perempuan itu yang selalu ada dibenak Medina. Medina belum tahu pasti siapa perempuan itu. Yang pasti saat ia mendengar pembicaraan Sera dan Rafi, Sera menyebut nama perempuan itu.

Dan Undangan, hal terakhir yang Medina tahu adalah soal undangan. Ketika Mas Hamdan menghubungi Sera, dia menyinggung soal undangan dan soal Naira. Lantas jika sudah jelas seperti ini? Harus mencari tahu tentang apalagi? Semuanya sudah jelas. Sama seperti mimpi yang seakan nyata bagi Medina.

Pagi ini Medina ada keperluan ke runah Sera. Medina ingin mengembalikan mukena yang sempat dia pinjam. Karena beberapa hari usai pulang dari umroh dia ditemani Tiara di rumah, Sera memutuskan untuk tak tinggal di rumah Medina.

Langkah Medina mendekati pintu rumah Sera untuk mengetuknya, "Ser. Sera?"

"Ser?"

Beberapa kali ketukan tak ada jawaban dari Sera ataupun Hamdan. Medina lantas sekali lagi mengetuk pintu itu pelan untuk memastikan apakah sepupunya itu ada di rumah atau tidak.

"Sera!" panggilnya lagi.

Alih-alih Sera yang keluar, justru malah asisten rumah tangga Sera yang keluar dari dalam rumah itu, "Mbak Medina? Ada apa Mbak?" tanya perempuan itu pada Medina.

"Bi Asih, Sera ada di rumah?" tanya Medina balik.

"Pergi ke acara sama Pak Hamdan," jawab perempuan itu.

"Acara apa?" Medina tampak penasaran dengan jawaban dari perempuan itu, pasalnya Sera tak mengabarinya terlebih dahulu jika akan pergi. Tapi salah Medina juga sih, dia juga tak mengabari jika ingin ke rumah Sera.

Perempuan itu menggeleng mengisyaratkan bahwa dia tak begitu tahu, "Kata Mbak Sera acara nikahan temen Mas Hamdan ... Bibi nggak tau temen yang mana. Tapi katanya Mbak Sera bilang mau ke acara temen satu travel, temennya Mas Hamdan. Temen SD."

Temen SD? Temen Mas Hamdan? Teman travel? Medina tak salah dengar kan? Katakan pada Medina bahwa ini bukan lanjutan mimpi yang kemarin. Bukan. Pasti bukan kan?

Medina sedikir menggigit bibir bawahnya sebelum menanyakannya lagi pada Bibi, "Temen SD Mas Hamdan?" tanya Medina.

"Iya kata Mbak Sera tadi begitu," sahut perempuan itu dengan cepat.

Aku kebetulan temen SD-nya Hamdan. Dan Sera udah aku anggap sebagai adik sendiri.

Seketika otak Medina berputar tentang kalimat yang pernah Rafi ucapkan di depannya saat di Madinah. Rafi sendiri yang mengatakan bahwa dia adalah teman SD Hamdan dan teman satu travel. Lantas, Medina harus bagaimana? Ini bukan mimpi seperti kemarin. Apa mimpi itu benar-benar petanda bahwa memang Rafi akan menikah dengan orang lain?

"Mas Rafi. Jadi ini beneran? Aku nggak mimpi lagi?" gumamnya gelisah dengan memainkan ujung bajunya karena tangannya saat ini sangat dingin.

"Bibi?"

"Iya?"

"Bibi tahu nggak acara pernikahannya dimana?"

"Di Hotel. Katanya di Ballroom hotel Aksara Wisma," jawab Bibi pelan seakan mengingat-ingat tempat yang disebutkan Sera tadi sebelum pamit.

"Tadi Mbak Sera bilang gitu sendiri. Bibi masih ingat tempatnya cuma di jalan apa hotelnya, Bibi sendiri kurang tau," tambahnya lagi memberitahu pada Medina.

Meskipun setengah sesak. Medina tetap mengulum senyum simpulnya ke arah Bibi. Sebelum dia pamit dia masih sempat mengucapkan terima kasih pada Bibi, "Makasih banyak ya Bi?"

"Sama-sama," balas Bibi sebelum dia melihat Medina yang berjalan meninggalkannya.

Medina sontak menyusuri informasi di ponselnya tentang hotel itu. Dia sangat yakin bahwa hotel itu tak jauh dari rumah Sera. Dan benar saja, dalam informasi yang dia dapat di ponselnya. Hotel itu berjarak tak jauh dari rumah Sera, sontak Medina gegas untuk ke hotel tersebut untuk memastikan.

Medina tampak berlari ke arah mobilnya. Kali ini hatinya benar-benar gelisah. Bahkan sangat sakit dua kali lipat dibanding dikhianati Rey. Medina lantas mengemudikan mobilnya menyesuaikan arah maps yang ada di ponselnya.

Tak berlangsung lama, dia menemukan hotel itu. Dan benar saja maps tak pernah salah. Hotel itu adalah hotel yang disebutkan oleh Bibi. Medina sontak mencari tempat parkir untuk memarkir mobilnya.

Tak langsung menyerah, karena dia penasaran dan ingin memastikannya sendiri, usai memarkir mobil, Medina berlari ke lift yang kebetulan terbuka dan menekan tombol ke arah ballroom.

Beberapa menit berlalu, lift yang ditumpangi Medina terhenti di lantai ballroom dan resto. Medina keluar dari lift dan menyaksikan pemandangan di sekitarnya.

Benar. Ada sebuah acara pernikahan di ballroom itu. Tampak beberapa orang lalu lalang disana. Jadi benar yang dikatakan Bibi?

Langkah Medina menuju ke arah salah satu cleaning service, dia ingin bertanya pada orang itu, "Maaf Kak mau tanya, Ballroom hotel hari ini apakah ada yang memesan untuk acara resepsi pernikahan?" tanyanya.

"Benar Kak, Ballroom hotel sudah ada yang memesan untuk acara pernikahan, atas nama Rafi Pratama," jawab perempuan itu.

Deg!

"Rafi Pratama?"

"Iya Kak kebetulan dari kemarin saya ikut andil membersihkan ballroom hotel untuk acara resepsi hari ini, memang atas nama Rafi Pratama," jawab perempuan itu lagi.

Mau bagaimana lagi Medina? Mau mencari kebenaran apalagi? Semuanya sudah jelas bahwa Rafi yang akan menikah.

Karena takut menggangu tamu undangan lain, Medina memilih bersembunyi dibalik tembok untuk memperhatikan tamu yang berlalu lalang. Kenapa tidak ada tulisan mempelai atau sebuah banner pengantin yang bisa Medina baca agar Medina tak terlalu kepo? Tapi mau dia mencari tahu sampai ujung langit kalau pada akhirnya memang takdir Rafi menikah dengan orang lain, harusnya Medina siap karena dia bukan siapa-siapa Rafi.

"Sera?"

Pandangan Medina tak sengaja jatuh menatap Sera dari kejauhan. Benar, itu Sera dan Hamdan. Benar kata Bibi juga. Bibi tak bohong, "Iya itu Sera. Berarti dugaan aku ...."

Medina tersenyum kecut karena dugaannya sembilan puluh persen benar. Harusnya dia tak mencaritahu sampai sedetail ini. Buat apa? Bukan tamu undangan juga dia sampai rela ke hotel ini, "Selamat Menikah, Mas Rafi. Terima kasih udah pernah hadir jadi orang baik di duniaku walaupun cuma sesaat di Madinah kemarin. Aku ikut bahagia atas pernikahanmu."

Semua orang berbondong-bondong untuk masuk ke dalam gedung itu. Para terima tamu tak ada yang di luar gedung, semua tertata rapi di dalam. Di luar gedung hanya ada orang yang berlalu lalang. Banner pernikahan pun juga tak nampak di area penjuru koridor menuju Ballroom. Se-tertutup itukah acaranya sampai hanya tamu undangan saja yang bisa menikmati megahnya acara dalam gedung hotel?

Mungkin Rafi ingin acaranya tertutup di dalam Ballroom dan tak mau menggangu orang lain. Sampai semua luar gedung bersih tak ada tempelan apapun yang bisa dibaca Medina. Hanya orang-orang yang diundang saja yang bisa menikmati.

"Lagi pula, aku siapa? Terus aku ngapain sampai nyusul di hotel ini? Aku bukan tamu dan bukan siapa-siapa. Buat apa aku sampai nyusul kesini? Aku seharusnya pulang dan bukan ada disini untuk cari tahu siapa yang menikah," sesal Medina.

"Sekarang udah jelas semuanya kan? Mas Rafi udah menikah. Aku nggak berhak berharap yang tinggi-tinggi. Lagi pula aku siapa? Aku nggak perlu nyalahin Mas Rafi kalau dia milih perempuan lain. Karena itu pilihannya," seru Medina lagi yang memutuskan untuk berjalan kembali ke arah lift untuk turun.

"Medina," panggil seorang laki-laki. Saat Medina menunggu lift terbuka di depannya, seorang laki-laki memanggilnya dari belakang. Medina sontak menoleh ke arah laki-laki itu.

Bersambung ....

Siapakah garangan yang memanggil Medina? Apakah dia .... wkwkwkw

Kurang 2 part lagi ending aku mau update hari ini semua jadi stay tune yaa gaesss ....

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top