Part 25 - Grasak-Grusuk
Sera tampak membangunkan sepupunya yang tertidur di atas sajadah dengan masih mengenakan mukena berwarna pink. Siapa lagi kalau bukan Medina yang tertidur selepas sholat shubuh dan masih mengenakan mukenanya. Kepala Sera menggeleng melihat sepupunya tak bangun-bangun saat ia memanggilnya, "Medina ... Medina bangun!"
"Medina. Jangan tidur woy!" panggil Sera membangunkan Medina.
Perempuan itu masih terjaga. Sepertinya dia terlalu lama membuka matanya sampai larut malam sehingga dia harus tidur pagi seperti ini. Padahal Sera sudah menitahnya untuk tak tidur setelah subuh. Tapi Medina tak sengaja ketiduran, "Hm?" gumamnya pelan dengan mata yang masih terpejam.
"Hey, jangan dibiasakan tidur sehabis subuh. Disamping banyak menimbulkan penyakit. Rasulullah nggak ngebolehin. Ayo bangun!" ungkap Sera yang meminta Medina untuk bangun.
Dan Medina perlahan memicingkan matanya menatap Sera yang merengut sebal karena Medina tak kunjung beranjak dari tempat sholatnya, "Jam berapa Ser?"
"Jam setengah enam. Kamu dari tadi tidur habis subuh. Jangan diulangi!" perintah Sera yang menitah Medina untuk bangun.
Tubuh Medina perlahan beranjak bangun meskipun matanya memicing menahan rasa kantuknya saat ini, "Ngantuk," serunya serak.
"Kamu semalem begadang? Tidur jam berapa?" tanya Sera yang membantu Medina melipat sajadah yang baru saja Medina kenakan sedangkan Medina perlahan melepas mukena bagian atasnya.
"Lupa. Setengah dua belas mungkin," jawab Medina.
Mendengar jawaban itu, Sera menghela napas panjangnya. Kepalanya tak lupa menggeleng pelan, "Kamu ngapain? Tidur jam segitu?"
"Aku udah mandi. Gantian kamu yang mandi ya? Habis itu kita sarapan," seru Sera yang telah selesai melipat sajadah milik Medina dan berangsur duduk di depan cermin untuk memoles wajahnya mengenakan cream kosmetik yang biasa ia pakai.
Baru ingin beranjak dari duduknya, suara ketukan pintu membuat dua netra Medina memandang ke arah sana. Medina sontak membukakan pintu itu karena Sera masih sibuk dengan kapas yang tertempel di wajahnya, "Iya bentar."
"Mbak Medina?" seru perempuan paruh baya yang menatap Medina sembari tersenyum usai Medina membukakan pintu kamar hotel itu, "Iya?"
"Ini ada titipan," Wanita itu mengulurkan satu paper bag yang ia bawa ke arah Medina.
Sontak Medina tersenyum dan mengambil paper bag itu meskipun ia belum tahu siapa pengirim dan apa isi paper bag itu, "Makasih ya Bu?" ucapnya.
Saat Ibu itu pergi meninggalkannya, Medina teringat hari kemarin ketika Rafi mengirimkan surat ketemuan. Rafi pun juga menitipkan surat itu ke seorang wanita paruh baya. Hanya saja. Ini wanitanya beda. Bukan wanita yang kemarin, "Apa ini?" gumamnya.
Medina kepalang penasaran dengan isi paper bag itu, dia lantas membukannya sembari masuk ke dalam kamarnya lagi.
Roti buat sarapan kalau kamu nggak sarapan di hotel nanti, rotinya bisa kamu makan dulu buat ganjal perut yang lapar. Nanti dibagi sama Sera ya? Selamat makan!
Salam, Rafi.
"Mas Rafi kenapa baik banget jadi orang? Kemarin kasih kerudung. Hari ini kasih roti. Apa-" Medina bergumam dengan kalimat akhir yang terpotong dengan sendirinya.
"Nggak ... Nggak ... Apaan sih Medina. Ih .... Mas Rafi kirim roti karena kamu emang belum sarapan. Bukan karena alasan lain. Kalau punya hati itu yang kokoh jangan gampang meletoy! Gini doang meletoy!" lanjutnya memarahi diri sendiri.
Tangan Medina mengambil satu roti untuk ia makan saat dirinya mengambil duduk di tepi ranjang. Sera yang kebetulan telah selesai dengan urusan dandannya, sontak menatap sepupunya yang malah enak-enakan makan di kasur.
"Medina buruan mandi! Kok malah makan sih?" omelnya, dia tak tahu jika roti itu dari Rafi karena sedari tadi Medina bergumam, Sera tak mendengarnya.
"Mau?" tawar Medina dengan santainya menelan roti yang ia makan di depan Sera.
"Apa?"
"Roti," jawab Medina.
"Beli dimana roti sebanyak itu?" tanya Sera dengan mata yang sedikit mengintip paper bag yang Medina pegang.
Medina mengambilkan satu roti yang ada di paper bag. Sontak Sera menghela napas karena sepupunya memaksanya untuk makan roti terlebih dahulu, "Udah deh makan aja. Tinggal makan doang. Ada rejeki ini. Buat kita berdua."
"Nanti aja makan rotinya. Nanti kamu kenyang terus nggak sarapan di hotel. Sekarang cepetan mandi. Terus ayo sarapan!" perintah Sera.
Tak mendapatkan balasan dari Medina, Sera sontak menarik telinga Medina sampai perempuan itu mengaduh kesakitan, "Keburu telat kalau kamu kelamaan makan, Medina. Aku udah ditunggu Mas Rafi ini," seru Sera merengut.
Mendengar kata itu, Medina membulatkan dua kelopak matanya, "Mas Rafi? Mau ngapain sama Mas Rafi?" tanyanya pada Sera. Baru beberapa detik yang lalu Medina mendapatkan sebuah kiriman makanan darinya, lantas ada urusan apa Mas Rafi dengan Sera?
"Beli kurma sama beli oleh-oleh. Kalau kamu capek di hotel aja nggak papa setelah sarapan. Siapin tenaga buat umroh. Nggak usah ikut. Biar aku Mas Hamdan sama Mas Rafi yang ke toko kurma," sahut Sera yang sontak dibalas Medina dengam gelengan kepala cepat.
Entah. Pokoknya Medina ingin ikut. Dari pada di hotel sendirian. Perempuan itu memilih untuk ikut Sera, "Mau ikut. Soalnya aku gabut di hotel."
Sera memicingkan dua matanya ketika mendengar jawaban dari Medina. Bibirnya menahan senyum tipis sebelum kalimatnya berangsur terucap, "Kalau mau ikut cepetan mandi! Nih Mas Hamdan udah mau ngasih kabar katanya mereka udah siap. Laki-laki kan cepet dandannya. Nggak kayak kita. Mau ditinggal?"
"Ini cuma berempat, Ser?" tanya Medina.
"Iya orang cuma beli di sekitar sini aja kok. Nggak jauh-jauh. Sebelum jam 10 kita pulang," balas Sera pelan.
Karena tak mau ditinggal di hotel sendirian, Medina gegas menyiapkan gamis yang akan ia pakai dan kerudung. Oh iya, rencananya Medina ingin memakai kerudung kemarin yang telah ia cuci. Kerudung dari Rafi, "Ser kerudungku yang aku gantung mana ya kemarin? Kerudung hitam."
"Aku taruh di tempat cucian," balas Sera.
Sontak Medina menghentikan pencarian itu. Matanya menajam ke arah Sera, "SERA ITU KERUDUNG BERSIH MAU AKU PAKEK," serunya agak meninggi.
"Kirain kotor jadi aku taruh di cucian," sahut Sera yang tak tahi jika barang Medina bukan barang kotor. Tapi sudah terlanjur mau bagaimana lagi?
"Halah ... terus aku pakai kerudung apa?" rengeknya pelan.
Kepala Sera menggeleng-geleng pelan saat jemari Medina mengorak-arik pelan isi koper hanya ingin mencari kerudung yang pas. Ah, baru kali ini dia melihat sepupunya yang bingung menentukan outfit padahal biasanya tidak seperti ini, "Kerudung apa aja deh! Punyaku ada banyak, pinjem aja! Emang itu kerudung beli dimana? Perasaan kamu nggak pernah pakai itu. Baru?"
"Iya baru," sahut Medina.
"Beli dimana?"
"Dibeliin Mas Rafi," balas Medina yang spontan membuat Sera terkesiap. Pasalnya dia sama sekali tak tahu apakah jawaban Medina benar atau tidak. Selama ini dia benar-benar tak tahu apa-apa karena Medina tak cerita, "HAH? Ulangi kamu tadi bilang apa?"
"Kamu jangan mikir aneh-aneh dong! Itu bukan dibeliin Mas Rafi tapi Mas Rafi dari temennya yang kuliah di Madinah. Terus kerudungnya dikasih ke aku karena aku nggak punya kerudung banyak," sahut Medina menjelaskan.
"Terus karena itu kerudung dari Mas Rafi, kamu mau pakai terus? Iya kan?" tebak Sera setengah menjahili sepupunya.
"Ya nggak gitu. Ser-"
Kalimat dari Medina terpotong saat Sera menerima telepon dari suaminya. Ponsel Sera berdering di atas meja rias. Hal itu yang membuat Sers reflek mengangkatnya, "Bentar-bentar Mas Hamdan telfon!" jawab Sera.
"Hallo Mas? Aku masih nunggu Medina belum mandi ini. Apa kita berangkat duluan aja ya? Tanyain Mas Rafi dong, bisa nunggu Medina nggak? Nanti biar bareng Mas Rafi-"
Medina memotong cepat kalimat Sera pada suaminya, "Eh woy ... Nggak Nggak. Tungguin berangkatnya bareng. Aku mandinya cepet. Jangan cuma berangkat berdua sama Mas Rafi," sahut Medina.
Sera menggeleng, "Mas gimana Mas?" tanyanya pada suaminya.
Sera lantas menekan tombol loadspeaker agar Medina mendengar jawaban dari Hamdan, "Rafi kebetulan ini masih balik lagi ke kamarnya katanya ada urusan sama temennya. Lima menit lagi dia udah siap katanya. Nggak papa Medina suruh bareng Rafi. Lagian tokonya deket kok. Nanti kamu sama aku nyusul Medina sama Rafi," jawab Hamdan.
Sera terkekeh melihat raut wajah Medina. Bibirnya gatal untuk tak menjahili sepupunya, "Mas, Mas Rafi nggak buka pengajuan proposal taaruf ya? Ada perempuan yang kayaknya berminat kalau Mas Rafi buka," sahut Sera dengan kekehan geli yang tiada hentinya sampai menyinggung taaruf untuk menggoda Medina.
Bersambung ....
Kemarin aku gak update karena kucingku sakit wkwkwk nanti malam kalo ada waktu aku double update.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top