Aksara 3
Ahooy!
Aku ada update cerpen lagi di What If, baca sana juga yuk!
Ku masih menunggu komen kamu di cerita ini, biar ramean gitu.
Stay Healthy!
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Yudhara mencium bibirku ganas. Bahkan dirikupun belum bisa mencium bibir manisku ini secara langsung, dan tidak akan pernah bisa. Namun Yudhara sudah lancang melakukannya terlebih dahulu, melangkahi diriku.
Sebenarnya aku ingin sekali menggigit bibirnya sampai darahnya mengucur, tidak usah berhenti dan akhirnya dia mati kehabisan darah. Akan tetapi, mau tidak mau aku memang harus mengandung anaknya, agar Shindaria meraih kesejahteraan.
Ku tarik rambutnya supaya dia menjauh. "Bisa tidak kau lakukan saja tugasmu tanpa harus melakukan hal yang tidak penting! Cepat keluarkan saja spermamu di tempat lain, lalu kau taruh di wadah kemudian masukkan ke dalam anusku!" kataku kesal bercampur malu.
Yudhara tertawa mengejek lagi. "Kalau bisa dilakukan dengan cara yang lebih nikmat, mengapa harus repot-repot memakai cara seperti itu, Rhomega?"
Raja Narapha, aku sangat membenci suara tertawanya. "Berhenti memanggilku dengan sebutan itu! Aku punya nama!" bentakku.
"Kau tidak tahu? Itu panggilan kesayangan, Rhomegaku yang cantik," katanya menjijikan.
Sebelum aku bisa membalas ucapannya, dia sudah melumat bibirku kembali. Kali ini lebih ganas dari sebelumnya. Dia memasukkan lidahnya memenuhi rongga mulutku. Menjilati lidah dan menghisapnya sampai aku merasa kelu. Rasa nikmat yang biasanya muncul saat aku melakukannya di depan cermin mulai kurasakan. Tidak, yang ini tidak bisa dibandingkan dengan rasa itu. Ini puluhan kali lebih nikmat. Aku mulai lupa kalau aku ingin Yudhara menghentikan perbuatannya padaku. Bahkan aku tidak ingin Yudhara berhenti.
Aku berjengit kaget saat tangannya menyentuh kelaminku dan merabanya dengan penuh nafsu. Kesadaranku mulai datang. Aku takut kalau dia akan melakukan hal yang lebih jauh. Aku tidak mau! Tidak dengan Yudhara! Seharusnya dia langsung memasukan spermanya saja ke dalam anusku untuk membuatku mengandung! Tidak perlu sampai melakukannya sejauh ini!!
Ingin kutendang saja kelaminnya untuk menyudahi apa yang dia lakukan. Ketika aku berniat mengangkat kakiku, gerakan tangannya di kelaminku semakin kencang. Tubuhku gemetar merasakan kenikmatan yang tidak pernah kurasakan sebelumnya.
"Mmh.. Mnggh!!" Meskipun aku menutup mulutku rapat-rapat, tetap saja desahanku tidak dapat terbendung. Sial! Mengapa sangat nikmat sekali?! Aku jadi tidak ingin dia berhenti! Harusnya aku tidak melakukan ini dengannya! Aku bahkan tidak mencintainya, malah membencinya!
Napasku mulai terasa lega saat dia menghentikan ciumannya. Sayangnya tidak seberapa lama, napasku kembali tercekat saat Yudhara melepas paksa pakaianku dengan lihainya. Tenagaku yang tidak seberapa, tidak bisa dibandingkan dengannya sedikitpun. Dia mengingatkanku lagi pada saat dahulu, ketika aku sangat membenci diriku yang terlahir sebagai Rhomega.
"Yudhar..aah! Hentikan!! AH!" Kini tangannya menyentuh langsung alat kelaminku dan kembali melakukan hal yang sama seperti tadi. Ciumannya berlanjut ke leher lalu ke dada sampai ke putingku yang semakin membuatku terasa geli. Dia menghisap, menggigit-gigitnya kecil yang membuatku semakin menggila.
Tubuhku makin terasa panas, akupun makin kesulitan bernapas. Tidak ada tanda bahwa dia akan menghentikan apa yang dilakukannya. Sedikit membuat diriku senang karena aku akan sangat kecewa kalau dia sampai berhenti memainkan tangannya di kelaminku.
Dia meraba bagian kepalanya sesekali, serta menggelitik bagian yang membuatku semakin terasa aneh. Aku tidak mengerti dari mana Yudhara tahu tentang semua hal dewasa ini. Dia memang sudah dewasa tapi aku tidak menyangka kalau dia seperti sudah berpengalaman seperti ini, melebihi perkiraanku. Apa di seberang negeri sana dia sudah melakukannya dengan orang lain?
Bagaimanapun aku tidak peduli, yang aku inginkan saat ini agar dia terus membuat tubuhku merasa nikmat. "Yudha ... ahhh ... lebih cepat! Aaangh...."
"Wah, pergi kemana Yang Mulia Tuan Puteri yang tadi tidak ingin aku melakukan hal yang tidak penting?" dia menghentikan gerakan tangannya, seketika pula aku kecewa.
Rasa kecewaku bercampur malu. Namun rasa malu ini bisa menunggu. Aku menggigit bibir bawahku sambil membalas tatapan matanya yang memandangku dengan tajam, seperti harimau lapar yang ingin memakan mangsanya. "Kubilang lebih cepat! Bukan berhenti!" hardikku.
"Haah. Aku malas kalau Tuan Puterinya galak seperti ini. Sisanya kau lakukan sendiri saja ya?" ucapnya menggoda.
"Ya sudah, sana pergi!" karena aku sudah tidak tahan lagi, aku memainkan punyaku sendiri.
Yudhara terlihat sangat kaget atas apa yang kulakukan. Mungkin dia tidak menyangka kalau aku benar-benar akan melakukannya sendiri. Tapi benar aku sudah tidak tahan lagi. Aku sudah tidak sabar, ingin meraih kenikmatan yang aku inginkan secepatnya.
Tapi tetap saja rasanya kurang nikmat. Dengan kesal aku bangkit dari tempat tidurku, ingin pergi ke depan cermin, kalau aku melihat Medhana pasti aku akan bisa orgasme dengan lebih cepat dan nikmat. Sayangnya tubuhku ditarik kembali ke atas tempat tidurku, membuat diriku masuk ke pelukan Yudhara.
"Mau kemana kau, Rhomega?" tanyanya.
"Mau menuntaskan urusanku, lepaskan aku cepat! Aku sudah tidak tahan lagi!"
"Kau ingin melakukannya di ruang mandi? Sendirian? Buat apa kau punya Syata di sini?!"
"Tidak, aku ingin ke depan cermin besar di sana!" Aku menunjuk tempat dimana aku melihat Medhanaku tercinta. "Cepat lepaskan! Lagipula kau yang bilang aku harus melakukannya sendiri!"
Yudhara melongo. Aku gunakan kesempatan ini untuk melepaskan diriku dari genggamanya. Dia tidak menahanku lagi, juga tidak mengejar. Aku tidak peduli.
Langkah kakiku kupercepat, sampai aku berdiri di depan cermin. Ketika mata hijau emeraldnya terlihat olehku, seketika aku lemas. Dengan kaki bersimpuh, aku menggerakkan tangan, meraba kelaminku dengan cepat. Desahanku pun mulai kencang terdengar.
"Medhana ... aahh ... Medha.. AHH!!" Aku terbaring lemas. Dengan mata terpejam, aku menikmati rasa yang amat sangat aku sukai ini.
"Tadi itu apa?! Kau melihat dirimu dan menyebut namamu sendiri saat melakukannya?!"
Suara Yudhara mengagetkanku. Baru saja ku ingin bangun untuk pergi ke ruang mandi. Aku berdiri dengan sedikit tenaga yang tersisa. Kemudian tanpa memerdulikan Yudhara, aku melangkah ke ruang mandi.
"Hei, Rhomega! Jawab aku dulu!"
Dia menyusul ku.
Aku berlari masuk ke ruang mandi dan segera kututup pintunya dan kukunci sebelum dia dapat berhasil masuk. Kulangkahkan kaki menuju kolam air hangat. Masuk ke dalamnya dengan perlahan dan mencoba menenangkan jiwa dan ragaku yang lelah.
Aku menarik napas dalam-dalam dan melepaskannya secara perlahan. Semua kejadian hari ini yang melelahkan berputar kembali di dalam kepalaku.
Hari ini ulang tahunku yang ke-enam belas dan berhasil menjadi hari yang paling buruk selama aku hidup. Aku menikah. Juga, terjadi hal yang memalukan saat upacara pernikahan. Kejadian barusan malah lebih memalukan lagi. Yudhara menyentuhku! Mengingatnya membuatku semakin kesal!
Bagaimana bisa dia selihai itu dalam memuaskan orang lain? Sepertinya dia benar-benar sudah melakukannya di negeri seberang sana. Seperti apa orang yang sudah melakukannya dengan Yudhara?
Hei! Mengapa aku memikirkannya sampai seperti itu? Mau dia melakukannya dengan kambingpun seharusnya aku tidak peduli!
Aku merentangkan tanganku dan melihat perhiasan pernikahan yang melekat di pergelangan tanganku. Sebuah perhiasaan emas bermata emerald, seperti warna mataku, melingkar indah di sana. Wajah Yudhara yang sangat menyebalkan saat memakaikan perhiasan ini, jadi terbayang. Padahal aku sangat suka dengan perhiasan ini. Namun dengan kenyataan bahwa ini adalah pemberian dari Yudhara, membuatku ingin membuangnya saja ke dasar kolam.
Sayangnya tidak bisa kulakukan. Bisa mati aku dicincang Ayahanda dan orang-orang tua yang katanya Agung itu.
Aku ingin segera melahirkan, kemudian pergi dari sini. Aku sudah tidak berminat untuk naik tahta. Biarkan saja Yudhara merebut tahtaku. Aku tidak peduli lagi.
Dia tadi juga mengatakan ada sejarah tentang Raja yang seorang Rhomega. Aku belum pernah dengar. Ada apa dengan Rhomega yang menjadi Raja itu? Apa ada sesuatu yang buruk sehingga dia tidak ingin aku naik tahta?
Medhana, semestinya kamu jangan terkecoh dengan perkataannya! Kamu tidak ingat apa yang telah dia lakukan padamu selama ini? Bisa saja dia mengatakan itu agar kamu bisa menyerahkan tahtamu secara sukarela!
Aku menenggelamkan kepalaku untuk beberapa saat sampai napasku habis kemudian menaikkannya lagi. Merebahkan tubuhku kembali di sisi kolam. Kepalaku sakit memikirkan semua ini.
"Sepertinya hari ini memang sudah sukses membuatku gila," gumamku.
"Bukannya kau memang sudah gila sejak dulu, Rhomega?"
Suara Yudhara sangat membuatku terkejut sehingga aku yang berusaha untuk bangun dari sisi kolam, gagal dan menyebabkan tubuhku terpeleset dan tenggelam untuk beberapa saat. Beruntung aku bisa kembali ke permukaan. Namun air yang masuk ke dalam hidung dan mulutku belum keluar sepenuhnya, membuat diriku kesulitan untuk bernapas.
Aku tidak ingat lagi kejadian setelahnya. Bagaimana Yudhara bisa masuk, dan bagaimana aku yang sekarang sudah berbaring di atas tempat tidurku lagi, aku tidak tahu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top