Harapan bersama Iris

Kafi dan Khafi nama seiras yang cocok untuk anak kembar.

Namun, tahukah kalian? Kedua nama itu memiliki arti berbeda.

Kafi memiliki arti 'sempurna'.

Khafi berarti 'yang tersembunyi'.

Namaku, Kafi.
Tapi aku lebih suka dengan nama Khafi.

Jika namaku Kafi, lalu kenapa aku tidak sempurna?

Apa itu sempurna?

Sempurna tanpa ada kekurangan sedikit pun?

Katanya tidak ada yang sempurna di dunia ini. Tapi, kenapa banyak yang tidak mau menerima kekurangan seseorang?

Itu tidak adil!

=••=

Ruangan bersimbah cat putih, bau disinfektan, empat brankar tersusun di setiap sisi ruangan, juga lemari persegi berukuran setinggi brankar.

Tiga brankar kosong. Hanya satu brankar yang terisi oleh seorang anak berumur 12 tahun. Matanya terpaku pada setangkai bunga Hyacinth putih bercampur ungu.

'Hyacinth putih memiliki makna 'aku mendoakanmu'. Hyacinth ungu bermakna 'permintaan maaf'. Apa gunanya bunga itu jika hal sama tetap terulang,' batinnya.

Kata maaf mudah terucap dari bibir. Tanpa berpikir, seseorang dengan senang berkata 'maaf' seakan kesalahannya hal remeh.

Sama seperti 'janji' yang mudah diucap. Seringkali diingkari seperti kata 'maaf'.

Kedua kata itu saling berhubungan dan kadang diucapkan dalam waktu sama.

Iris hijau emerald itu kini beralih pada jendela di depannya yang terbuka. Di luar jendela terdapat pagar tembok. Lampu jalanan bersinar menggantikan cahaya bulan dan bintang.

Manik itu masih menatap lekat ke tempat sama. Tiada lagi cahaya yang bersinar di sana. Rasa keingintahuan yang tinggi, hilang tanpa bekas. Hanya ada tatapan kosong. Mati.

Dia mengangkat tangan yang tercucuk infus di punggungnya. Sebelum menarik paksa infus tersebut yang meninggalkan cairan pekat merah yang mengalir mengotori tangannya. Dia mulai bangkit dari baring. Kaki dijuntai ke bawah. Sebentar dia mengayunkan kaki sebelum turun, menghiraukan rasa perih di punggung tangan.

Tangan kiri mencapai jaket berwarna hijau-kuning, membalut badan berharap kehangatan dapat tersalur.

Dia kembali naik ke ranjang. Membuka jendela rumah sakit itu, sebelum terjun keluar. Dia bersyukur, karena ruang rawatnya di lantai bawah. Dan itu membuatnya bahagia.

=••=

Anak itu kini menyusuri jalanan yang sepi. Tidak ada mobil berlalu lalang lagi. Hanya lampu jalanan bercahaya kuning dan hembusan angin malam menjadi peneman. Bulan dan bintang tak terlihat, hilang entah kemana. Seolah mereka tidak ingin menyinari sang anak yang tengah dilanda depresi.

Kepalanya menunduk tak mampu lagi melihat jalan. Pandangan yang seiring waktu, semakin menggelap. Air mata sudah habis hingga tak terkeluar lagi. Dia memeluk tubuh sendiri. Tidak ada yang ingin memberinya pelukan.

Tidak sang ayah.

Atau sang ibu.

Bahkan keempat kakaknya.

'Aku menyerah,'  batinnya, berteriak kencang, menggelegar dalam diri.

'Aku tidak marah dilahirkan berbeda.'

'Aku tidak mengeluh atas kekuranganku.'

'Aku tidak bertanya alasan semua menjauhiku.'

'Aku tahu alasannya.'

Napas ditarik. Dia mulai menatap ke depan.

'Setidaknya berikan aku harapan dan alasan. Kebahagian besar yang kurasa selama ini. Kenapa denganku?'

Tiada.

Tiada yang ingin menjawab pertanyaannya.

Pertanyaan yang hanya dapat diutarakan dalam batin.

Dia tidak diperbolehkan untuk berkata.
Tapi, juga tidak dilihat saat matanya berteriak meminta.

'Dandelion. Bunga dengan tubuh rapuh. Dibalik tubuh rapuh itu, terdapat kekuatan hebat serta kesederhanaan yang luar biasa. Meskipun ringkih dan terlihat lemah, Dandelion dapat tumbuh dan beradaptasi dimana saja. Dandelion sebuah lambang kekuatan dalam bertahan di kondisi apa pun.'

'Izinkan aku menjadi Dandelion. Yang mudah tertiup angin, mengikut ke mana saja dia pergi. Lalu jatuh. Di satu tempat berbeda. Kemudian melahirkan kehidupan baru.'

Satu senyum tipis terbit. Hanya dengan mengingat itu, sedikit membuatnya bahagia.

Bahagia itu sederhana.

Dia menyukai kesederhanaan.

Sesuatu yang tersembunyi dalam tubuh rapuhnya, adalah kekuatan besar.

Kekuatan menghadapi kondisi apa pun.

Itulah, Khafi. Yang tersembunyi.

=••=

Dia duduk di bangku taman terlupakan. Kegelapan dan hembusan angin malam sebagai peneman. Dia mengeratkan pegangan pada jaket.

Berat di sebelahnya dia abai. Lebih ketidakpedulian pada orang di sebelahnya.

Mengenakan jaket hijau tua yang terlihat seperti warna hitam di kegelapan seperti ini. Iris hazel miliknya menatap langit.

"Pak Bulannya lagi pergi, ya?" sendu anak itu sebagai pertanyaan untuk diri sendiri.

Namun, mampu membuat dia menoleh ke anak tersebut yang juga ikutan menoleh.

"Hai. Aku Adwa."

Harapan.

=••=

Lembar notebook diselak perhalaman. Hingga tiba di kertas kosong. Pena mulai membuat sebuah kalimat.

Juli 31

Akhir Juli lagi, yeah!

Harapan di akhir Juli.

Banyak bunga melambangkan harapan. Tapi, aku memilih bunga Iris.

Bunga Iris memiliki arti harapan, persahabatan, dan keberanian.

Stay strong, Khafi!

Khafi
Yang tersembunyi

SELESAI



















































































HALLO SEMUA!

Pencapaian buat Saa. Sebenarnya cerita ini selesai dalam satu hari. SATU HARI, di tanggal 28 Juli. Okelah, tanpa revisi :)

Update perbab sehari. Sengaja gak update LFABOB. Asjajhjk

Semoga pesannya tersampaikan, ya!

Ada yang ngira awalnya Khafi cewek? Khafi cowok, no debat.

Saa pilih genre angst (LAGI :v) pertama, karena suka. Ntah kenapa, mungkin ketularan virus angst gara-gara kebanyakan baca genre itu yang bikij mewek di adegan tokoh utama mau mati, dan pas di narasi deskripin perasaan sakit sang tokoh utama.  Second, ide didapat setelah Saa baca genre angst. Saa baca dua kali dan perasaan sama selalu terpatri sampai akhirnya, terbawa bikin story ini dalam sehari :v. Ketiga, Saa pengen yang ngerasa hidupnya susah banget gadak bahagia-bahagianya paham, kalau kebahagian yang dicari itu sebenarnya selalu ada hanya saja tidak disadari.  Kebahagiaan itu sederhana. Gak usah hal yang besar dan diharap-harapkan banget. Bangkit pelan-pelan, dengan melihat sesuatu yang tanpa sadar akan membuatmu bahagia. Lalu, mulai dari awal dengan harapan baru. Harapan yang jangan terlalu diharapkan. Karna, balik lagi nih ya, itu cuma sekedar 'harapan' karna yang nentuin Allah. Dan Dia yang maha mengetahui segala sesuatu yang baik untukmu atau tidak.

Bahagia itu sederhana, 'kan?

Contoh dari Saa:

Waktu Saa berhasil nyelesain tugas matematika. Bahagia banget sampai jungkir balik sendiri.

Paling sederhana, bisa tidur di malam hari. Bangun di pagi hari. Tanpa ada rasa takut sama sekali. Liat kasur pun takut. Saa dulu selalu takut kalau mau tidur. Takut besok gak bisa bangun. Bahkan Saa takut adik, mama, ayah Saa tidur. Saa takut mereka gak bangun lagi. Sekaramg udh gak lagi, karna Saa coba pelan-pelan bikin pemahaman sendiri. Akhirnya, Saa tidur dengan aman, dan dengan bahagianya bisa bangun lagi.

Semua kerja rumah selesai. (Ini sesuatu yang diharapkan tiap hari ngerjain rumah).

Liat adik yang tiba-tiba bermanja.

Bisa santai😎

Dan banyak lagilah.

Dulu Saa juga mikir. Kalau kumpul keluarga itu adalah sesuatu yang besar. Kebahagian yang begitu besar. Bisa ketawa bareng-bareng, cerita sama-sama.

Waktu umur sepuluh tahun (kalau gak salah) waktu lagi kumpul keluarga, sore-sore 'kan. Tiba-tiba Saa mikir, "Waktu kayak gini gak bisa diulang. Dan mungkin nanti bakal sulit dapatin waktu kebersamaan gini. Andai waktu bisa berhenti sebentaaaaaaaaaaaaaarrrr ajaaaaa."

Dan emang benar. Sekarang susah dapat waktu gini. Mama dan ayah Saa sibuk karna harus dapat penghasilan tambahan untuk biaya sekolah Saa dan kakak yang ada di asrama. Belum lagi kebutuhan adik  Saa yang masih dua tahun. Kebutuhan lain-lainnya.

Mereka makin sibuk. Tapi, masih bisa luangin waktu. Kadang Saa juga yang sibuk.

Semoga kita semua selalu bahagia walau badai tengah menerjang.

Kadang dianggap remeh. Padahal itu merupakan hal besar yang didamba banyak orang yang tidak bisa memilikinya.

Mungkin bukannya tidak bisa, ya....

Cuma perlu liat dan menyelam lebih dalam lagi.

Ingat ya, bahagia itu mudah.

Hargai + syukuri = bahagia.

Menghargai setiap sesuatu yang diberi, menjadikan rasa syukur hinggap, hingga menghasilkan sebuah kebahagiaan ^^



Bahasa Saa jadi baku banget °_°

Dhlh, bay

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top