Me VS Alur Cerita

Alur cerita.

Yap, biasanya setelah menemukan ide cerita, pertanyaan yang akan muncul adalah... "alurnya gimana, ya?"

Dalam cerita dengan genre romance--which is the most genre what I wrote--penulis sudah tahu kalau akhirnya si tokoh utama perempuan akan berakhir dengan si tokoh laki-laki. Bahkan, pembaca juga udah bisa menebak akhir cerita.

Nah, ini akan ada muncul beberapa komentar pembaca seperti, "ah, ketebak endingnya!"

Lho, ya ampun, kalau menurut aku ya, emang bukannya begitu karakter cerita romance? Lah ya, beda sama cerita dengan genre suspense, thriller, atau yang ngajak pembaca main tebak-tebakkan alur dan ending.

Ini yang mengantui aku setiap menulis, "bikin alur nggak ketebak itu gimana? Apa harus ada adegan bunuh-bunuhan di klimaks antara tokoh utama? Biar nggak ketebak gitu."

Semakin aku pikirin, semakin aku renungkan. Pada akhirnya, aku membiarkan alur itu let it flow aja. Ngalir apa adanya sampai dipertemukan dengan muara. Kalau aku capek mikirin alur biar pembaca penasaran, yang ada aku nggak nulis-nulis. Sibuk mikirin si alur ini.

Jadi ya, yang penting tahu ceritanya mau dibawa kemana.

Terus... ehm, ini sebenernya trik 'keledai' aku sih, aku lebih milih ngutain latar, nguatin interaksi antar tokoh, dan menguatkan karakter si tokoh. ((Semoga ini berhasil di beberapa cerita yang udah aku publish))

Jadi, nanti kalau ada pembaca komen masalah ending ketebak atau alur yang ketebak, setidaknya mereka bisa komen, "nggak berasa baca ceritanya, tiba-tiba abis aja."

Setidaknya juga, mereka berasa diajak ke setting tempat sungguhan karena deskripsi latar yang kita buat begitu menggoda. Atau terbuai oleh karakter tokohnya yang juga menggoda.

Ada beberapa yang tanya ke aku, "bikin alur cerita yang menarik itu gimana?"

Dan biasanya aku jawab, "let it flow ."

Karena tulisan aku yang receh itu, alurnya juga biasa aja dan ketebak. Wkwkwkwkwk.

Yang penting lah, aku masih mau nulis dan terus belajar. Diiringi caci maki. Wkwkwkk.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: