🌌33. Photoshoot Enggak Penting
"Hari ini gue photoshoot buat es krim Wolles, temenin dund siapa pun," pinta Nebula sambil mengaduk milkshake vanila dengan toping es krim 2 scoop di atasnya.
"Gue yang temenin." Suara bariton dari lelaki berjas biru dongker yang baru saja duduk dan menaruh selembar kertas ulangan bahasa Inggris milik Nebula itu pun berhasil membuat ketiga manusia di kursi panjang kantin sana menoleh.
Halona dan Asya yang masih sibuk menyendok sepiring nasi goreng mereka pun langsung membelalakkan mata. Tunggu ... bagaimana bisa posisi mereka untuk cuci mata melihat cogan di sana justru digantikan oleh ketua OSIS galak ini?
Namun, tak satu pun kata terucap dari bibir Arcas. Lelaki itu masih terdiam sambil mengusap layar ponsel tanpa minat 'tuk menoleh. Iya, tanpa diminta pun, cowok itu juga bisa mendengar.
"Sya padahal pengen cuci mata."
"Sama ... tapi sebagai teman, kayaknya kita harus nurut sama kata Nebul, deh, Sya," balas Halona sambil mengembuskan napas pelan. Baiklah, kali ini ia mengalah dan membiarkan sahabatnya untuk pergi berdua lagi. Sudah biasa juga dirinya ditinggal berdua sama Asya.
"Lo berdua pulang, nggak usah ikut. Nyusahin pasti," sahut Arcas yang berhasil membuat keduanya bungkam.
Seolah tak ingin berdebat dengan calon pasangan Nebula itu, Halona dan Asya justru memutar bola matanya malas. Sedikit menggeleng, lantas melempar lirikan tajam ke arah Nebula—berharap gadis itu mau menjatuhkan pembelaan.
Namun, gadis itu justru tak berkutik, malah membiarkan Arcas berbicara sesuka hati pada kedua sahabatnya. Sekali-kali gitu 'kan, pisah dari mereka dulu biar bisa ganti gandengan, apalagi Halona sama Asya itu kalau tidak diperhatikan sedikit saja, pasti sudah menenteng plastik berisi siomay, cimol, batagor, segala macam.
Hingga akhirnya, demi memecah suasana kesal di meja makan, Asya langsung menarik selembar kertas yang tak dilirik penuh minat oleh para insan di sana. Mata gadis itu sedikit terbelalak, lantas bertepuk tangan kecil di udara. Entah mengapa, senyum gadis itu justru mengembang saat melihat angka yang tertera di kolom bagian kanan atas.
Sumpah, ini adalah sebuah mujizat kalau kata orang-orang. Sebuah rekor yang harus dirayakan penuh kemenangan kala melihat angka yang tertera. Menakjubkan, bahkan selama Asya mencoba untuk mengoreksi tiap ucapan, semuanya terasa sia-sia.
"Lebay lo. Cuman dapet 65 dia. Kurang sepuluh poin lagi buat KKM. Masih remedial," sahut Arcas sembari menunjuk angka jelek di sana, kemudian melirik ke arah Nebula yang masih asyik menikmati tiap tegukan milkshake seraya menyaksikan sebuah video seseorang mukbang es krim.
"Tapi, Kak, maaf kalau gue ikut campur, untuk Nebula yang biasanya paling tinggi dapet 50, ini adalah pencapaian, loh," bela Halona sambil menggelengkan kepala pelan.
"Sya setuju sama Ona yang selalu mengeluarkan aura-aura positif kayak wajah Sya."
"Gue pikir selama ini Nebul disiksa di ruang OSIS, eh tapi enggak mungkin, sih, itu pikiran gue doang. Tapi ternyata, kalau kita liat dari sisi positifnya, Nebul jadi pinter walau disuruh-suruh terus. Ya 'kan, Sya?"
Asya mengangguk setuju. Baiklah kalau seperti itu, dirinya pun ikhlas berduaan dengan Halona setiap pulang sekolah asal sang sahabat bisa menjadi anak yang berprestasi. Mau bagaimanapun juga, menurut risetnya dalam dunia bahasa inggris, bahasa asing itu sangat diperlukan untuk bidang apa pun.
"Duh, lo semua don't need speak-speak anything, gue lagi seru nonton, jangan ganggu!" protes Nebula tiba-tiba.
"Sorry Nebul, yang bener itu gini 'Guys, be quiet please, I wa—'"
"Sttt ...," balasnya sambil menaruh jari telunjuk di depan bibir. Tolong dipahami, ya, ini sedang jam istirahat, jadi jangan pernah mengganggu, apalagi membahas hal menjijikkan seperti pelajaran bahasa Inggris agar mood-nya tidak hancur karena harus mengingat wajah guru menyebalkan itu.
"Kalau diajarin itu dengerin," kata Arcas ketus. Pandangannya masih fokus pada layar ponsel, tapi sang gadis yang dituju pun tampak tak peduli.
"Nanti gue serahin lo ke Miss. Sunshine biar belajarnya sama dia."
"Nanti gue tinggal lapor ke Ayah kalau lo jahat," ancam Nebula sambil menyunggingkan senyum sinisnya.
"Bod—"
"Arcas, dicariin kepala sekolah." Salah yang tiba-tiba muncul itu pun berhasil membuat perbincangan antara mereka berempat terhenti.
"Lo nggak ketular sifat jelek gue 'kan!" tanya Nebula yang dibalas oleh anggukkan oleh Arcas kala cowok itu melintas pergi dari sana.
📸📸📸
"Hai," sapa Nebula yang baru saja memasuki area make up—diikuti oleh Arcas dari belakang.
Bukannya menjawab, para manusia yang tengah sibuk memoles bedak untuk talen justru melempar lirik ke arah Arcas. Beberapa dari mereka sontak mengerutkan dahi untuk pertama kalinya. Bukankah ini cowok yang pernah diunggah di Instagram milik brand ambassador es krim Wolles ini?
"Lo pacaran, ye, Bund, sama ini cowok?" Seorang pria kemayu dengan kaos hitam polos yang sedang mengukir eye liner di atas mata gadis di sebelahnya itu pun bertanya.
Sontak saja kedua bola mata gadis itu terbelalak. "Enak aja! Cuman temenan gue tuh. Biasalah netizen, udah jadi hobi dah jodoh-jodohin. Berasa kayak hidup kita diatur mereka aja."
"Aduhai," balasnya sambil menutup mulut, "nanti beneran suka baru tau rasa lo, Bund."
Nebula menggeleng kuat, lantas menoleh ke arah Arcas yang masih bersender di kursi biru sudut ruang make up. Suasana remang dari perpaduan lampu berwarna kuning dan kain hitam panjang yang menjadi pembatas antara ruang pemotretan itu pun membuat Arcas menjadi semakin fokus pada layar ponsel.
"Ganteng sih Bund."
"Bawel lo, Mbak," sahut Arcas tiba-tiba.
Nebula yang baru saja mendaratkan bokongnya di atas kursi rias pun langsung menoleh sambil meletakkan tas selempangnya ke atas pangkuan. Melihat balasan Arcas barusan, terasa seperti ada sesuatu yang menggelitik perutnya hingga gadis itu sedikit tertawa. Ada-ada saja memang kelakuan mereka.
Melihat kelakuan sang gadis yang jauh dari ekspektasi, lelaki itu justru memicingkan mata saat seorang perias milik Nebula datang menghampiri 'tuk memoleskan bedak di wajahnya. Bukannya membela atau mengomel, malah berbuat seolah itu adalah hal yang lucu. Mana periasnya banci pula.
Ting!
Tatapan mata Arcas sontak beralih pada layar ponselnya kala melihat sebuah nama yang tak lagi asing di matanya. Dengan cepat lelaki itu mengetikkan kata sandi usai menekan nama si pengirim pesan di WhatsApp.
Mau Rice 🍚
Lo sama Yanti?
Arcas
Hm.
Mau Rice 🍚
Hati-hati.
Dia aman? Jangan lupa.
Arcas
Udah tau.
Kembali ditatapnya sang gadis yang masih terduduk dengan tenang sambil menatap lurus ke arah kaca. Entah, rasanya ia sendiri pun tak paham dengan polesan make up yang terus ditambah di area kelopak mata. Gadis itu tampak memejamkan mata saat sang perias memoleskan sebuah kuas kecil bertinta hitam di sana.
"Rempong jadi cewek," ucapnya sambil memijat pelipis yang sudah berdenyut sejak tadi. Lelah kali habis pulang sekolah langsung menemani Nebula pergi melakukan pemotretan. Bagaimana bisa gadis itu kuat? Tapi ada satu hal yang Arcas tangkap, pantas gadis itu tak pernah bisa fokus belajar.
Arcas yang tak lagi tahu harus berbuat apa pun akhirnya bangkit dan berjalan menghampiri sang gadis, lantas melipat kedua tangannya di depan dada. Lelaki itu tampak berdecak sambil menyenderkan punggung di dinding berlapis kain hitam tersebut.
"Lama."
"Sabar."
"Ya udah sambil belajar Inggris aja gimana biar nilai remedial lo bagus?"
"Kak Arcas! Jangan buka rahasia!" pekik Nebula tanpa sadar. Membuat beberapa sorot mata pun langsung bergerak ke arahnya.
"Biarin."
Hai, apa kabar?
Semoga baik-baik saja
Jangan lupa bahagia :)
Sayangi dirimu dulu baru orang lain
#modeserius
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top