🍳25.
Ini bukan pemaksaan, melainkan kewajiban. Kalau berani menolak, silakan tanggung resikonya sendiri.
-Arcas-
Ting!
Sebuah notifikasi pesan masuk dari grup WhatsApp berhasil membuat Nebula menghilangkan fokusnya dari bayang-bayang Arcas.
Halona Avisya
Maaf, gue bukan menghindar dari kalian. Tapi memang lagi ada urusan sama Kak Arcas. Gue cuman takut Nebul marah, jadi tadi malah kabur. Maafin, ya?
Nebula seketika mengangkat alis sebelah kanannya, lantas menarik sudut bibirnya ke atas sedikit. Iya, dia tahu persis kalau ini pasti lebih dari urusan. Enggak pernah ada sejarahnya seorang Halona menghindar dari sahabatnya.
"Tunggu ... jangan-jangan Ona sama Kak Arcas itu lagi pdkt."
"Eh, anjir! Nggak boleh!"
Sembari menghentakkan kakinya ke atas lantai, gadis itu kembali berkata dengan nada yang sedikit kencang. "Woi, ih liat aja, sih, kalo sampe beneran, gue viralin anak itu!"
Bukan, Nebula juga sebenarnya mengizinkan para sahabatnya untuk memiliki pacar, terserah malah. Tapi jangan sama Arcas juga. Masa enggak ada pilihan lain yang lebih bagus?
"Cepet, naik! Gue lagi baik," ucap Arcas tiba-tiba. Sip, ini udah kayak disamber geledek. Enggak tahu apa yang bikin cowok itu sampe niat banget buat putar balik dan jemput Nebula. Jangan-jangan dari tadi ia bersembunyi di balik pepohonan yang rindang terus menguping semua perkataan Nebula?
"Lo nguping, ya, gue lagi ngomong sendiri? Terus pas udah selesai, lo muter balik!" tuduh gadis berponi rata itu sambil menaruh telunjuknya di bawah dagu.
"Bawel. Cepet, gue ada maunya soalnya."
"Hah, apaan?"
"Nggak mau ya udah. Gue tinggal lagi."
"Tungguin elah. Jangan nggak sabaran gitu."
"Intinya lo harus bales budi sama apa yang udah gue perbuat selama ini," jawab Arcas sambil mengintip Nebula yang masih berusaha naik ke atas motor.
Baru saja mengangkat kaki untuk melangkahi jok, mata sang gadis pun mendadak memicing saat menyaksikan raut menyebalkan dari wajah Arcas yang begitu songong.
Sebentar, balas budi. Loh, jadi selama ini cowok itu enggak ikhlas memberikan pengajaran bahasa inggris? Terus meminta imbalan biar impas?
"Apaan, deh. Lo jadi cowok nggak jelas banget."
"Bisa diem 'kan?" tanya Arcas yang perlahan mengembuskan napasnya kasar. Dasar cewek! Sudah dibaikkin, pasti malah semakin berulah dan tambah ribet.
Seolah ada sihir yang keluar dari bibir sang lelaki, sepasang bibir milik Nebula pun akhirnya terkatup rapat. Lantas memutar bola matanya malas sambil mengerucutkan bibir kala Arcas menancap gas motornya.
Senyum Arcas perlahan tampak dari balik kaca spion motor. Sunyi, ya ampun indah sekali pendengarannya kalau seperti ini setiap hari. Oh, apa perlu dirinya beli lem tikus buat merekatkan bibir gadis di belakang agar hari-hari esok bisa berjalan dengan tenang?
Cantik-cantik bawel.
Hingga dua roda motor yang terus berputar itu pun akhirnya membawa mereka ke sebuah bangunan bernuansa hitam dan putih yang memamerkan nuansa estetik di dalam sana.
"Lo mau ngapain?" tanya Nebula yang masih terduduk diam di atas motor. Sama sekali tak mempedulikan Arcas yang sudah melepaskan helmnya terlebih dahulu dan turun dari motor.
Bola matanya perlahan bergerak mengitari suasana kafe bermotif not balok yang saking menjiwainya, para pelayan yang sedang melayani para pelanggan itu pun sampai menggunakan pakaian dengan warna serupa. Entah apa yang memotivasi sang pemilik kafe, tapi di mata Nebula semua ini tampak terlihat seperti zebra cross.
"Turun."
"Mager."
"Apa perlu gue gendong?"
Sebuah decakan akhirnya mendarat dengan selamat di telinga Arcas. Bersama wajah yang ditekuk seperti kertas origami, sang pemilik poni rata itu pun akhirnya turun dari motor Arcas. Menatap lurus ke depan sambil menoleh walau sebentar, kemudian mengangkat kedua bahunya pelan.
"Nanti gue diajakkin foto misal nggak pake masker atau kacamata," ucap Nebula. Lagian siapa suruh ajak-ajak ke kafe tanpa bilang? Sudah begitu, pakai seragam pula. Nanti kalau ada salah satu admin akun gosip, masa ia harus digibahi netizen lagi dan dijodoh-jodohi? Apalagi sampai ada yang bilang kalau mereka mirip kali sama Romeo Juliet lokal.
"Lebay."
"Enggak! Itu namanya hal wajar. Lagian ah ... nyebelin!" ucap Nebula sambil mengerudungkan topi jaket putih miliknya ke atas kepala, lantas menunduk.
Belum tahu saja si Arcas, pernah waktu itu ia pergi ke kafe, sudah begitu lagi asyik makan kentang goreng, eh, salah satu fan justru datang dan memaksa gadis itu untuk foto bersama. Kalau bukan demi pencitraan, sudah ia maki penggemarnya!
Coba nanti suatu saat ia sumpahin si Arcas agar bisa bertukar posisi. Terus biar merasakan apa itu resah saat dijadikan sumber perhatian dari orang-orang seolah habis melakukan kesalahan besar. Menyebalkan!
Hingga akhirnya Nebula yang baru saja berjalan beberapa langkah pun mendadak terdiam di tempat. Jantungnya mendadak tak bisa diajak kerja sama saat sebuah telapak tangan sudah menarik tudung saji, eh tudung kepalanya hingga wajah gadisbitu terpampang dengan jelas.
Tadi ... perasaan Arcas sudah masuk terlebih dahulu, lantas yang mengganggu pertopian gadis itu siapa? Sontak saja gadis itu meneguk salivanya susah payah dan tak berani menoleh. Kepalanya terus ditundukkan walau jelas orang di belakang sana pasti sudah mengetahui identitasnya. Jangan-jangan dia orang suruhan Prinses yang disewa untuk mempermalukannya di sini.
"Siapa lo? Ngapain narik-narik penutup kepala gue? Tau nggak gue siapa?!"
Sang penarik masih tidak mengeluarkan suara seolah ada seekor kecoak yang menyumbat pita suara miliknya.
Ya ampun, siapa, sih? Kalau kayak gini caranya, lama-lama bulu kuduk Nebula jadi berdiri semua! Ih, apa mungkin hantu juga suka sama Nebula?
"Ngomong aja masa ... aw!" ringisnya. Fix, ini bukan hantu dan pelakunya pasti ia kenal. Siapa lagi kalau bukan ... eh, tunggu. Mendadak kedua bola mata Nebula dibuat melebar saking terkejutnya.
Loh, tadi ... kan ... astaga menulis narasi saja belibet. Itu, kok Arcas bisa ada dua? Tadi perasaan ada sepatu pantofel hitam yang sudah melangkah masuk terlebih dahulu. Ia yakin itu milik Arcas, kenapa sekarang jadi ada dua manusia?
"Apa? Nggak usah liatin gue sampe kayak gitu. Ngapain ke kafe sampe jadi white riding hood?"
"Lo bisa kloning diri ya?!"
"Apaan, dari tadi gue di belakang lo. Nggak usah halu. Cepet lepas topinya, lagian ini kafe buat kelas menengah atas, bakal jarang yang belaga norak sampe minta foto atau tanda tangan ke orang kayak lo."
"Idih, apaan? Udah, deh, nggak usah sirik sama gue! Gue tau kalau gue cantik, terkenal, baik hati, rajin menabung, tapi nggak begini caranya jatohin orang! Lo pasti mau dongkrak popularitas biar jabatan sebagai ketua OSIS bisa lanjut sampe kelas 12 'kan?!"
Arcas menggelengkan kepalanya tak paham. Bodoh, dasar gadis aneh. Mana ada OSIS menjabat sampai kelas 12? Mau dibunuh secara perlahan gitu?
"Astagfirullah, udah selesai halusinasinya? Ayo masuk. Nggak pake ngebantah!" ucap Arcas yang langsung menarik topi jaket milik Nebula hingga gadis itu terpaksa memutar posisi tubuhnya dan berjalan mundur.
"Kak ...."
Sang lelaki yang dipanggil kakak itu tidak menoleh, bahkan niat untuk meladeni Nebula pun sama sekali tak ia pikirkan. Biar, hanya dengan cara ini mulutnya bisa dikatup rapat agar telinga seluruh pelayan tidak pecah.
"Selamat datang di Zebra Cross cafe ...," sapa seorang pelayan yang tampak menutupi mulutnya kala melihat perilaku Arcas. Hingga selang tak lama, wanita berkucir satu yang awalnya bertugas 'tuk membuka pintu itu pun langsung melangkah menghampiri satpam yang sedang menyeruput segelas air putih.
"Pak, liat ... itu kayak nggak asing mukanya."
Sementara Nebula yang sedari tadi sudah melempar tatapan sinis ke arah mbak-mbak kafe itu pun langsung merogoh saku roknya 'tuk mengambil ponsel walau berujung sebuah telapak tangan justru menahan pergelangan gadis itu.
"Nggak usah aneh-aneh. Lo berulah, gue mutilasi tubuh lo buat dibawa ke lab biologi."
"Ih!" Dasar lelaki bermulut cabai! Terus saja bilang mau penggal kepala orang, atau diberi ancaman aneh setiap harinya apabila berulah walau sedikit. Memang, ya, yang namanya cowok itu selalu egois dan enggak pernah sabar menghadapi ceweknya yang sangat cantik dan pendiam seperti Nebula.
"Udah duduk," perintah Arcas sambil menekan bahu gadis itu untuk mendaratkan bokongnya di atas kursi panjang berwarna putih polos yang menempel ke area dinding bermotif hitam putih.
"Mau ngapain?!" tanya Nebula sinis.
"Bawel banget," ucapnya sambil mendengkus.
"Lo besok bantuin gue. Tanpa penolakkan, nggak bawel, dilarang mengeluh. Keluar satu kata, gue lakban mulut lo."
"Kak!" seru Nebula tak terima.
Tanpa mempedulikan siapa yang tengah memanggilnya, sontak saja Arcas mengacungkan tangannya ke udara hingga seorang wanita berkemeja hitam celana putih datang melayani mereka.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top