🍦2. Tidak Pantas Berbicara
Kita ditakdirkan bersama dua buah rasa, senang dan sedih. Tapi ... bolehkah kita menjadi egois walau sesekali?
-Me and My Pacar Proposal-
"Kakak buat salah apa emangnya?" tanya Karmayanto—ayah Nebula—sembari mengusap puncak kepala putrinya saat hendak mengetuk pintu neraka, eh ruang BK. Maaf, yang nulis khilaf.
Gadis berponi rata itu tak menjawab, malah sibuk memilin ujung rok biru dongker polosnya. Sebenarnya ia tak akan ditelan hidup-hidup juga oleh Karma, tapi terkadang Nebula juga merasa kasihan karena sang ayah harus mangkir dari kantor hanya untuk melayani panggilan tidak penting seperti ini.
"Asal nggak melanggar motto hidup Ayah dalam mendidik anak, ya ... sah-sah saja kalau nakal." Pria berambut tipis dengan pakaian kasual khas kantoran itu kembali membuka suara.
Iya, bagi Karma, kenakalan yang dilakukan oleh anak-anak remaja di sekolah itu memang hal yang wajar. Kalau memang hanya mengganggu satu sama lain dan tidak melanggar hukum, bukankah itu bentuk kebahagiaan? Menikmati masa muda itu juga penting agar punya kenangan manis.
Dirinya saja sekarang bangga karena dulu pernah memegang predikat sebagai siswa playboy di sekolah. Tidak heran, sih, wajahnya juga masih tampan walau usia terus beranjak sampai angka lima puluh, mirip kayak Cha Eun Woo.
"Cuih!" desis Nebula saat mendapati sosok yang tengah berdiri di sudut ruangan bercat putih itu. Memang, ya, sejak kemarin sampai hari ini, tak ada satu pun hari yang membuat gadis itu bisa tersenyum seharian.
Lagi dan lagi, ia dipertemukan dengan dua makhluk hidup yang pekerjaan utamanya adalah melakukan pencitraan di hadapan orang tua murid, apalagi si cowok kepo yang sebenarnya tak memiliki urusan apa pun di sini.
"Tolong, gue nggak mau masa depan gue hancur, Kak. Please, gue minta maaf," lirih Nebula seraya merapatkan kedua tangannya di depan dada. Ia sendiri juga tidak tahu kenapa nyalinya semenciut ini. Walau terkadang kata-katanya tidak bisa disaring, dan hatinya merasa ketakutan, ia masih berani berpura-pura untuk melawan.
"Kak Arcas, gue mohon ...." Langkah lelaki itu seketika terhenti. Kedua bola matanya sontak menatap ke arah Nebula dengan penuh dendam.
Menghela napas lembut, lantas Arcas kembali menatap lurus ke depan tanpa mempedulikan apa yang akan terucap dari bibir tipis gadis ini.
Air mata yang awalnya sempat berhenti beraktivitas, seketika kembali berlari dari tempat tinggalnya. Sekuat tenaga gadis itu akhirnya berucap walau raganya tak lagi kuat untuk meronta dari gendongan Ketua OSIS SMA Daun Biru itu.
"Gue nggak mau nikah muda cuman karena hamil gara-gara diperkosa sama lo, Kak!" teriaknya sekuat tenaga. Biar saja orang-orang yang ada di dalam kelas nanti berlarian keluar, lalu bisa menyelamatkan gadis itu.
Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Lorong masih tetap sepi, walau Arcas segera menurunkan Nebula demi keamanan bersama. Cowok itu mendorong tubuh Nebula hingga berjinjit di sudut lapisan kaca yang menyajikan pemandangan halaman sekolah.
Tangan cowok itu bersender di atas kepala Nebula—membuat pernapasan gadis itu justru terasa semakin sempit. Diteguknya dengan penuh kekuatan iman para saliva yang sudah mengantre dan berteriak sedari tadi.
Kedua kelopak matanya terpejam, bahkan telapak tangan gadis itu dengan sigap menutupi bibirnya demi berjaga-jaga.
Langkah kaki kirinya ia geser secara perlahan, lantas sedikit menunduk, dan berlari dari sana sekuat tenaga. Ya ... dalam hitungan detik pula, apa yang dilihat oleh Arcas di depan matanya seketika menghilang.
Sama sekali tak berani menoleh ke belakang, yang terpenting adalah gadis itu bisa masuk kelas walau harus menerima teriakan serta keluarga sarkasme dari macan betina. Tapi setidaknya, itu jauh lebih baik daripada harus berhadapan dengan Ketua OSIS mesum yang berani-beraninya memanfaatkan jabatan demi mendapatkan gadis cantik dan terkenal.
Sudah susah payah ia bangun karirnya agar sang ibu yang tengah bermain di surga bisa tersenyum, masa harus dihancurkan oleh seorang lelaki tidak berguna macam cowok horror! Mana ia lupa pula soal ancaman andalan yang biasanya mempan saat diganggu oleh cowok-cowok di tangga sekolah,
Tatapan aneh Ms. Sunshine masih belum sepenuhnya berpindah dari wajah Karma yang dengan santainya terduduk di hadapan Bu Azty. Wanita yang usianya tak jauh berbeda dari ayah Nebula itu masih berdiri tanpa berkedip.
"Anak saya emang ada salah apa, Bu?" tanya Karma.
Selang beberapa detik kemudian, Bu Azty malah sibuk merogoh laci meja kayu jatinya dan mengambil sebuah kotak berisikan beberapa buah ponsel yang tak juga diambil karena para orang tua justru membiarkan anaknya menderita selama berbulan-bulan.
Diletakannya kotak ponsel berwarna putih itu di atas meja, dan didorongnya sedikit sampai tiba di hadapan dada bidang milik Karma.
"Ponsel Nebula kemarin sempat disita oleh Ms. Sunshine karena masih membuat Instastory, padahal bel pelajaran sudah berbunyi," jelas Bu Azty seraya menaikkan posisi kacamata bulatnya.
"Ohh, baik. Saya sebagai ayah dari Nebula meminta maaf. Anak ini memang suka khilaf, Bu," balasnya.
Nebula menoleh. Bukan, bukan menatap sang ayah yang sangat sabar, tetapi gadis itu justru memperhatikan gerak-gerik Ms. Sunshine. Kenapa wanita itu sibuk menatap ayahnya yang tampan ini? Ia sadar dan tahu kalau sang ayah memang awet muda dan suka menimbulkan jantung copot dari para wanita genit, tapi harusnya Ms. Sunshine juga sadar diri. Tak, 'kan, pernah sudi dia merestui hubungan kedua insan itu andai memang terjadi.
"Kemarin juga Nebula kabur dari ruang BK," lanjut Bu Azty.
Tangan sebelah kanan Nebula seketika menunjuk ke area wajah Ms. Sunshine, persetan dengan norma kesopanan seperti buku pelajaran anak sekolah dasar. Selama ini, Miss. Sunshine itu selalu memperlakukan dirinya secara tidak adil. "Lah, kok Ibu ngarang-ngarang cerita? Siapa yang kabur? Terus yang ada di lorong itu bukan cuman saya, dan siswi lain yang lari pun dibiarin!
Baiklah, untuk kali ini Nebula melakukan semuanya tanpa kesadaran penuh dan tak sudi meminta maaf.
"Kak, jangan bar-bar. Ini sekolah, bukan rumah," sahut Karma yang ikut terkejut dengan reaksi putrinya.
"Ibu tau nggak? Dia—Arcas—si Ketua OSIS kebanggaan Ms. Sunshine yang suka seenaknya kasih nilai saya Do Re Mi, padahal saya udah belajar, malah seenak jidad gendong-gendong saya! Kalau emang niatnya mau dibawa ke BK, saya bisa jalan sendiri!" balas Nebula tak terima. Enak saja, sudah hampir diperkosa, eh, yang dibela malah pelaku. Memang, ia sadar betul juga kalau wanita selalu disalahkan dalam kasus pelecehan.
Tak terima dengan apa yang terucap dari bibir gadis itu, lantas Arcas kembali melangkah—menghampiri Bu Azty yang hanya bisa terdiam seraya menatap cowok itu dengan tak percaya.
"Bu Azty dan ayahnya Nebula, saya minta maaf kalau harus menyela pembicaraan." Kedua nama yang dipanggil langsung mengangguk.
"Satu, saya tidak pernah berniat untuk melecehkan siapa pun di sini. Kemarin, memang saya ditugaskan oleh Ms. Sunshine untuk membawa Nebula ke ruang BK, tapi karena saya belum cukup sabar sama omelannya sepanjang lorong, jadi biar cepat, saya gendong. Sekali lagi saya minta maaf." Usai berucap, Arcas kembali melangkah mundur seraya membungkukkan badan sedikit.
Astagfirullah, kata-kata Arcas seketika membuat Nebula bungkam dan ingin berlari dari ruangan sekarang juga. Tapi ... siapa suruh cowok itu tidak menjawab sepanjang lorong dan malah menikmati tiap tangis yang ada? Apa jangan-jangan Arcas itu psikopat?!
"Dengar sendiri, Nebula?" sahut Ms. Sunshine tiba-tiba. Merasa tak terima kalau namanya ikut diseret dalam hal tidak masuk akal seperti ini.
"Bisa aja dia ngarang! Dia takut saya viralin!"
"Nebula, tolong sebagai cewek yang baik, kamu harus belajar cara bicara yang lembut," balas Ms. Sunshine sekali lagi.
"Kak, udah! Diam dulu, dengarkan apa kata guru kamu. Jangan buang-buang waktu, Ayah juga perlu ka kantor." Iya, akhirnya kesabaran yang sudah Karma pupuk sejak Nebula lahir pun mulai menghilang.
"Maaf," balas Nebula sembari menundukkan kepala. "Ayah nggak akan usir Kakak dari rumah, 'kan?"
Bukannya menjawab, bola mata Karma justru melirik ke arah Bu Azty yang dengan hati-hatinya mengeluarkan ponsel milik Nebula.
"Ibu cantik banget kayak bidadari," ucapnya tanpa sadar.
"Ayah!" Astaga, bisa-bisanya emosi Karma mendadak turun hanya karena melihat seorang wanita.
"Apa, Kak?"
"Nggak boleh genit!"
"Maaf Ayah bercanda biar masalah kamu cepet selesai. Btw, soal diusir dari rumah apa enggaknya, Ayah nggak tau."
Hai, semoga terhibur ya sama bab ini. Semoga buat kamu—siapa pun yang lagi stres sama tugas sekolah atau kuliah atau mungkin pekerjaan, semoga ketawa lagi, ya, dan lupa sejenak sama apa yang lagi kamu kerjain.
Besok malming, udah punya cowok buat digandeng? Apa? Belum? Kamu jomblo? Sama. Yuk, besok kita baca bab 3 aja. Jangan terlalu diforsil ya tenaganya, istirahat dulu, gih. Nanti sakit🥺
By the way, terima kasih ya udah mau ikut baca Nebula. Anak saya yang ini emang agak bar-bar. Tapi aku harap, kalian bisa dapet manfaat dan nilai moral dari setiap bab yang ada.
Love you,
Bong-Bong
#BonusfotoArcas
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top