16. Ngerebut Ayah

"Ayah kamu di mana, Nak?" tanya Miss. Sunshine tiba-tiba. Entah dari topik typo, tapi malah melenceng ke pembahasan di mana Karma.

"Ngapain cariin ayah?" Tunggu ... jangan-jangan dugaan ia selama ini benar. Miss. Sunshine itu sebenarnya suka sama ayah, jadi dengan sengaja pula wanita itu mencari keberadaan Karma yang rasanya tak mungkin datang menjemput Nebula saat itu.

Bola mata sang ibunda ratu matahari seketika melirik ke arah yang tak jelas. Segera melipat kedua tangan di depan dada, lantas tanpa sadar dia mendongakkan kepala dan berputar kembali menuju sudut ruangan.

"Kak, lo yakin nggak kalau ayah gue ada hubungan sama dia?" tanya Nebula.

"Inget, kalau lo mau ngomong inggris, jangan pernah amnesia sama apa yang gue ajarin." Arcas sendiri memilih 'tuk fokus. Daripada menambah-nambahi masalah.

"Terus, intinya kalau ujian lo masih jelek, nanti kita belajarnya ekstra. Di rumah, di ruang OSIS, di kelas bareng Miss. Sunshine," ucap Arcas santai yang langsung bangkit dan menutup lembaran buku.

Sontak saja kedua bola mata Nebula terbelalak. Rasa-rasanya lelaki itu sudah bisa menebak kalau dirinya sedari tadi terlalu nikmat menikmati es krim sampai satu kata pun tak ada yang melintas di dalam otaknya.

Sang ibunda matahari seketika tersenyum puas kala mendengar apa yang diucapkan oleh Arcas. Benar-benar anak kesayangan yang patut sekali ia berikan nilai tambahan.

Hingga akhirnya ruangan pun hanya menyisakan dua insan yang bisa diibaratkan bagai tom and jerry. Gadis itu seketika bangkit dan bergerak menghadap Miss. Sunshine yang masih membetulkan kacamatanya dan segera berjalan keluar menuju parkiran.

Namun, selang beberapa menit kemudian, gadis yang baru saja selesai membereskan semua barangnya, sontak berlari kecil—mengejar Miss. Sunshine yang wujudnya hampir tak terlihat di lingkungan sekolah.

"Miss, I have to talk with you."

"Yes?" sahut sang wanita berkucir satu itu yang baru saja mau masuk ke mobil.

Mengembuskan napasnya kasar, lantas gadis yang sedari tadi menaruh kecurigaan itu pun melipat kedua tangannya di depan dada. Menatap mata Miss. Sunshine serius, tanpa mempedulikan suara dari jantungnya yang terus berteriak, bahkan nyali yang biasanya menciut pula kini ia usir jauh-jauh.

" Ada hubungan apa sama ayah?"

"Hah?" Astaga, apa pula yang dibahas anak ini? Aneh-aneh saja.

"I know kalo you pasti ada hubungan khusus sama ayah sampe nyari-nyariin kayak tadi!"

Beberapa buah guratan sontak muncul di dahi Miss. Sunshine. Aneh kali rasanya hari ini. Mana ada ia mencari Karma? Oh, iya, yang tadi? Itu cuman bermaksud mengancam. Enggak akan pernah dan tidak sekali pun ia menaruh niat untuk berhubungan dengan Karma.

"Kamu ngomong apa, sih? Ngaco, deh, Karmayanti." Usai berbicara, wanita langsung melangkah pergi—meninggalkan Nebula yang mulai menarik sudut bibirnya sinis.

Namun, bukan Nebula namanya kalau gadis itu tak segera menahan pergelangan tangan Miss. Sunshine yang sudah berjalan hingga area parkir sampai wanita itu menoleh, bahkan Arcas pun yang awalnya masih sibuk mengambil helm, seketika ikut menghentikan langkah dan menyaksikan apa yang terjadi di belakangnya. Jangan sampai ....

"Saya tau, ya, kalau Miss. Sunshine itu suka sama ayah! Dari pertama kali di ruang BK, tatapan Miss tuh different!"

Kedua bola mata Miss. Sunshine seketika terbelalak sampai tak sadar bahwa sesuatu yang hangat mulai menggenang di area pelupuk matanya.

"Kan ... dari responnya aja udah keliatan! Saya nggak akan sudi punya mama tiri kayak Anda! Lebih baik mundur atau saya viralin sekarang juga!"

Jujur saja, Nebula yakin, bahkan sangat kalau ini bukan overthinking, sudah lama juga sebenarnya ia menaruh curiga. Perlahan-lahan, mulai terbukti, 'kan?

#Plak!

Rasa perih dan panas seketika menjalar di area wajah gadis berusia 16 tahun itu, bahkan air matanya ikut lolos dalam hitungan detik tanpa peduli siapa yang sedang berhadapan dengannya sekarang.

"Emang, ya, kalau udah salah tuh pasti nggak pernah mau ngaku! Liat aja, saya bakal viralin Anda kalau sampe berani nyentuh Ayah!"

"Miss. Sunshine, maaf atas perlakuan Nebula barusan. Saya janji, selain mengajarkan bahasa Inggris, attitude-nya juga bakal diperbaiki." Arcas yang langsung menghampiri keduanya pun tampak membungkuk dan menyatukan kedua telapak tangan di depan dada.

"Saya mohon ... kasus ini mungkin lebih ke pribadi dan tidak membawa Nebula ke ruang BK, Miss." Arcas kembali membuka mulut, lantas menautkan genggamannya di telapak tangan milik Nebula erat.

"Minta maaf lo sama Miss. Sunshine." Ia menoleh, namun Nebula masih enggan 'tuk menatap sang lawan bicara, apalagi musuhnya.

"Ingat, ya, Karmayanti. Untuk dekat sama Ayah kamu aja nggak pernah terpikirkan di kepala saya. Tolong ... enggak usah sangkut pautin semua kekesalan kamu terhadap saya sama semua pikiran negatif kamu."

"Nebula ... kita pulang, Nak." Karma yang baru saja datang 'tuk menjemput putrinya langsung menganggukkan kepala pada Arcas. Tak sedikit pun pria itu menoleh ke arah Miss. Sunshine.

"Maaf, kalau saya merepotkan kamu, Arcas. Terima kasih banyak."

Sontak Nebula mengembuskan napasnya kasar usai telapak tangannya dilepas oleh lelaki berwajah lima itu. Mengikuti langkah Karma dari belakang, sesekali ia menoleh pada Miss. Sunshine dengan sorot mata tajam seolah urusan mereka belum selesai.

Biar saja kalau nilainya dikurangi atau bagaimana, ia masih bisa kok pindah sekolah atau menuntut haknya sebagai murid karena sudah membawa permasalahan pribadi ke dalam daftar nilai. Selain itu pula, ia juga bisa memanfaatkan para Bul-Bul untuk mempermalukan sang guru jika ia mau.

"Ayah janji, 'kan, nggak akan selingkuh dari almarhumah mama?" tanya Nebula sembari menarik sabuk pengamannya.

"Nash juga nggak mau, ya, Ayah!" sahut Nash yang seketika bangkit dan memajukan posisi tubuhnya ke depan radio.

Sementara Arcas yang masih berdiri dekat Miss. Sunshine pun hanya bisa mengembuskan napasnya kasar. Memijat pelipisnya lembut, lantas melirik ke arah kaca mobil Alphard putih yang masih menampilkan wajah sinis sang gadis.

Terus memicingkan mata, bahkan ditambah oleh seorang kurcaci yang langsung menjulurkan lidah ke arahnya. "Bocah."

"Miss, sekali lagi saya minta maaf atas nama Nebula. Tolong jangan dimasukkan ke hati."

Sang guru mengangguk pelan. "Baik, kalau kayak gitu saya balik dulu."

Arcas mengangguk, kemudian menarik ponselnya dari balik saku celana dan mencari nama Nebula di sana. Urusannya belum selesai, siapa pun yang berhadapan dengan guru, apalagi melawannya, maka Arcas akan menjadi perisai bagi mereka demi menjaga kewarasan para murid yang bersekolah di SMA Daun Biru. Sudah mirip guru BK, sih, tapi itu semua juga ia lakukan karena MPK di sekolah suka menghilang seperti gebetan.

Kak Arcas Galak Minta Diviralin:

Besok pulang sekolah, ketemu gue. Kalau nggak, jangan harap gue jadi tutor lo lagi. Mau menghilang juga terserah lo, gue nggak peduli. Pilihannya ada di tangan lo.

Sebelumnya maafkan Bong-Bong yang mager revisi puebinya 💜

Menurut kalian, Ibunda matahari tuh beneran suka nggak sih sama ayah? Yuk komen yuu

By the way, apa kabar? Hari ini malming, kamu ngapain aja hari ini? Ketemu gebetan? Mantan?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top