🌝15. Mau Dilecehkan Lagi

Enaknya dijahit apa disulam bibirnya biar diem?

-Ibunda Ratu Matahari-

Sudut bibir lelaki itu seketika terangkat sinis—seolah tahu dengan apa yang akan terjadi beberapa saat kemudian usai dirinya menarik telapak tangan sang gadis secara tiba-tiba. "Mau di sini apa di mana?"

Hah ... apa maksud Arcas? Ini bukan pertanyaan yang normal, 'kan? Tak salah jika jantung Nebula sudah berdegup kencang, apalagi sampai merasakan sesak yang begitu kencang di dalam dada.

"Kak, gue mau diapain?" lirihnya dengan tatapan memelas pada seorang lelaki yang terus menariknya paksa—menuju tangga naik.

Arcas tak menjawab, bahkan untuk menoleh saja rasanya sulit sekali dilakukan oleh cowok itu. Entah memang ini sudah menjadi hobi atau bakat terpendam untuk menyiksa seorang perempuan, maka Nebula berjanji akan berdoa pada sang kuasa agar segala tindakan mengerikan itu ditarik sekarang juga.

Nebula pun berjanji bahwa dirinya akan dengan setia menuruti perintah sang ayah untuk melantunkan ayat-ayat suci sebelum tidur apabila Arcas bisa berubah.

"Kak," panggilnya sembari meneguk air liurnya susah payah.

Ia memejamkan mata walau sementara sampai tak sadar jika lututnya sudah terjatuh menyentuh lantai—sampai tak lagi merasakan apa yang namanya perih di permukaan kulit yang belum sembuh total usai kejadian pura-pura pingsan kemarin.

Beberapa pasang mata dari para siswa dan siswi yang baru saja selesai menuruni anak tangga paling akhir pun sampai rela 'tuk menyaksikan apa yang terjadi selanjutnya tanpa mempedulikan para cacing di perutnya.

"Arcas nyiksa seleb."

"Udah kayak sinetron hidayah anjir."

"Mending, masih lebih bagus kisah cinta Mas Al sama Andin di 'Ikatan Cinta'."

"Pergi lo semua!" Hanya dengan satu kalimat, tapi nyatanya sudah terlalu efektif dalam mengusir beberapa orang yang semula sibuk membicarakan keduanya. Iya, mereka tahu, bahkan sangat sadar apabila Arcas merupakan anak kesayangan para guru, serta orang yang paling dihormati di sekolah.

Area pembatas di antara pintu gerbang menuju kantin dan jalan di area tangga mendadak sepi. Menyisakan dua orang insan yang masih tak jelas mau melakukan apa.

"Jangan pernah lo berlutut depan gue karena gue bukan Tuhan."

Enggak, ini pasti pencitraan yang dilakukan Arcas agar Nebula mengurungkan niatnya untuk bercerita kepada Bul-Bul usai keadaan aman. Lagi pula, seseorang yang mau melecehkan perempuan macam Arcas, mana mungkin menunjukkan hidung belangnya?

"Nggak, gue bakal kayak gini terus sampe lo janji nggak akan bawa gue ke gudang."

Lagi dan lagi, Arcas terpaksa mengembuskan napasnya kasar sembari  menyejajarkan posisi kepalanya di hadapan Nebula. Mengamit dagu gadis itu, lantas menatapnya tajam seolah ingin menelan sebuah mangsa.

"Bangun, dan kita ketemu Miss. Sunshine."

Mendengar nama yang sudah sering kali menelusup masuk ke dalam telinganya, gadis itu seketika bangkit berdiri—diikuti oleh Arcas yang hanya bisa menggelengkan kepala.

"Jadi, lo mau minta gue viralin karena udah nakut-nakutin gue? Terus karena nggak terima, lo mau bawa gue ke Ibunda Matahari?!"

"Mulut lo dijaga."

"Apa, Nebula? Ibunda Matahari? Bagus sekali namanya, Nak," sahut Miss. Sunshine yang sudah berdiri di tengah tangga sembari menatap keduanya dari pinggir penyanggah.

Iya, Nebula dapat mendengar suara gaib yang bisa-bisanya semakin merusak kesehatan jantungnya hari ini, bahkan suara dentuman langkah kaki Miss. Sunshine yang sedang menuruni anak tangga pun berhasil berhasil membuat Nebula mengatupkan bibirnya rapat.

"By the way, saya sudah mendengar laporan dari Arcas soal progres belajar kamu."

Astaga, ingin rasanya Nebula berteriak kalau ia bosan mendengar ini semua. Sedari beberapa minggu lalu, bahkan setiap detik kepalanya terus dihantui oleh rasa bersalah karena tidak menuruti perkataan Miss. Sunshine.

Untung saja ia tidak depresi karena terus diteror dari beberapa belah pihak yang rasanya tak pernah ikhlas dalam memberikan ilmu, terutama si titisan dinosaurus cokelat yang tak pernah sekali saja berlaku sabar dan membebaskan ancaman.

"What does your want say?"

💜💜💜

Wanita dengan setelan kemeja batik dan celana hitam itu masih setia bersender di sudut ruangan—tepatnya di balik pintu kelas. Membetulkan kacamata yang rasanya tidak menempati posisi tepat, kemudian melirik ke arah Nebula dan juga Arcas yang terduduk di kursi baris depan.

Arcas yang duduk di sebelah kiri terus mengarahkan pensilnya di atas lembaran buku cetak milik Nebula dengan fokus—sampai tak sadar apa yang dilakukan oleh gadis di sebelahnya.

"Ini, lo harus tau yang namanya grammar. Emang susah, tapi akan gampang kalau sering latihan." Bola mata cowok itu beralih—menatap wajah Nebula yang sedari tadi sibuk menujukan pandangan pada cup es krim vanila di depannya.

"Fokus ke buku, bukan es krim. Lama-lama gue buang ke tong sampah."

Sembari mengembuskan napasnya kasar, Nebula mengangguk paksa sampai Arcas kembali menjelaskan terkait materi yang katanya dasar-dasar, namun selalu terdengar sulit di area pendengaran Nebula.

Sebuah senyum bangga sontak tercetak jelas di wajah Miss. Sunshine. Iya, Nebula lagi-lagi tak kuat menatap tulisan aneh yang ada di atas buku paketnya sampai tak sadar kalau dirinya terus menyaksikan gerak-gerik sang guru yang mulai membuka buku daftar nilai.

"Karmayanti, ini saya megang pen merah sama buku. Tinggal milih aja."

Panas kali rasanya mendengar kalimat tak jelas yang selalu menjadi andalan para guru di saat mereka tak sanggup memberikan konsekuensi lain.

"Fokus, Karmayanti!" teriak Miss. Sunshine yang langsung menurunkan per pen merah di tangan kanannya.

Baiklah, Miss. Sunshine pikir, Nebula bisa kalah? Oh, tentu saja tidak. Akan ada banyak cara yang bisa ia lakukan selain membuat seseorang viral!

Sontak Nebula pun mencungkil beberapa mili es krim vanila miliknya, lantas membawa makanan nikmat itu ke udara dan mengarahkannya pada bibir Arcas.

"Aaa ... makan coba."

"Jadi, kalau she itu kan artinya perempuan, pasangannya tuh her bukan his." Bibir Arcas terus bergerak menerangkan tiap baris yang ia tunjuk tanpa mempedulikan sebuah stik es krim yang sudah menunggu di depan bibirnya.

Lagi, Nebula melirik ke arah Miss. Sunshine yang mulai meletakkan pen merahnya di atas kertas. Pasti, wanita itu hanya iri karena tak memiliki suami sampai tak rela membiarkan muridnya melakukan hal romantis—walau amit-amit—jadi memberikan segala ancaman agar tidak terbakar api cemburu.

Agar suasana semakin panas,  dengan cepat gadis itu mendorong stik es krimnya masuk ke dalam mulut Arcas sembari tersenyum.

Arcas yang sadar akan sesuatu yang manis nan dingin menjelajah di area lidahnya pun sontak menoleh. Mengemut makanan manis itu seraya mencuri lirik ke arah Miss. Sunshine yang perlahan melangkah ke arah mereka berdua. Memicingkan kedua matanya sembari menutup buku nilainya kasar.

"Kak, enak banget 'kan es krimnya?" tanya Nebula santai. Berusaha tidak mempedulikan jantungnya yang terus berdebar—tapi harus mengedepankan kemenangan.

Arcas kembali mengalihkan pandangannya. "Belajar lagi yang bener, jangan main-main kayak tadi."

"You mau drink ice cream?" tanya Nebula pada Miss. Sunshine yang sudah berdiri tepat di depan diirnya.

"Nebul, eat bukan drink. Jangan buat gue malu."

Tatapan teduh seketika mendominasi wajah wanita berusia empat puluh tahun tersebut. Namun, tentu saja hanya berlaku pada Arcas, sedangkan saat beralih pada Nebula, semuanya mendadak hilang dalam hitungan detik.

"Kalau bukan Arcas yang ngajarin kamu, mau siapa lagi? Belajar tuh yang serius, nggak usah nyebelin."

"Miss Sunshine yang sangat baik mati, eh astagfirullah." Sontak saja telapak tangan gadis itu menutup mulutnya. Ya Tuhan kenapa bisa mulutnya salah bicara!

"Astaga, sorry I is typo speakingnya! Sorry, I nggak bermaksud." Wajah Nebula seketika tertunduk—menatap lembaran kertas putih kosong yang masih setia merebahkan diri di atas meja seraya memilin kedua jari telunjuknya di bawah meja.

"Nak, mulutmu udah pernah dijahit belum? Mau saya bantu ke tukang jahit atau tempat sulam bibir?"

Hai, apa kabar?

Sebentar lagi udah mau lebaran, waktunya ditanya sama keluarga "Kapan nikah?" "Kapan punya pacar?"

Coba beb bales kayak Nebul, walau auto dicoret dari KK🤣

Nanti pas diomelin, "Typo mah jawabnya. Maapin."
Ya lagian yang nanya rese kali ya🤣

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top