10. Peraturan Ter-update
"Kak, lo budek apa gimana, sih?"
Tak ada jawaban, bahkan dengan santainya lelaki itu masih sibuk berjalan tanpa mempedulikan siapa yang memanggilnya sedari tadi.
"Woi, lo mau bikin gue frustasi apa gimana, sih? Tolonglah, kerja samanya." Sembari menggaruk tengkuk kepalanya yang tak gatal, akhirnya Nebula menghentikan langkahnya tepat di samping tiang pemancang yang menjadi pembatas antara jalan menuju ruang tata usaha dan juga lapangan voli. Mengatur napasnya sejenak sembari memejamkan mata erat-erat, lantas berjalan lebih cepat—melebihi peserta lomba jalan cepat kala perlombaan 17 Agustus.
"Berhentiiiiiii!" teriak Nebula yang langsung menarik pinggang Arcas dari belakang dan memeluknya sekuat tenaga. Sudut bibir kiri gadis berpita merah itu seketika terangkat sampai memamerkan sederet gigi putihnya yang jujur saja tak ikhlas ia tunjukkan.
Entah ini yang dinamakan kualat atau bagaimana, tapi jujur saja, semua makanan yang baru saja masuk ke dalam tubuhnya seolah berputar dengan cepat sampai menyisakan sesak dalam dada. Ingin bersendawa, tapi tak bisa.
"Jangan pergi ... tolong." Menggelengkan kepalanya pelan di balik jas biru dongker milik Arcas, kemudian menautkan jarinya agar tak bisa melepas satu sama lain. Dipikirnya, Nebula enggak capek dari tadi teriak-teriak kayak orang gila?
Arcas sadar, bahkan merasakan dengan sangat jelas bahwa gadis yang paling benci dipanggil Karmayanti ini terus menggenggamnya erat sampai tak sadar bahwa ada suara helaan napas yang terdengar amat kasar.
"Lepasin, nggak?"
Nebula menggeleng. "Nggak mau dan nggak akan!"
Sembari menoleh, lelaki itu berusar, "Yakin?"
"Iya!"
Ya sudah kalau itu maunya, ia angkat saja kaki kanannya dan dihentakkan di atas sepatu hitam milik Nebula.
"Bangsat!" Tepat, dalam hitungan detik, Nebula langsung mundur beberapa langkah sembari mengusap jari kakinya yang terus berdenyut. Tapi ... tenang saja, bukan Nebula namanya kalau ia menyerah begitu saja.
Walau pincang seraya menggandeng sepatunya, gadis itu tetap bergerak maju--hendak menghampiri Arcas yang dengan wajah tak berdosanya terus berjalan. "Kak Arcas! Tolongin gue, janji nggak akan nakal lagi selama jadi babu. Bakal nurut apa aja kata lo asal diajarin," lirih Nebula, "masa gue harus nangis lagi? Hm?"
#Bruk!
Tubuh gadis itu terlempar beberapa senti dari tempatnya berdiri. Dengan sigap Nebula pun langsung mendaratkan seluruh tubuhnya walau harus menahan tiap rasa pilu yang menggeroti area lutut dan sikunya. Memejamkan mata, lantas menggigit bibirnya 'tuk menahan rasa sakit yang luar biasa.
Percuma juga kalau dirinya bangkit, pasti Arcas akan berbalik dan tertawa sekencang mungkin sambil berkata, "Kualat!" Atau mungkin—bisa jadi cowok itu juga semakin mempercepat langkah tanpa memedulikan apa yang terjadi.
"Nyusahin!" Dengan terpaksa lelaki itu berbalik posisi dan berjalan menghampiri Nebula yang sudah terbaring tak berdaya di atas lantai. Sedikit memutar posisi gadis dengan rok abu kotak-kotaknya itu, kemudian menatap malas ke arah lututnya yang membiru.
Jujur, sedikit penyesalan pun muncul di benak Nebula saat ini. Terus merutuki dirinya sendiri, tapi tak mungkin jikalau harus bangkit dan membuka mata dalam sekejap.
"Beneran pingsan? Masa?"
Astagfirullah, Tuhan, tolong kali ini saja, jangan datangkan malaikat pencatat dosa atau malaikat lainnya yang akan berbisik di samping telinga Arcas. Astaga, please, ini demi keselamatan mental dan nyawa seseorang.
Udah, please pergi aja. Gue nyesel pura-pura.
Semoga ... Arcas tak mampu mendengar degupan jantungnya yang begitu kencang. Ya ampun, bagaimana jika ternyata selama ini Arcas dendam? Lalu dirinya digendong dan dibuang ke kali agar tak lagi menjadi gadis paling kalem, eh berisik dalam hidupnya?
"Lo jadi cewek nggak bisa apa, ya, bikin hidup gue tenang sehari aja? Hah? Apa jangan-jangan lo pura-pura pingsan?"
Anjir, woi, lo nggak usah sok tau gitu! Lo ... ya elah, udah cepet pergi ...! batin Nebula.
Seolah masih tak percaya dengan apa yang terjadi, telapak tangan Arcas pun meraba, lantas sedikit menekan lutut milik Nebula.
Anjing! Astaga, ayo Nebul, nggak boleh nangis. Lo harus kuat!!! Tolong, kepada siapa pun yang mengaku sebagai mesin air mata, jangan bekerja! Cukup, ia sudah tak kuasa menahan kakinya yang ingin bergetar. Enggak lucu, 'kan, kalau tiba-tiba bangun, terus pukul Arcas?
Sorot mata lelaki itu masih fokus, bahkan sangat detil 'tuk memerhatikan tiap pergerakkan. Oke, tak ada yang mengada-ngada di sini. Sang gadis masih terdiam dalam posisi lemas, itu artinya ia bebas memperlakukan Nebula sebagaimanapun.
Memposisikan kedua lengan Nebula agar bersender di lehernya, lantas mengangkat punggung dan kaki gadis itu hingga terlihat seperti bridal style.
Sesekali ia melirik, menatap wajah Nebula yang begitu pulas di bawah alam sadar. "Dasar ribet!"
Heh, kalo nggak ikhlas, nggak usah bantuin! Gue dari tadi udah batin, ya, suruh lo pergi. Lo-nya aja yang ngeyel. Heran! Kalau bukan demi Miss. Sunshine, ogah banget gue, iyuh ... yang ada gue viralin baru tau rasa!
"Cewek aneh! Tukang overthinking nggak jelas! Gue perkosa beneran aja, baru tau rasa!" Tanpa sadar, lelaki itu memamerkan senyum tipisnya. Terlalu konyol rasanya saat mengingat pertemuan pertama mereka. Ingat, ya, kepada siapa pun yang sedang membaca cerita ini, Arcas sudah berjanji pada kedua almarhum orang tuanya untuk selalu menjadi anak baik yang bisa menghargai siapa pun.
Kak, tolong ... jangan, nanti almarhumah Mama malu punya anak kayak gue.
Melihat pintu UKS yang terbuka, dengan segera Arcas membaringkan Nebula di atas brankar berseprei putih itu. Baru kemudian melangkah ke luar dan mencari dokter jaga yang tak terlihat.
"Gue bakal tetep perawan, 'kan, sampe nanti nikah sama Taehyung?" Nebula mendesah lemah, lantas menoleh ke arah pintu putih yang masih terbuka lebar.
"Ayah, Nash, Kakak takut. Semua bakal baik-baik aja, 'kan?" ucapnya pelan sembari menaruh kedua telapak tangannya di depan dada. Menepuk pelan—mengingat ajaran cowok ganteng di drama "It's Okay To Not Be Okay". Tenang, itu yang ia rasakan walau sekujur tubuhnya mendadak bergetar kala mengingat ucapan Arcas tadi.
"Dok, maaf kalau saya ganggu waktu istirahatnya." Suara lelaki yang tak lagi asing itu sontak membuat kedua kelopak mata Nebula kembali terpejam. Mengembuskan napas lega dan menjadi lebih tenang saat mendengar siapa yang diajak bicara oleh dinosaurus biru.
Ketukan sepatu pantofel itu semakin terdengar dengan jelas di telinga Nebula. "Silakan duduk dulu."
Selang tak lama, suara tarikan tirai pembatas antara brankar dan juga lemari obat-obatan pun terdengar. Membuat jantung Nebula yang masih sibuk berpura-pura berdetak semakin cepat.
Nebula dapat merasakan sebuah embusan napas menyentuh area pipinya, bahkan selang tak lama ia juga memaksa kelopak matanya sedikit ditarik ke atas oleh dokter yang bertugas. Ya ... Nebula dapat melihat dengan sangat jelas bagaimana rupa dari wanita berjas putih yang memakai papan nama "Uhlala" sedang berdiri di sampingnya.
"Nebula Merichie," ejanya saat mendapatkan sebuah papan nama yang tersemat di jas biru dongker milik Nebula.
"Nebula, kenapa kamu pura-pura pingsan?" ucapnya pelan sembari menahan tawa.
Perlahan, gadis itu membuka mata sambil menaruh jari telunjuknya di depan bibir. Mengisyaratkan sang dokter untuk diam. "Maafin saya, tapi cowok di depan itu jahat. Dia nggak mau ngajarin saya Bahasa Inggris, masa udah diancem bakal saya viralin, dia nggak peduli? Sampe bikin jatoh lagi, Dok! Sakit ...."
"Ya ampun, ya udah biar saya bersihin dulu lebamnya."
Selang tak lama, wanita itu kembali bersama kotak obat yang baru saja ia ambil, bahkan Nebula sendiri pun mampu mencuri pandangan pada Arcas yang masih terduduk diam sembari mengusap layar ponsel. Terlihat mengetikkan sesuatu dengan sangat serius, membangkitkan berbagai macam pikiran negatifnya saat itu juga.
"Sudah sadar temannya."
Jangan-jangan dia mau suruh preman yang serem itu dateng ke sini dan culik gue?
"Loh, kenapa kok wajahnya lesu begitu?" tanya Dokter Uhlala yang baru saja kembali dan langsung mengompres luka di lutut kanan Nebula.
"Nanti kalau saya kenapa-napa, dokter bantuin, ya. Please ...," ucapnya sembari merapatkan kedua telapak tangan depan dada yang segera mendapat anggukkan dari Dokter Uhlala.
"Tenang saja, di sekolah banyak petugasnya, kok. Pasti aman. Kamu cuman terlalu overthinking aja itu. Dia itu anaknya baik banget, sopan lagi."
Astaga, baik, jangan-jangan sang dokter juga sudah berkompromi dengan Arcas di luar? Oke, tak ada lagi yang bisa ia percaya di sini.
"Udah selesai." Usai membereskan beberapa peralatan yang ia gunakan dan keluar dari area pemeriksaan, Arcas pun berjalan menghampiri gadis yang ia bawa barusan.
Sontak Nebula menarik selimutnya bagai kilat, menggenggam erat bed cover putih itu, lantas melirik ke arah Arcas penuh curiga.
"Lo nggak bakal ngapa-ngapain gue, 'kan?"
"Kepedean!"
"Kak!" panggil Nebula pada lelaki yang baru saja selesai mengucapkan terima kasih pada wanita galak itu.
"Apaan, sih? Bawel banget lo jadi cewek."
"Maafin gue ... tapi ajarin bahasa Inggris. Gue janji nggak akan nakal lagi, bakal jadi babu yang baik."
"Nggak, gue sibuk."
"Gue beneran janji, lo bebas ngelakuin apa pun yang penting nggak nyentuh gue, asal diajarin."
"Please ...."
"Kemaren lo ngomong gitu, Nebula. Terus lo ingkar, dan sekarang diulangin lagi?"
"Lo tega liat gue nggak naik kelas?" tanyanya sembari mengembuskan napas kasar.
"Tega. Nggak ada urusan juga sama gue."
Astaga, kenapa pula Miss. Sunshine harus memasangkannya pada seorang lelaki berkepala batu seperti ini? Memangnya kenapa tidak sama Halona dan Asya lagi? Ah, dasar sahabat cepu!
"Capek, ya, kalau nggak ada yang peduli. Semua orang cuman dateng pas lagi seneng, kalau pas butuh, semuanya pergi."
Baru saja melangkah sebentar, lelaki itu sontak berbalik. "Oke, tapi ada syaratnya. Lo nggak boleh pake hp dan sekalinya lo bantah, kita nggak akan pernah punya hubungan apa pun lagi."
Nebula mengangguk cepat tanpa berpikir. "Oke!"
"Ya udah, gue balik."
"Tunggu!"
"Apa lagi?"
"Anterin pulang ... masa gue naik taksi online kayak gini? Nggak bisa jalan, Kak," ucap Nebula seraya menunjuk lututnya yang masih biru. "Itu, 'kan, gara-gara lo."
"Terus?"
"Gendong ...."
"Nyusahin!" Baiklah, untuk kali ini saja Arcas berbaik hati.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top