🍨1. Titik Temu yang Tak Seharusnya
Kita hanyalah sebatas orang yang pernah berkumpul di satu titik temu, tetapi ... apakah kamu berhak merenggut semua yang sudah kumiliki?
-Nebula-
Detak jantung gadis bersurai hitam pekat itu seketika terhenti, bahkan untuk bertanya pada otak, soal apa yang harus dilakukan selanjutnya, sekujur tubuhnya malah menjadi semakin kaku.
Baiklah, kali ini ia mengaku menyerah pada semesta. Dirinya sudah berada di ujung kematian dan tak mungkin berlari demi menyelamatkan diri dari lorong yang sepi.
Tapi bolehkah ia meminta tolong pada yang kuasa untuk memberikannya sedikit kekuatan—agar bisa memutar balikkan waktu?
"Turn around, please, My Love ...."
Ya ampun, suara yang selama ini merusak pendengaran Nebula justru kembali dan melampiaskan segala hawa nafsu untuk mengganggunya lagi. Iya ... mungkin belum puas untuk membuat sang gadis berhenti di satu titik dan berjanji 'tuk menyerah.
"Karmayanti, should I count one to three?"
Sebuah benda pipih yang semula masih terpaku di depan wajah bersama tampilan Instagram pun langsung disembunyikan di balik dagu. Untung saja live berakhir dengan selamat, kalau tidak, bisa ketahuan kalau dirinya merupakan anak nakal di sekolah.
Bisa-bisanya beberapa tetes keringat dengan sengaja meluncur dan merusak polesan bedak yang sudah ia rapikan ketika istirahat. Baiklah, ini juga bukan kemauannya untuk mengibas-ngibaskan telapak tangan untuk meminimalisir tiap tetes air asin itu.
Dirinya justru teringat soal bagaimana ia dipermalukan karena dianggap sengaja menumpahkan segelas es jeruk ke baju kepala sekolah. Dipaksa memberi hormat pada tiang bendera sampai dijadikan bahan gibah oleh seisi warga SMA Daun Biru. Untung saja tidak direkam.
Sebuah dentuman langkah kaki yang begitu lancip berhasil membuat lamunan gadis itu terpecah. Deru napas yang kian memburu bersama wewangian parfum khas para guru pun mulai menyerbak di udara.
Nebula berusaha meneguk salivanya yang membandel bagai noda di piring kotor dengan susah payah. Memejamkan mata rapat-rapat, lantas menoleh ke sumber suara.
Astaga, tolong kepada siapa pun, dirinya menyesal sudah melakukan ini semua. Wajah wanita itu memang tidak semenyeramkan kuntilanak, tapi ini tampak seperti seorang fans yang bertemu dengan sang idola.
"What?" Satu kata yang tak pernah direncanakan ini pun akhirnya keluar dengan selamat. Ya ... gadis bertubuh kurus bak model ini harus berani. Agar mirip seperti superman yang membela kebenaran, walau nyalinya sudah menciut sejak detik pertama namanya disebut, ia harus terlihat berani dan gagah agar tidak direndahkan oleh siapa pun.
Kedua bola mata Miss. Sunshine seketika terbelalak saat apa yang tak patut diucapkan oleh seorang murid kembali mendarat di area pendengarannya. Benar-benar, kalau saja ia tidak ditemani oleh dewa kesabaran, mungkin sepatu hak tingginya sudah melayang.
"Nak, statusmu di sini apa, ya?" Tidak usah membayangkan suara menggelegar bagai petir di siang hari. Penuh kelembutan, tetapi mampu merusak ketenangan hati walau sang guru hanya melipat kedua tangan di depan dada sembari memamerkan sederet gigi rapinya.
Sempat melirik ke arah kiri dan kanan—berharap pada kedua sahabatnya agar datang secepat mungkin ke area lorong, tapi benda pipih yang masih ia genggam erat di depan dada seketika berpindah dengan mulus ke tangan yang salah.
"Why you take-take my phone?" Wajah Nebula tampak memelas, seolah berharap pada sesuatu yang tak mungkin terjadi. Bibirnya sedikit maju beberapa senti walau tidak membuahkan hasil apa pun.
"Heh, itu they is lari-lari ke kelas, kenapa cuman I yang ditegur!"
"Aswer me, please. Who are you?" Alis sebelah kanan milik Miss. Sunshine seketika terangkat, tak terlalu mempedulikan bagaimana murid-murid lain yang sudah melarikan diri karena ia yakin, mereka pasti berurusan dengan guru di dalam kelas masing-masing. Lagi pula, ini juga sudah cukup terlambat untuk memasuki kelas dan melakukan kegiatan mengajar.
"Me?" Nebula mengarahkan telunjuknya ke depan dada. "I doesn't now."
Baiklah, kepada siapa pun yang berkuasa di muka bumi ini, Miss. Sunshine ingin meminta tolong. Tidak sadar diri kali murid di hadapannya sekarang. Tak mampu berbahasa inggris, tapi masih saja sengaja berucap. Salah pula.
Sip, kali ini ia harus mempelajari cara mengendalikan kantung air mata agar tidak bertindak egois. Kedua tangannya ia taruh di depan dada. "Kasih hp saya, please!"
"Coba diliat jam tangannya, ya. Sudah jam berapa?" Dagu Ms. Sunshine sedikit terangkat.
"Ya udah, sekarang you kasih hp I balik, and than I bakal balik ke kelas. Nanti I dihukum!"
"Boleh kalau mau cek ke ruang guru, saya akan mengajar di kelas berapa dan siapa. Barangkali saya lupa, maklum ingatan orang yang sudah tua kan suka lebih buruk dibandingkan anak muda." Senyum sarkasnya kembali ia ukir dengan sempurna, seolah telah memenangkan perperangan dengan siswa paling bodoh dalam pelajaran Bahasa Inggris.
Kedua bibir Nebula seketika tertakup rapat. X IPS 3. Itu artinya ia tak bisa melarikan diri dari singa betina ini? Astaga bisa-bisanya ia berurusan dengan seorang guru yang bersangkutan dan melupakan jadwal pelajaran.
Bangsat, kena lagi gue sama macan betina, batinnya.
"Tomorrow ambil di ruang BK." Usai berucap, wanita berkucir satu itu langsung menghilang dari pandangan mata.
"Anjir, bangsat itu guru. Mau gue viralin dia?! Nggak tau apa gue selebgram paling cantik dan disegani sama cowok-cowok di luar sana!" Kedua matanya kembali menyipit.
Lantas, beberapa detik kemudian, bersama tekad yang kuat dan mengedepankan jiwa saling menolong, rok biru muda kotak-kotaknya perlahan bergerak. Mengikuti alunan langkah kaki yang begitu cepat, tetapi tetap hati-hati.
Kepalanya ia angkat sedikit ke atas. Walau sedikit berjinjit demi menyelidiki kondisi barang yang menjerit ketakutan bersama kertas ulangan di dalam map biru di sana, gadis itu harus berhati-hati agar rambut sebahunya itu tidak mengeluarkan angin sepoy supaya tidak menyentuh leher kembaran singa betina ini.
Tangan kanannya perlahan menyelinap dari samping, berusaha menjadi penolong pertama ponsel bermerk apel dengan kamera yang mirip seperti bubble milk tea itu.
"What are you doing?!"
Astagfirullah, suara maut yang tadinya sempat tertidur, kini langsung menyergap ke dalam kuping mungil milik Nebula.
Terlalu terkejut dengan hal itu, hingga tanpa sengaja tubuh gadis itu pun mendorong beban di hadapannya.
#Bruk!
"Shit!" seru Nebula tanpa sadar saat keningnya berhasil mencium lantai dengan sempurna. Bola mata kirinya sontak melirik ke arah map biru yang ikut terhuyung. Segera membaringkan tubuh di lantai, dan memanjangkan tangan semaksimal mungkin tanpa mempedulikan bau menyengat yang sedari tadi menusuk hidung.
"Nebula!" Suara teriakan itu tak lagi terdengar rasanya. Beberapa jari Nebula terus bergerak dengan cepat, hingga akhirnya jari jempol dan telunjuknya berhasil membuka kancing putih yang sudah meronta sedari tadi.
Tanpa mempedulikan siapa pun yang ada di sana, bibir tipis yang dipoles liptint merah muda itu perlahan terukir sempurna.
"Aaargh!" Telapak tangan gadis itu seketika berlari dari tempat ia berbaring. Segera mendongakkan kepala, lantas berdecak kesal saat mendapati siapa yang tengah menjadi penyebab dari kekacauan ini.
Diliriknya dengan penuh amarah pada sosok laki-laki yang sepertinya tak pernah diajarkan soal cara berkomunikasi yang baik dengan orang lain. Dengan santai pula map yang sudah digenggam erat oleh jemari Nebula berpindah ke tangan yang salah.
Kedua mata gadis itu masih belum lelah untuk memicing walau sama sekali tak berefek apa-apa. Cowok dengan kemeja putih itu justru bangkit usai menyentil tangan Nebula, dan berjalan menuju Ms. Sunshine yang masih berusaha untuk bangkit.
"Ma'am, are you okay?"
Astaga, mendengar suara penuh pencitraan yang rasanya tak pernah ia kenal sebelumnya malah membuat seluruh gendang telinga gadis itu menjerit.
"I''m okay," lirih seorang wanita di sebelah kiri Nebula yang sudah berada dalam posisi duduk.
"Mau ke UKS?"
"Woi, nggak usah pencitraan segala anjir! Sok baik depan guru, gue yakin di belakang pasti lo suka narkoba, 'kan?!" seru Nebula yang masih berada dalam posisi berlutut.
"Punya mulut masih bisa diatur, 'kan, cara bicara yang baik seperti apa? Kalau tidak paham, boleh kembali ke SD!" balas Ms. Sunshine tak terima. Bisa-bisanya ia menjelek-jelekkan seorang lelaki berprestasi yang sudah sering membanggakan nama sekolah.
Dengan tertatih, akhirnya Nebula bisa bangkit berdiri sambil membuang para kotoran membandel yang sedari tadi bertamasya di atas telapak tangannya.
Entah bisikan maut apa yang Miss. Sunshine berikan pada seorang lelaki beralis tebal itu, namun selang tak lama jarak antara keduanya pun semakin menipis.
"Apaan lo? Mau ngapain deket-deket?!" seru Nebula tak terima bersama kedua tangan yang sudah terlipat di depan dada.
Telapak tangan cowok itu sontak bergerak melingkar di pergelangan tangan gadis berusia 16 tahun tersebut. Tidak, ia bukan lelaki penuh kelembutan yang mungkin saja didambakan oleh kaum hawa.
"Sakit!" Nebula terus menarik pergelangan tangannya yang ia yakini sudah memiliki bercak merah.
Tak ada jawaban, cowok itu justru menarik Nebula pergi dari sana bersama wajah datarnya.
"Gue tau lo itu salah satu Bul-Bul, tapi nggak usah kayak gini juga, anjir!"
Langkah keduanya seketika terhenti. Membuat kening yang sudah memiliki lukisan merah muda itu kembali menabrak punggung tegap milik lelaki rese ini.
Tanpa menoleh, lantas cowok beralis tebal itu berkata, "Lo bisa diem?"
"Lo tuh yang harusnya lepasin tangan gue. Para Bul-Bul di luar sana tuh nggak ada yang berani nyentuh, lo kenapa jadi kayak orang sok berkuasa, sih?" Astaga kali ini ia kembali berharap agar cowok berponi alay itu tidak menoleh. Biar saja ia berbicara sembari menatap lurus ke depan supaya disangka memiliki penyakit gangguan jiwa!
Menghela napasnya kasar, lantas cowok itu berbalik. Meletakkan tangannya di bawah betis sang lawan, lalu menyelipkan tangannya di sisi lengan gadis berambut sebahu itu. Iya, digendong bagai pengantin yang tengah menaikki tangga.
"Heh, nggak usah genit! Lo mau perkosa gue, ya! Gue viralin biar tau rasa lo!" Jantung Nebula malah semakin berdebar rasanya walau kedua tangan gadis itu terus memukuli dada bidang cowok tak berperasaan itu.
Aduh, bagaimana jika ia dibawa ke gudang, lalu keperawanannya dicuri secara sepihak? Nanti kalau sampai disorot oleh akun gosip, perjalanan karir yang sudah dibangun sejak beberapa tahun itu juga bagaimana?
"Help me!" Air mata gadis itu seketika mengalir deras, bersamaan dengan kedua kaki yang terus meronta—berharap pada pertolongan. Ia tak mau semua ini terjadi.
Hai, gimana proses mencintai diri sendirinya? Udah berhasil? Masih separuh? Nggak apa-apa, yang penting bahagia.
By the way, makasih ya udah baca sampe habis. Kira-kira ada yang bisa nebak nggak itu siapa cowoknya?
Tenang ... bahasa inggris yang dipake juga masih dasar-dasar. Insyaallah pada paham ya❤️
Lalu lalu, Nebula ini anaknya emang sok berani doang walau nyalinya suka menciut duluan. Tapi kira-kira ... ada nggak temen kalian yang kayak gini?
Btw ada cerita uwu, kelen baca ini juga de di akun saturasisenja
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top