22. Keadilan untukmu.

Ellina mendesah kasar saat para pelayan menyiapkan segala hal yang ia butuhkan untuk pergi ke kantor. Ellina hanya mengambil pakaian asal dan memakainya. Duduk di balkon dan menyentuh daun-daun yang mulai berguguran. Kenzie menatap Ellina sesaat dan tersenyum. Memegang tangan Ellina dan memeluk tubuh Ellina dari belakang.

"Kau bisa jatuh Queen, apa yang sedang kau lakukan?"

"Tuan, haruskah aku pergi ke kantor?"

"Kau ingin aku menemanimu dan membakar pamanmu? Atau kau ingin aku melenyapkan mereka semua?" Bisik Kenzie pelan di telinga Ellina.

"Tuan,"

Kenzie mengangkat tubuh Ellina dan menurunkannya. "Kau akan jatuh jika terus duduk di pinggir balkon Queen,"

"Jangan alihkan pembicaraan,"

"Queen, kau tau aku sedang tak bercanda. Aku sungguh ingin menghabisi mereka semua yang menyakitimu," Kenzie menatap manik mata Ellina. "... tapi aku akan menunggu keputusanmu. Kau tahu Queen? Aku hanya tak ingin kau terluka karena mereka bisa saja merencanakan untuk membunuhmu."
Ellina menatap Kenzie dan memeluk tubuh Kenzie. Membuat Kenzie terkejut namun Kenzie dengan cepat membalas pelukan Ellina.

"Aku hanya tak yakin dapat melakukan itu semua. Aku tak yakin dapat melawan kekerasan mereka," ucap Ellina lirih.

"Kau ingin kubantu?" tawar Kenzie sambil memeluk erat tubuh Ellina.

Ellina diam sesaat dan berpikir. "Bagaimana caranya?"

"Aku sedang membantumu sekarang, Queen," bisik Kenzie lembut membuat Ellina tertawa kecil. "... ini akan sedikit sakit tapi kau akan bisa mengatasi segalanya. Mau coba?"

Ellina melepaskan pelukannya dan menatap Kenzie. "Sedikit sakit?"

"Hanya sedikit dan itu sebentar. Kau akan baik-baik saja. Aku tak mungkin membuatmu dalam bahaya, Queen," ucap Kenzie meyakinkan.

Ellina diam dan berpikir. Kenzie tersenyum tipis dan memeluk lagi tubuh Ellina. Menyingkirkan rambut Ellina yang berada di leher dan mengusap lembut kulit leher Ellina. Ellina hanya diam tanpa menyadari apa yang akan Kenzie lakukan. Ellina hanya menikmati pelukan Kenzie dan mencoba mencari keberanian untuk menghadapi semuanya.

Kenzie tersenyum tipis, memejamkan matanya dan membuka perlahan. Mata Kenzie berubah kuning sesaat lalu menjadi merah. Seiring dua taring yang telah tumbuh lebih panjang.

"Aku akan membangkitkan jiwa kegelapan dari darah iblisku yang mengalir di tubuhmu, Queen. Mungkin setelah itu kau akan menjadi seseorang yang bukan seperti dirimu, sama saat seperti kau menjadi Ratu Peri lalu lupa akan semua yang telah terjadi. Aku pastikan kau akan baik-baik saja, Queen...,"

Kenzie mencium pelan leher Ellina lalu menancapkan taringnya. Menyerap sedikit darah Ellina dan mencari aroma darah kegelapan dari darah Ellina. Ellina berjengkit sedikit karena merasakan sakit. Kenzie tersenyum, mencabut taringnya lalu mengusap leher Ellina. Tak lama luka bekas gigitan Kenzie menghilang.

Kenzie merasakan darah Ellina dalam mulutnya. Mencari aroma darah kegelapan dalam tubuh Ellina. Hingga akhirnya Kenzie menemukan darah itu. Merasakan, menyatukan dan membangkitkan jiwa kegelapan Ellina melalui penyatuan darahnya dan Ellina. Kenzie menatap Ellina yang memegang lehernya namun tak menemukan luka apapun pada rasa sakitnya. Tersenyum lembut dan menangkup wajah Ellina.

"Hanya sedikit sakit kan? Tak apa, kau akan mampu melewati segalanya, Queen . Mereka juga akan bersamamu, Queen."

Ellina mengangguk. "Mereka berempat atau hanya kak Lykaios dan kak Ernest?"

Kenzie berpikir sebentar. "Semuanya, Queen. Aku tak tahu kapan musuh akan datang, akan lebih baik jika mereka semua juga ikut menjagamu. Mahkotaku juga akan melindungimu,"

Kenzie mengusap lembut puncak kepala Ellina. Menciumnya berkali-kali hingga membuat Ellina tertawa kecil. "Bangkitlah," ucap Kenzie didalam hati.

Darah iblis dalam tubuh Ellina mulai bekerja secara perlahan. Mencoba mengalahkan semua darah yang dominan dalam tubuh Ellina. Mencoba sama kuatnya dengan darah lain dan mencoba menang. Ellina merasakan jantungnya berdenyut nyeri. Seiring detak jantungnya yang kian cepat berpacu hingga membuat Ellina merasakan lelah. Kenzie mengetahui itu dan menggendong Ellina untuk turun kelantai bawah.

Jika biasanya Ellina akan menjerit lalu menolak, kali ini Ellina hanya diam. Menurut dan merasakan keletihan tubuhnya yang kian terasa. Bahkan Ellina tak yakin dapat berjalan hingga ke lantai bawah sendirian. Kenzie dengan cepat menuruni tangga hingga sampai kelantai bawah. Keempat pengawalnya menatap Kenzie hormat dan merasakan hawa kegelapan lekat di sekitar mereka.

"Lord," ucap mereka bersamaan sambil menunduk hormat.

"Ratu sedikit lelah, tapi akan membaik dengan cepat. Pukul berapa rapat kantor yang akan Aldric laksanakan?" Kenzie membaringkan tubuh Ellina di sofa dan menjadikan pahanya untuk bantal kepala Ellina.

"Setengah jam lagi, Yang Mulia Lord...," jawab Ernest cepat.

"Kalian telah menyelidiki tentang rapat itu?" Kenzie menatap empat pengawalnya yang masih berdiri dan menunduk hormat.

"Tentang pengalihan semua saham dan aset yang Ratu miliki menjadi hak miliknya. Aldric mencoba merayu semua kolega dengan meminta dukungan mereka," Lykaios menjelaskan secara singkat.

"Aldric juga telah meminta hak pengalihan tersebut pada pengacara Ratu dengan memakai tanda tangan palsu," Alvian juga menambahkan.

"Malam ini, Lexsi yang merupakan sepupu Ratu, akan mengadakan pesta ulang tahun dengan menggunakan segalanya hal yang terbaik dan mewah. Dan tentang Vania yang merupakan bibi Ratu, tengah berbelanja besar-besaran dengan menggunakan kartu kredit tanpa batas yang juga merupakan aset milik, Ratu." Aaric memberikan sebuah undangan mewah dari Lexsi.

Kenzie menerima kartu undangan dari Aaric. "Bagus, atur semua rencana dan pastikan Ratu baik-baik saja bersama kalian. Aku akan mengurus Hyroniemus sebentar. Ada penyusup dari klan Lucifer semalam."

Ernest, Lykaios, Aaric dan Alvian mengangguk. Kenzie mengelus wajah Ellina yang berada di pangkuannya yang tengah memejamkan mata. Ernest dan Lykaios saling memandang sesaat. Sedangkan Aaric dan Alvian memilih diam meski merasakan aura gelap begitu terasa.

Lykaios bertanya dengan ragu. "Yang Mulia Lord, Ratu...,"

Kenzie meletakkan satu telunjuknya di bibir tipisnya. Menatap Lykaios sesaat dan kembali menatap wajah Ellina. "Kalian tahu meski aku tak mengatakannya. Ratu akan baik-baik saja, kalian cukup siapkan mobil. Kita akan berangkat,"

Ernest dan Lykaios menundukkan kepalanya. Berjalan mundur dan keluar dari rumah menuju bagasi mobil. Aaric dan Alvian menyusul Ernest dan Lykaios. Ikut menyiapkan mobil dan menunggu Kenzie membawa Ellina untuk masuk ke dalam mobil. Kenzie mengangkat tubuh Ellina dan membawa Ellina dalam gendongannya. Menuju mobil yang telah Ernest siapkan dan meletakkan tubuh Ellina kedalam mobil.

Mobil Kenzie melaju meninggalkan halaman rumah. Ernest dan Lykaios menyusul tepat di belakang mobil Kenzie. Sedangkan Aaric dan Alvian juga ikut menyusul dan tak jauh dari mobil Ernest. Mereka semua siap dengan semua rencana yang telah tersusun rapi. Tersenyum sinis karena akan membuat tikus-tikus kecil kehilangan segalanya.

Aldric tengah berada dalam sebuah ruangan rapat antar semua pemegang saham terbesar. Aldric tengah menunggu dengan ragu akan semua keputusan para pemegang saham. Mereka semua membaca lembaran kertas yang begitu penting dengan beamaterai di pojok kanan. Semua lengkap dengan tanda tangan palsu Ellina. Bahkan pengacara Ellina juga akan menyetujui permintaan Aldric dengan iming-iming uang dan beberapa aset yang nilainya fantastis.

"Jika kalian tak setuju, maka aku akan menjual perusahaan ini. Kalian cukup menyetujui bahwa perusahaan ini, kini telah menjadi milik keluarga kami. Bukan lagi milik Ellina Aracelia Azzuri, keponakanku. Jika kalian tak setuju, maka aku menjual perusahaan ini pada perusahaan lain," Aldric tersenyum melihat ketegangan semua para anggota rapat.

Beberapa dari mereka telah membubuhkan tanda tangan di atas kertas bermaterai dengan sangat terpaksa. Mereka tahu, jika perusahaan telah menjadi milik Aldric, maka perusahaan mereka akan semakin terkekang dan tak dapat melebarkan sayap. Sejauh ini mereka cukup sabar saat Aldric memberikan keuntungan yang sedikit meski saham telah berkembang cepat dan naik di pasaran. Harusnya mereka memiliki keuntungan lebih yang membuat mereka semakin melebarkan sayap.

Mobil Kenzie berhenti tepat di halaman kantor peninggalan orangtua Ellina. Tak lama mobil Ernest dan Aaric juga menyusul. Lykaios dengan cepat keluar dan membukakan pintu mobil Kenzie. Semua berbaris menunggu Kenzie membangunkan Ellina.

Kenzie membelai wajah Ellina lembut. Berbisik pelan di telinga Ellina. "Queen, kita sampai. Kau harus membuka matamu,"

Aliran darah Ellina begitu cepat mengalir di setiap pembuluh darahnya. Darah manusia, darah Peri dan darah lainnya terkalahkan dengan cepat. Darah iblis dalam tubuh Ellina mengental dan begitu pekat. Mendominasi tubuh Ellina, membangkitkan jiwa kegelapan dan sosok lain dari Ratu Peri dalam tubuh Ellina. Membuat semua keadaan di sekitar Ellina menjadi begitu pekat dan menakutkan.

Ellina mengerjapkan matanya perlahan. Membuka matanya dengan jelas dan langsung menatap tajam Kenzie. Lalu beralih menatap keempat pengawalnya yang tengah menunggunya di luar mobil dan berbaris rapi lengkap dengan pakaian resmi dan semua hal yang Ellina butuhkan. Pandangan Ellina begitu tajam, ingatan akan kenangan buruk yang ia dapatkan dari Aldric dan keluarganya terbayang jelas. Senyum sinis terukir di bibir Ellina, membuat Ellina terlihat sangat berbeda dari biasanya.

Kenzie menggenggam tangan Ellina. "Queen, semua akan baik-baik saja. Tahan semuanya karena kau juga memiliki kemurnian hati disini," Kenzie membawa tangan Ellina pada dada bidangnya. "... kau tetap orang yang menjunjung tinggi kasih sayang dan keluarga. Kami bersamamu, cukup hanya bersikap tegas dan tentukan pilihanmu. Kau mengerti?"

Ellina memandang Kenzie lama dan mencerna setiap perkataan Kenzie. Perlahan raut wajah Ellina melunak. Tersenyum dan mengangguk tanda mengerti. "Aku mengerti, Suamiku."

Kenzie membulatkan mata tak percaya pada pendengarannya. "Haruskah kukatakan, aku menyukai sisi kegelapanmu meski kau tengah tak sadarkan diri? Sisi kegelapanmu mengakuiku sebagai pasangan jiwamu, Queen."

Ellina hanya diam dan menatap sekitarnya. Membuat Kenzie sadar akan sesuatu. "Ah, aku hampir saja lupa karena senang," Kenzie keluar dari mobil, membukakan pintu mobil Ellina dan mengulurkan tangannya untuk menyambut Ellina.

Ellina menyambut tangan Kenzie, keluar dan tak memprotes saat Kenzie memeluk erat pinggangnya sambil berjalan beriringan. Alvian dan Aaric melirik sesaat, merasakan kegelapan dan darah iblis begitu kuat dari Ellina. Ernest dan Lykaios hanya diam dan menunduk, mengingat sesuatu yang membuat mereka merinding.

Kenzie melepaskan pelukannya, menatap Ellina dengan tangan menyentuh dagu Ellina. "Queen, aku akan berada di Hyroniemus sebentar. Selesaikan masalah dengan tenang. Kau memiliki mereka yang melindungimu," Kenzie menatap empat pengawalnya sesaat lalu beralih pada Ellina. "... ingat Queen, kau adalah orang yang lemah lembut."

Cup! Kenzie mencium kening Ellina dan memeluk tubuh Ellina sesaat. Ellina tersenyum dan balas memeluk tubuh Kenzie. "Aku ingat semua yang kau katakan, Lord. Jangan khawatirkan aku, pergilah dan cepat kembali. Aku hanya tak ingin terlalu merindukanmu,"

Kenzie tersenyum manis. "Jika kau selalu bersikap seperti ini, aku bisa gila karena jauh darimu, Queen...,"

Ellina tersenyum. "Jika begitu, cepat kembali setelah semuanya selesai, Suamiku."

Kenzie mengangguk dan melepaskan pelukannya. Mengusap puncak kepala Ellina lalu mengecup kedua pipi Ellina bergantian. Kenzie tersenyum manis sebelum akhirnya berjalan meninggalkan Ellina dan masuk kedalam mobil.

Glek' Ernest dan Lykaios menelan salivanya saat menyadari Ellina tengah menatapnya. Alvian dan Aaric bahkan tak berani mengangkat kepalanya. "Bersikaplah seperti biasanya. Aku mengingat tentang kalian meski itu samar-samar. Aku tak akan membunuh kalian meski kalian melakukan kesalahan. Sejauh yang kutahu, aku menyayangi kalian semua,"

Ernest, Lykaios, Aaric dan Alvian mengangkat kepala menatap Ellina. Tersenyum sesaat dan kembali menunduk hormat. "Dilaksanakan,  Yang Mulia," jawab mereka kompak.

Ellina menghembuskan napas kasar. "Kita ada di dunia manusia. Jangan membuatku menjadi aneh di depan mereka semua saat berada diruang rapat."

"Dimengerti, Yang Mulia."

"Baiklah, kita mulai dari sekarang." Ellina berjalan tanpa takut diikuti empat pengawalnya dibelakang. Mengangkat kepala dan bersikap sangat tegas. Memandang tajam pada setiap orang yang terkejut karena kedatangannya.

"Ratu sangat berbeda," ucap Aaric pelan.

"Itu tak seberapa. Jika yang berada dalam tubuh Ratu adalah jiwa kegelapan, maka itu sama halnya dengan Lord yang dulu," jawab Ernest.

"Kejam dan sangat ditakuti," sambung Lykaios.

"Jika setiap hari seperti ini, aku bisa gila karena tegang dan bosan...," kata Alvian.

Aaric  menoleh pada Alvian. "Kenapa?"

Alvian menjawab dengan santai. "Aku tak akan tahan melihat Ratu yang bersikap sangat manis pada Lord. Kalian lihat sendiri kan? Errr, itu membuatku patah hati secara langsung."

Semuanya berhenti. Menatap Alvian dengan tajam. Membuat Alvian tertawa kecil. "Ah, baiklah ... aku tak akan mengatakannya lagi. Padahal hatiku benar-benar telah patah."

Ernest, Lykaios dan Aaric hanya menggelengkan kepala. Kembali berjalan menyusul Ellina. Alvian merapikan rambut pendek putihnya dengan acak. Tersenyum manis pada setiap pegawai wanita yang tiba-tiba berkumpul karena kedatangan Ellina dan empat pengawal tampannya. Alvian berjalan santai menyusul yang lainnya dengan senyum tipis yang membuat para pegawai wanita menjerit pelan.

Lykaios menatap Alvian sesaat. "Kurasa dia jadi berubah murahan sejak acara kafe kemarin,"

Aaric ikut menatap Alvian. "Dia jadi sangat suka tebar pesona dan memamerkan ketampanannya,"

Ernest tertawa kecil. "Hahaha, setidaknya dia sangat berubah saat bertemu dengan klan dan kakaknya."

Lykaios mendesah pelan menanggapi kata-kata Ernest. "Aku tak percaya kalau dulu dia sangat dingin pada semua orang. Mengingat sekarang dia menjadi Pangeran gila yang suka tebar pesona."

Aldric menatap keraguan pada setiap semua orang didalam ruangan rapat. Mereka memegang pena dan saling memandang satu sama lain. Beberapa yang telah menyetujui dan menandatangani tampak kesal dalam diam. Aldric tersenyum menyadari perusahaan Ellina akan berubah menjadi perusahaan milik keluarganya.

Ellina berhenti dan menatap pintu yang tertutup rapat. Ernest dan Lykaios berjalan mendahului Ellina lalu berdiri memegang gagang pintu rapat. Dengan pasti Ernest dan Lykaios membukakan pintu rapat untuk Ellina. Suara deritan pintu terbuka membuat seluruh orang yang berada dalam ruangan menoleh keluar. Ellina menatap dengan tajam pada seluruh isi ruangan.

Aldric dan semua orang terkejut menatap kehadiran Ellina yang tiba-tiba saja hadir dalam rapat pemegang saham. Aldric lebih terkejut saat mata Ellina menatap tajam pada dirinya. "Ellina, apa yang kau lakukan disini? Harusnya kau berada disekolah dan belajar dengan benar!"

Ellina tersenyum tipis dan berjalan memasuki ruangan dengan angkuh. Ernest, Lykaios, Aaric dan Alvian mengikuti dari belakang. "Apa maksudmu, Paman? Aku disini juga tengah belajar. Untuk mengatur perusahaan ayahku!"

Aldric terlihat kelu. "Apa maksudmu? Tak ada lagi perusahaan untukmu, dari orangtuamu. Dan siapa mereka?" Aldric menatap empat orang asing yang berada disamping kanan dan kiri Ellina.

Ellina hanya diam. Hening, tak ada yang mencoba untuk angkat bicara. Ellina menatap semua orang di dalam ruangan dengan tajam. Terutama pada pengacara dan pamannya. Semua tegang dan berdiri menunduk. Hingga akhirnya suara kursi yang ditarik Ernest memecah keheningan. Ernest mempersilahkan Ellina duduk di tempat Aldric duduk. Membuat Aldric menyingkir sedikit dan berdiri menatap tajam pada Ellina.

Ellina duduk dengan gaya bangsawan tinggi pada umumnya. Membuat Aldric menatap tak mengerti pada Ellina. Bahkan Ellina sama sekali tak takut pada pandangan tajam matanya. Ernest dan Lykaios berdiri di sisi kanan Ellina. Sedangkan Alvian dan Aaric juga tengah berdiri di sisi kiri bangku Ellina. Ellina mendesah napas sesaat, menatap semua orang yang bahkan tak ada yang bicara.

Ellina mengulurkan tangan kanannya. Ernest dengan sigap mengambil lembaran kertas di meja yang jadi bahan utama permasalahan. Aldric menatap tak suka saat Ernest dengan lancang mengambil kertas tersebut. Membuat Ellina tersenyum tipis.

"Ah, aku lupa. Perkenalan diri kalian," ucap Ellina memerintah.

Ernest maju dan menatap semua orang sesaat. "Saya Ernest Avram. Pengacara Nyonya Muda Ellina,"

"Lykaios Canuto, pelindung Nyonya Muda Ellina."

"Alvian Raitrama, pengurus semua aset Nyonya Muda Ellina."

"Aaric Leighton Blade, anak dari Blade group dan teman baik Ellina."

Semua orang menoleh pada Aaric. Pasalnya Blade group adalah perusahaan besar yang juga imbang dengan perusahaan Ellina dan Hyroniemus group. Ellina tersenyum dan membaca kertas ditangannya. Menatap nanar pada isi kertas yang menyatakan bahwa ia menyerahkan segalanya pada pamannya. Terlebih ada tanda tangan palsu Ellina dikertas tersebut.

Ellina melempar kertas itu ke meja. Membuat suara kecil dan semua orang menoleh pada Ellina. "Aku tak pernah menyerahkan semua aset yang kumiliki pada siapapun,"

Aldric mengeratkan giginya. "Ellina,"

Ellina tak menggubris panggilan pamannya. "Dan tanda tangan ini ... palsu,"

Seluruh orang terkejut dan menatap Aldric. Membuat Aldric murka pada Ellina. Ellina berdiri dan menatap semua orang yang tengah saling berbisik. "Dan dia," Ellina menunjuk pengacara lamanya. "... aku tak pernah menyuruh Paman untuk menyetujui sesuatu tanpa ada ijin dariku. Paman baru saja kupecat!"

Pria paruh baya itu terkejut. Menunduk dan dengan raut malu meninggalkan ruangan rapat. Seluruh orang dalam ruangan semakin berbisik riuh.

"Aku menarik semua aset pribadiku dari tangan Aldric Rexton, Pamanku sendiri. Dan aku serahkan pada Alvian Raitrama selaku pengurus semua aset pribadiku." Ellina menatap Alvian sesaat.

Aldric benar-benar geram dengan perkataan Ellina. Aldric tak mengerti dari mana Ellina dapatkan semua keberanian untuk mengatakan itu semua. Aldric maju dan menampar pipi Ellina dengan keras. Membuat seluruh orang kaget dengan perbuatan Aldric. "Kau, beraninya kau-?"

Lykaios maju dan menarik kedua kerah baju Aldric. Ellina memegang pipinya dan menatap tajam Aldric. "Kalian semua lihat? Bagaimana mungkin aku menyerahkan semua aset dan perusahaan ayahku pada orang yang suka menyiksaku? Paman bahkan tak membiayai sekolah dan mengambil separuh uang beasiswaku!"

Semua orang semakin kaget. Membuat Ellina tersenyum sinis. "Avram, bacakan semuanya!"

Ernest menunduk dan maju selangkah, membuat seluruh orang diam menatap Ernest. "Sebagai pengacara Nyonya Muda Ellina, saya telah menyelidiki semuanya. Aldric Rexton dan seluruh keluarganya telah berusaha memeras dan menyiksa Nyonya Muda Ellina dengan dalih adanya hutang dari Tuan Besar dan Nyonya Besar. Mereka ingin menguasai seluruh aset dan perusahaan peninggalan Tuan Besar serta merencanakan pembunuhan terhadap Tuan dan Nyonya Besar. Maka dari itu, seluruh aset yang di pakai oleh Aldric Rexton dan keluarganya akan ditarik kembali sebagaimana mestinya."

Lagi-lagi semua orang kaget dan berbisik tak enak. Lykaios melepaskan tangannya dan Aldric langsung ambruk terduduk dilantai. Ellina menatap pamannya dan berujar pelan. "Aku tahu semuanya, tapi baru sekarang aku melakukan semuanya. Kenapa paman tak mengerti? Aku menganggap paman orangtua yang kupunya, tapi paman sama sekali tak menyayangiku. Bahkan Paman membunuh kedua orangtuaku. Masih pantaskah aku menyebut diri paman sebagai keluargaku?"

Semua diam. Ellina masih menatap Aldric yang terduduk dilantai. Alvian maju dan menatap semuanya. "Aku tak akan bicara secara formal. Langsung saja, sebagai pengurus seluruh aset Nyonya Muda Ellina, aku menegaskan seluruh isi surat yang berada ditangan kalian adalah palsu. Semua tetap akan berjalan seperti saat Tuan Besar memerintah. Aldric Rexton telah di copot dari jabatannya dan semua akan berjalan seperti biasanya."

Seluruh orang dalam ruangan rapat mengangguk senang. Mereka terlihat sangat lega. Tak lama rapat di tutup dan semua orang keluar dari ruangan. Hanya tinggal Aldric, Ellina dan empat pengawalnya. Aldric masih syok atas semua yang terjadi. Semua yang baru saja akan ia genggam dan miliki telah hilang begitu saja. Bahkan keponakannya tak lagi takut dan malah melawannya.

Ellina berbalik dan menatap empat pengawalnya. "Apa jadwal kita selanjutnya?"

Alvian tersenyum senang. "Berburu tikus yang masih tertunda Nyonya Muda Ellina."

"Kita lakukan lain kali, karena kita harus menghadiri pesta mewah malam ini," tambah Aaric.

Ellina menaikkan satu alisnya. "Pesta?"

"Sepupu Ratu mengadakan pesta besar-besaran malam ini," jelas Lykaios.

"Ah, itu bagus. Aku lelah ... kalian urus sisanya. Aku percaya, kalian bisa diandalkan dan tahu harus berbuat apa." Ellina melangkah keluar  ruangan begitu saja. Meninggalkan Aldric yang masih tak mampu berdiri karena syok.

Alvian menyeringai jahat saat Ellina telah memberi ijin untuk melakukan apa saja. "Hahaha, satu tikus kecil mulai lemah dan putus asa. Haruskah kulenyapkan? Aku ingin sekali membunuh seseorang,"

"Ckckck," Ernest berdecak dan menggelengkan kepala. "Kau tak dengar? Kita ada pesta malam ini, kita bisa lakukan itu lain kali."

Lykaios mengeluarkan kekuatannya sedikit tanpa ada yang tahu. Menatap Aldric dan mengarahkan kekuatannya. Seketika tubuh Aldric kejang dan tak sadarkan diri. Membuat Ernest, Aaric dan Alvian melihat dan tak mengerti. Lalu semua beralih menatap Lykaios.

"Kau," ucap mereka bersamaan.

Lykaios bersiul sambil menatap teman-temannya sesaat. "Apa? Petir itu keluar dengan sendirinya," sanggah Lykaios.

Semua memutar bola matanya. Bahkan Alvian terlihat lebih kesal karena Lykaios lebih dulu memberi pelajaran tikus kecil incarannya. Ernest dan Aaric mengurus Aldric lebih lanjut. Sedangkan Alvian dan Lykaios menyusul dan menjaga Ellina.

===================================

Bonus pic = Ellina Aracelia Azzuri.


Part ini dibuat secara singkat. Mohon maaf bila terasa garing.  😂

Salam hangat.

=Ellina Exsli=

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top