21. Buy 1 get 2.
"Kyaaaaaaaaaa ... Ernest apa yang kau lakukan pada rambutku?"
Burung-burung terbang mendengar teriakan Alvian pagi ini. Seluruh orang dalam rumah bangun karena teriakan Alvian di pagi hari. Alvian menatap rambut putih panjangnya yang telah berubah warna. Wajah tampannya penuh dengan coretan tulisan tangan. Berkali-kali Alvian keluar masuk kamar mandi untuk mencuci rambut dan wajahnya. Namun semua itu tak mudah di kembalikan.
Ernest tertawa mendengar teriakan Alvian di pagi hari. Aaric yang tengah menyiram bunga menutup rapat telinganya. Lykaios yang tengah asik menyusun kegiatan pagi ini mendesah kasar namun tersenyum geli. Ellina dan Kenzie tertawa kecil melihat kepanikan Alvian yang cukup menggemparkan isi rumah.
Satu jam berlalu dan semua duduk di meja makan dengan rapi. Sesekali terdengar tawa kecil dari mulut Ernest, Aaric dan Lykaios. Sedangkan Alvian lebih memilih diam meski rambut dan wajahnya telah kembali seperti semula. Kenzie menggelengkan kepalanya melihat tingkah empat pengawalnya.
"Tuan, apa kegiatan Tuan hari ini?" Ellina memecah keheningan dan membuat semua orang mengangkat kepala menatap Kenzie.
"Aku akan menyelesaikan sedikit urusan yang menyangkut tentang dirimu, Queen. Jadi berlatihlah bersama mereka untuk mengambil alih semua yang menjadi hakmu,"
"Tapi ... aku tak berani melawan Paman Aldric dan Bibi Vania. Belum lagi Lexsi yang selalu saja berbuat sesukanya," Ellina mengaduk makanan di piringnya.
Tak! Suara sendok terhenti dan membentur piring terdengar jelas. Kenzie menatap lembut Ellina. Alvian, Ernest, Lykaios dan Aaric ikut menghentikan sarapan paginya. Menunggu perintah dari Kenzie untuk rencana selanjutnya. Mereka menatap Ellina yang tertunduk bimbang.
"Queen, mereka tak pantas mendapatkan semua hal yang orangtuamu hasilkan. Mereka merencanakan kematian kedua orangtuamu dan berniat menguasai semuanya," Kenzie menyentuh tangan Ellina yang berada diatas meja.
"Maaf Yang Mulia, tapi Lord benar. Kami telah melakukan penyelidikan dan ternyata semua telah direncanakan," Lykaios ikut memberi saran.
"Orangtua Yang Mulia sama sekali tak pernah mempunyai hutang dengan Paman, Yang Mulia." Ernest memberikan selembar kertas hasil penyelidikan tentang perusahaan orangtua Ellina.
"Para tikus-tikus itu ingin kubuat menjadi rempah beracun," Alvian terlihat sangat geram.
"Yang Mulia, akan lebih baik jika Yang Mulia menarik semuanya. Mereka juga selalu menyiksa Yang Mulia. Hamba harap, Yang Mulia mengambil tindakan yang bijaksana, mengingat ini menyangkut peninggalan kedua orangtua Yang Mulia," Aaric ikut menambahkan, membuat Ellina menerima lembaran kertas dari Ernest.
"Baiklah, aku akan menarik semuanya. Jadi ... mohon latih aku agar mampu bersikap tegas untuk melawan mereka," Ellina menatap semua orang didepannya bergantian.
"Itu bagus Queen, aku akan menyusulmu ke kafe Devian nanti," Kenzie mengelus puncak kepala Ellina.
"Ah, kita akan ke House Tea hari ini?" Alvian bertanya sambil menikmati buah yang tersaji.
"Tentu ... dan aku sudah tak sabar menantikan itu," Ernest menjawab sambil menyeringai.
"Pfffff," Aaric berusaha menahan tawanya. membuat Lykaios dan Alvian mengerutkan kening tak mengerti.
"Bagaimana jika kita jalan-jalan waktu liburan besok. Pantai terlihat indah," Ellina berbicara dengan semangat.
"Jalan-jalan?" Kenzie mengulang pertanyaan Ellina. Dan Ellina mengangguk yakin.
"Itu terdengar menyenangkan, Yang Mulia." Lykaios tersenyum mendapati bahwa ia juga akan ikut jalan-jalan bersama Raja dan Ratunya.
"Ah, aku akan menyiapkan semua keperluannya," Ernest menambahkan.
"Ya, dan kita akan pergi bersama," Ellina semakin antusias.
"Setelah kau menyelesaikan semua urusan ini, Queen. Maka aku akan mengijinkan untuk pergi jalan-jalan," Kenzie menatap Ellina yang mengangguk cepat tanda setuju.
"Aaayyyee, kita akan jalan-jalan bersama. Aku tak sabar menantikan itu...," Alvian berteriak senang. Membuat semua orang tersenyum geli.
"Baiklah, ayo kita mulai hari ini. Selesaikan semua masalah dengan cepat agar kita semua dapat bersenang-senang," Kenzie bangun dari duduknya dan mengulurkan tangannya pada Ellina.
Ellina bangun dan menerima uluran tangan Kenzie. "Tuan akan menyusulku ke House Tea kan?"
Kenzie mengangguk. "Secepatnya Queen. Jadi berlatihlah dengan sungguh-sungguh."
Ellina mengangguk. Berjalan beriringan dengan Kenzie dan menuju mobil. Membalas pelukan Kenzie sesaat dan menatap kepergian mobil Kenzie yang mulai melaju meninggalkan halaman rumah. Ellina tersenyum mengingat hubungannya dengan Kenzie lebih baik dari sebelumnya. Bahkan ia mulai sering merasakan rindu saat tak bertemu dengan Kenzie.
Ellina membalikkan badannya menatap empat pengawalnya yang telah siap pergi bersamanya. Melewati hari bersama empat pengawalnya yang tampan dan lucu membuat Ellina tersenyum senang. Ellina mendekati Lykaios dan Ernest yang telah membukakan pintu mobil untuknya. Ellina tersenyum dan masuk kedalam mobil. Setelah itu Ernest dan Lykaios menyusul lalu mobil mulai melaju.
Mobil Aaric lebih dulu berjalan sebagai penunjuk jalan. Tak lama mereka sampai pada sebuah kafe yang terlihat sangat sepi. Aaric turun diikuti Alvian. Tak lama mobil Ernest terparkir disamping mobil Aaric. Ellina lebih dulu turun tanpa menunggu pengawalnya membukakan pintu. Tersenyum senang memandang kafe didepan matanya.
"Rasanya begitu lama sejak aku berhenti bekerja dari sini," ucap Ellina pelan.
"Ratu...," sapa Devian dan Acalia bersamaan. Mereka keluar dari kafe dan menyambut kedatangan Ellina.
"Bos, aku merindukan kalian," Ellina berlari dan memeluk Acalia. membuat Acalia terkejut namun senang melihat perlakuan Ellina yang masih sama.
"Mari masuk," Devian mempersilahkan Lykaios, Ernest dan Alvian masuk.
Semua masuk kedalam kafe. Sepi, hanya kata itu. Ellina menatap semua bangku kosong dan semua stok makanan yang sama sekali belum berkurang. Ellina duduk bersama yang lain sedangkan Devian dan Acalia sibuk menyiapkan semua camilan.
"Aaric, kenapa belum ada yang beli. Apa memang lagi sepi?" Ellina menatap Aaric yang baru saja membantu orangtuanya untuk membawa makanan.
"Ah, itu ... kafe memang sangat sepi sejak dua bulan lalu. Bahkan sangat sepi dan hampir tak ada pembeli setiap hari," Aaric kembali masuk untuk mengambil minuman.
"Ini tak seperti biasa. Dulu kafe ini ramai. Sangat ramai," ucap Ellina pelan namun cukup jelas terdengar oleh Lykaios, Ernest dan Alvian.
"Dari mana Ratu tahu?" Alvian menatap Ellina.
Ellina balas menatap Alvian sesaat kemudian beralih pada pintu kafe yang terbuka namun sama sekali tak ada yang masuk untuk membeli. "Karena dulu aku bekerja disini,"
"Yang Mulia bekerja disini?" Ernest bertanya untuk memastikan.
"Apakah itu benar?" Lykaios juga bertanya tak percaya.
Ellina mengangguk. "Ya, aku harus bekerja untuk membayar sebagian uang sekolahku,"
"Tapi, bukankah semua aset Ratu lebih dari cukup untuk membiayai itu semua?" Alvian menatap Ellina tak mengerti.
"Paman mengambil uang beasiswa dan hanya memberiku separuh. Aku harus bekerja untuk kebutuhan hidupku yang lain," Ellina tersenyum getir mengingat masa lalunya.
"Ah, harusnya aku tahu itu. Tikus-tikus kecil itu benar-benar harus diberi pelajaran," Alvian mendesah kasar.
"Mereka sangat keterlaluan! Aku ingin sekali menyiksanya," Lykaios menggeram frustasi.
"Itu membuatku ingat sesuatu. Saat pertama kali kita bertemu Ratu, Devian berkata bahwa Ratu adalah teman anaknya dan pegawai di tokonya. Mereka meminta Ratu agar bisa merawatnya. Namun kita tetap membawa Ratu ke Hyroniemus," Ernest tersenyum kecil.
"Saat itu aku sangat ketakutan," sambung Ellina.
"Jadi ... apa yang harus kita lakukan pertama kali? Ratu, kita harus berlatih agar Ratu bisa tegas dan mengambil alih semuanya," Alvian menatap Ellina dan yang lain bergantian.
"Bagaimana jika Ratu berlatih dengan kami?" Acalia baru saja duduk dan menyela pembicaraan yang tengah berlangsung.
"Kami rasa itu lebih baik. Karena kami juga seumuran dengan Paman Ratu," Devian menambahkan.
"Bos, bisa jangan memanggilku seperti itu? Dan kalian juga, ini berada di dunia manusia. Bukan Hyroniemus," Ellina merasa sangat keberatan dengan semua panggilan kerajaan.
Semua tersenyum senang melihat kerendahan hati Ellina. Mereka semua mengangguk menyetujui permintaan Ellina. Membuat Ellina bernapas lega. Setidaknya untuk hari ini, Ellina ingin menjalani hari yang normal.
"Aku setuju dengan ide bos besar. Aku akan berlatih dengan bos besar," Ellina memberi suara.
"Lalu kami?" tanya Lykaios.
"Menjaga toko," jawab Ellina cepat. Ellina memperhatikan sepinya kafe dan beralih menatap empat pengawalnya. Ellina tersenyum kecil. "... kalian, ingin pergi jalan-jalan bersama liburan esok?"
Semua mengangguk kompak. Membuat Ellina lagi-lagi tersenyum geli dengan ide cemerlangnya. "Bukankah kalian membutuhkan uang untuk jalan-jalan? Maksudku uang dari hasil keringat kalian sendiri."
Semua saling berpandangan. Devian dan Acalia tertawa kecil menyadari arah pembicaraan Ellina. Aaric langsung menggelengkan kepala cepat.
"Aku sudah punya uang," kata Aaric menolak ide yang belum Ellina katakan.
"Aaric, Papa pikir kau harus mencari uangmu sendiri karena kami tak akan lagi memanjakanmu," Devian dan Acalia berjalan masuk kedalam ruang latihan Ellina.
Aaric membuka mulutnya karena kaget. "Tapi Pa...,"
Hening. Devian sama sekali tak menggubris keberatan anaknya. Detik berikutnya Alvian tertawa keras. Memegang perutnya karena mengetahui kenyataan bahwa Aaric harus bekerja untuk dapat pergi jalan-jalan esok.
"Dan kurasa kalian juga harus bekerja. Aku akan ikut bekerja bersama kalian," ucap Ellina.
Semua menoleh ke arah Ellina. Ernest tertawa kecil dan langsung menjawab. "Hamb-. Ah ... aku setuju dengan Rat- maksudku Ellina," ucap Ernest cepat.
Ellina tersenyum senang dan memandang Ernest yang juga tersenyum menatapnya.
"Baiklah, aku setuju." kali ini Aaric ikut menyetujui.
"Kurasa bukan ide yang buruk," Lykaios sudah menarik dua lengan bajunya ke atas.
"Ayo kita buat kafe kembali ramai dan dapatkan gaji yang banyak untuk hari ini," Alvian begitu semangat hingga membuat semua orang tertawa.
"Jadi apa masalahnya hingga kafe ini menjadi sepi pengunjung?" Ernest mulai meneliti diikuti oleh Lykaios di belakangnya. Sedangkan Ellina hanya menunggu bersama Alvian dan Aaric.
Tak lama Ernest dan Lykaios kembali dengan beberapa catatan kecil. Ernest duduk dan membaca catatan kecil ditangannya. "Yang membuat kafe sepi adalah, pertama ... tampilan menu yang terlihat membosankan. Kedua ... harga yang tak sesuai. Ketiga ... aku rasa mereka bosan dengan keadaan kafe yang selalu sama. Kita butuh hal baru yang unik untuk membuat kafe kembali ramai."
"Kita ubah tampilan menu. Karena aku mengerti sedikit tentang makanan, aku akan memilih dan mengubah semua tampilan makanan," Ernest mulai mengambil bagian.
"Aku akan berdiri dan menjaga meja kasir. Juga merangkap tugas membuat minuman." Aaric mulai bergerak untuk menukar bajunya.
Ernest menatap Lykaios dan Alvian. "Kalian berdua jadi pelayan dan ah ... Ratu, maksudku Ellina ... tak perlu membantu. Cukup latihan dan berikan kami ide agar kafe kembali ramai."
Ellina berpikir sebentar dan tersenyum. "Kakak bilang butuh suasana baru agar merubah suasana kafe. Bagaimana jika kita huyung budaya Hyroniemus? Budaya kerajaan, kurasa kafe lain tak memakainya. Ini akan jadi unik,"
Alvian tersenyum senang. "Aku setuju. Dan aku punya ide tentang tampilan makanan," Alvian menatap Lykaios yang juga tengah menunggu ide Alvian. "... kita rubah semua harga menjadi sedikit mahal namun mendapatkan bonus."
"Bonus? Maksudmu seperti gratisan?" tanya Lykaios.
"Tambahan bonus dapat berfoto dengan kalian. Karena kalian tampan, aku rasa mereka akan segera menyerbu tanpa memikirkan harga," tambah Ellina menatap orang di depan matanya yang menaikkan satu alisnya. "... terutama kak Lykaios dan Alvian. Aku tugaskan Alvian hanya sebagai model bonus yang menunggu di pintu. Kak Lykaios sebagai pelayan dan juga babak bonus sama seperti Alvian. Setiap pembeli bebas memilih dengan siapa dia ingin berfoto. Bagaimana?"
"Ratu...," ucap mereka bersamaan.
"Tak ada penolakan kak. Anggap saja ini perintah. Jadi ayo ... kita pakai pakaian Hyroniemus yang sesuai. Aku membawanya didalam tasku hari ini. Dan kalian bisa tukar dengan selera kalian, " Ellina berjalan menuju ruang ganti.
"Ya ampun, aku rasa ide ini sedikit merepotkan," Alvian sedikit ngeri membayangkan dirinya berfoto dengan banyak orang.
"Karena aku hanya bagian belakang dan kurasa aku tak akan banyak mendapat tawaran berfoto. Hahaha, ide Ratu sangat bagus untuk bersenang-senang dan melihat mereka menderita," Ernest menatap geli pada Lykaios dan Alvian.
Aaric baru saja keluar dengan gaya santai dan seragam House Tea. Siap menjaga kasir dan membuat minuman segar dengan rasa yang baru. Alvian menghampiri dan menatap Aaric dari atas hingga ujung kaki.
"Apa yang kau kenakan? Ratu memerintah kita mengenakan pakaian kerajaan untuk membuat suasana baru. Kami akan bersiap, jadi cepat tukar bajumu kembali." Alvian berjalan menuju kamar ganti dengan pakaian kerajaan yang Ellina berikan.
Aaric membuka mulutnya tak percaya. Namun saat melihat Lykaios dan Ernest masuk ke dalam ruang ganti dengan pakaian yang Ellina berikan lengkap dengan semua aksesoris, Aaric mendesah pelan dan menghampiri Ellina. Meminta bagiannya dan ikut masuk kedalam ruang ganti.
Semua keluar dengan pakaian masing-masing. Bahkan mereka harus merubah warna rambut dengan kekuatan mereka agar terlihat serasi. Ellina memandang takjub pada keempat pengawalnya.
"Wow kak, kalian tampan. Sangat tampan," ucap Ellina dengan wajah berbinar. Membuat rona merah hadir di wajah mereka.
Pic : Lykaios Canuto.
Pic : Ernest Avram.
"Apa aku juga tampan?" Tanya Alvian dengan senyum manisnya.
Pic : Alvian Raitrama
Pletak! Ernest memukul pelan kepala Alvian. Membuat Alvian meringis dan menatap marah pada Ernest.
"Kenapa harus bertanya pada Ratu?" Ernest balas menatap Alvian.
"Memangnya kenapa? Kalian dibilang tampan, aku dan Aaric juga ingin tanya, apa aku juga setampan kalian!" Alvian menatap kesal Ernest.
Aaric ikut menganggukkan kepalanya menyutujui perkataan Alvian. Membuat Ellina tersenyum geli.
Pic : Aaric Leighton Blade.
"Tentu, Alvian dan Aaric juga sangat tampan. Aku yakin kafe akan ramai kembali jika ada kalian," Ellina menatap Alvian dan Aaric bergantian.
"Kalau begitu tunggu apa lagi, aku akan keluar dan mulai berpromosi," Alvian melangkah lebih dulu dan diikuti oleh yang lain.
Alvian membuka pintu kafe dengan lebar. Lykaios menurunkan papan nama dan mengganti dengan tulisan "Lycanthrope House Tea." Aaric dan Ernest bekerja sama menukar dekorasi kafe, mengusung budaya Lycanthrope dan Hyroniemus menjadi satu. Ellina menyusun bangku dan menata bunga-bunga yang mekar. Membentuk taman hidup dalam kafe dengan adanya air mancur dan kolam kecil. Tak ada yang susah disini, saat semua menggunakan kekuatannya untuk bekerja dan merubah segalanya. Dalam sekejap kafe tersebut telah berubah total.
Devian dan Acalia terpaku melihat dekorasi kafe barunya. Menatap kagum dengan suasana baru yang segar dan asri. Lykaios menggerakkan tangannya pada air mancur dikolam kecil, menyatukan air dan kelopak bunga hingga tercipta kupu-kupu indah dengan berbagai warna. Alvian membuka gorden dinding kaca, menampilkan semua pemandangan taman hidup didalam kafe pada semua mata yang berjalan melewati kafe.
"Sepertinya kita mendapat pegawai baru yang sangat luar biasa. Kafe kita akan sangat ramai jika begini," ucap Devian sambil memeluk pinggang Acalia.
Ellina menatap empat pengawalnya yang terlihat siap. Mereka tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Ellina tersenyum, keluar dari kafe menuju halaman kafe. Menghampiri papan kafe dan menuliskan sesuatu.
"Open. Buy 1 free 1 + free take photo."
Ellina tersenyum dan menatap tulisan tangannya. Aaric datang dan membaca tulisan Ellina. Menggelengkan kepala lalu meminta spidol ditangan Ellina. Aaric menghapus tulisan Ellina dan mengganti dengan hal gila dalam otaknya. Aaric tersenyum geli saat menuliskan ide itu.
"Buy 1 get 2. Free hug, take picture, kiss or something else."
"Pfffffff," Ellina menahan tawanya saat menbaca tulisan Aaric. Aaric ikut tertawa kecil, mengajak Ellina masuk sebelum yang lain datang dan menghapus semua tulisan itu.
Ellina mengangkat satu tangannya. menatap semua orang yang juga telah bersiap. "Kalian siap? Kita akan sibuk hari ini,"
Mereka semua mengangguk mantap dan mengambil posisi masing-masing. Devian dan Acalia tersenyum penuh arti. Menyiapkan segala hal yang dibutuhkan bahkan menambah koki dalam kafenya. Ernest siap dengan semua ide cantiknya dalam menata makanan. Aaric siap di belakang kasir dan telah menuliskan menu minuman terbaru. Lykaios siap dengan nampan ditangannya dan catatan kecil dalam sakunya. Sedangkan Alvian siap berada di pintu untuk menyambut para pengunjung. Ellina berdiri disamping Alvian dan ikut menyambut pengunjung sebelum sesi latihan yang direncanakan dimulai.
Sepuluh menit berlalu dan mulai ada pengunjung. Mereka menatap tulisan tangan Aaric sesaat dan langsung menatap Alvian yang berdiri di pintu dengan senyum termanisnya. Tanpa Alvian ketahui, senyumnya membawa sejuta pesona dan masalah kecil yang membuat Alvian sakit kepala. Para pengunjung hanya berdiri dipintu menatap Alvian dan Ellina.
"Mereka terlihat seperti tokoh nyata dalam kerajaan," ucap salah seorang penggunjung yang menatap minat pada Alvian.
"Bodoh, tentu saja kami nyata. Karena kami memang berasal dari kerajaan."Alvian menanggapi kata-kata setiap pengunjung dalam hati. Mereka bahkan lupa masuk kedalam kafe karena sibuk menatap Alvian.
Karena ramainya diluar kafe tanpa ada yang masuk, Lykaios, Ernest dan Aaric ikut keluar. Berdiri tepat diantara Alvian dan Ellina. Semua pengunjung menjerit histeris. Membuat Ellina dan empat pengawalnya tak mengerti. Bahkan karena teriakan histeris pengunjung, keadaan semakin ramai karena setiap pejalan berhenti dan ikut melihat karena ingin tahu. Hasilnya suasana menjadi semakin ramai.
"Mereka lebih terlihat seperti para bangsawan," ucap mereka histeris.
"Tentu saja, karena kami memang bangsawan!" Alvian mulai kesal karena mereka sibuk mengambil foto tanpa mau masuk ke dalam kafe.
Lykaios tersenyum dan berkata pelan. Membuat seluruh pengunjung diam dan mendengarkan Lykaios. "Kami menawarkan menu baru dengan tampilan yang berbeda, serta bonus yang telah tertulis. Kami akan memberikan yang terbaik,"
"Kyaaaaaaa," teriakan pengunjung semakin keras saat menyadari hal yang mereka baca di papan tulis kafe.
Aaric tersenyum penuh kemenangan, membuat Ernest bingung kenapa Aaric tersenyum tanpa sebab. Aaric menjelaskan dengan berbisik sangat pelan, membuat Ernest tertawa keras namun hanya sesaat. Ernest masuk diiikuti oleh Aaric dan langsung berdiri di posisi masing-masing. Para pengunjung langsung menyerbu masuk dan memesan banyak makanan. Membuat Alvian juga harus membantu dan menjadi pelayan.
Waktu berlalu dan Alvian menatap geram pada deretan pengunjung yang begitu banyak mengantri untuk berfoto bersamanya. Bahkan tak jarang dari mereka memeluk erat tubuh Alvian. Atau Alvian dengan sangat terpaksa harus mencium mereka. Membuat Ernest dan Aaric tertawa puas. Begitupun dengan Lykaios, berkali-kali mencoba menekan kekuatan. Ingin rasanya membakar seluruh kafe karena antrian panjang pengunjung yang ingin menyentuhnya.
"Ahhhkk, sial ... kapan semua ini akan berakhir?!" Alvian mendesah kasar dan memasang tampang masam. Melihat deretan pengunjung wanita yang mengantri di depan tubuhnya.
"Ya ampun, aku ingin sekali membakar Ernest dan Aaric. Mereka ... kenapa hanya kita yang mempunyai antrian paling panjang?" Lykaios menatap Alvian dengan wajah sedih.
"Aku bahkan harus mencium dan memeluk tubuh mereka. Itu membuatku muak," Alvian balas menatap sedih.
"Itu tak seberapa, bahkan mereka tanpa malu memeluk dan meraba tubuhku. Itu benar-benar menjijikkan!" Lykaios bergidik ngeri.
"Andai saja, mereka seperti Ratu Ellina. Aku akan dengan senang hati memeluk dan menciumnya. Hehehe," Alvian tersenyum jahil lalu diam saat raut wajah Lykaios telah berubah.
"Seperti Ratu ya? Hahaha, kau bernyali sekali mengatakan hal tak terhormat dan menyamakannya dengan Ratu? Hai bodoh, kau sudah bosan hidup ya?" Lykaios langsung memukul dan mendorong tubuh Alvian hingga jatuh terkapar di lantai.
Bukannya sedih Alvian malah tersenyum manis sambil membayangkan kata-katanya. Jika semua antrian adalah Ellina, maka Alvian akan dengan senang hati merelakan semuanya. Alvian tersenyum dan terkekeh geli. Detik berikutnya semua penggemar Alvian menjerit histeris. Melihat Alvian yang jatuh telentang dengan baju sedikit terbuka. Tubuh seksi Alvian terpampang dengan gratis dan membuat semua pengunjung wanita semakin menjerit.
"Kyaaaaaaa" para pengunjung wanita langsung ikut menjatuhkan tubuhnya diatas, disamping dan ada juga yang sibuk memotret tubuh Alvian. Alvian terkejut dan kembali ke alam nyata. Mendesah kasar karena semua pengunjung berebut untuk menyentuh tubuhnya.
"Ups, aku tak tahu jika mereka begitu menyukaimu," Lykaios menatap gerumunan wanita yang menjerit berebut untuk menyentuh tubuh Alvian. "... harusnya kulakukan itu dari tadi," Lykaios menatap antriannya yang telah kosong karena beralih haluan pada Alvian.
"Hahahaha," Ernest dan Aaric tertawa senang karena telah berhasil membalas perbuatan Alvian dan Lykaios yang bersenang-senang sendirian saat berburu tikus satu hari yang lalu.
"Tinggalkan kami, lalu kami juga akan bersenang-senang dengan kalian," ucap Ernest geli.
"Ya ampun, aku tak dapat membayangkan sibuknya Alvian," tambah Aaric disela tawanya.
Lima jam berlalu dan pengunjung kafe masih ramai. Alvian menatap dingin semua pengunjung yang masih mengantri. Kini bedanya, Aaric dan Ernest juga dapat antrian yang panjang. Sedangkan Lykaios terlihat mengenaskan karena sibuk melayani pesanan dan mendapatkan satu cubitan gemas atau sebuah ciuman setiap mengantarkan pesanan mereka.
Ellina keluar dari ruang latihan dan membulatkan mata tak percaya. Melihat antrian panjang dan ramainya pengunjung serta wajah masam para pengawalnya yang masih terlihat tampan. Semua mata lagi-lagi menatap Ellina. Bahkan ada yang terpaku dengan kehadiran Ellina. Sebuah mobil ferrari merah terparkir dengan rapi di halaman kafe. Membuat seluruh pengunjung menatap ingin tahu pemilik mobil mewah tersebut. Ellina tersenyum dan keluar dari kafe saat mengetahui bahwa itu adalah mobil Kenzie.
"Queen ... bagaimana latihannya?" Kenzie langsung menggenggam tangan Ellina dan menyentuh lembut pipi Ellina.
"Bos besar mengajariku dengan baik, Tuan. Apakah Tuan lelah?" Ellina menatap wajah dan baju kerja Kenzie yang sedikit berantakan.
"Jika itu menyangkut tentangmu, aku tak akan merasa lelah, Queen."
"Tuan, panggil aku Ellina. Ini bukan Hyroniemus,"
"Kau keberatan? bagaimana jika kupanggil Sayang? Atau istriku...," Kenzie mendekatkan wajahnya dan menatap Ellina.
Wajah Ellina memerah. "Ap-apa? Kita bahkan belum pernah menikah. Bagaimana mungkin aku menjadi istri Tuan?"
"Kalau begitu, setelah kau lulus kita akan menikah. Ayo ... kita menikah dan hiduplah bersamaku di Hyroniemus. Menikahlah denganku, Queen. Ah tidak, kau memang hanya akan menikah denganku." Kenzie meralat kata-katanya dan menatap Ellina yang masih tertawa kecil mendengar perkataannya.
Seluruh pengunjung kafe terpaku melihat pemandangan tak jauh dari mereka. Menatap kagum pada ketampanan Kenzie dan terkesima karena sikap lembut Kenzie pada Ellina. Bahkan mereka mengambil foto Kenzie dan Ellina yang terlihat sangat serasi saat bersama. Alvian, Aaric, Ernest dan Lykaios pun juga menatap Raja dan Ratu mereka yang tengah berbicara berdua tanpa menyadari telah jadi pusat perhatian.
Kenzie menggenggam tangan Ellina dan masuk kedalam kafe. Kenzie terdiam saat semua mata menatapnya dengan kamera masing-masing ditangan mereka. Salah seorang mendekat dan bertanya dengan takut.
"Maaf, apakah anda juga termasuk bonus dari kafe? Bolehkah kami mengambil foto anda?" ucap seorang gadis cantik dengan sangat sopan.
Kenzie menaikkan satu alisnya. Menatap tak mengerti pada maksud perkataan gadis cantik di depannya. Alvian maju mendekat dan berbisik pelan di telinga Kenzie. Sedangkan Ernest, Lykaios dan Aaric juga sudah bersiap jika para pengunjung tiba-tiba akan menyerang Kenzie dan Ellina. Devian dan Acalia menatap tak enak pada keributan kecil di kafenya. Sedangkan Ellina dengan santainya berdiri disamping Kenzie karena telah mengetahui maksud dari gadis cantik di depan Kenzie.
Kenzie menatap datar pada gadis cantik didepannya. Meraih pinggang Ellina dan memeluk erat. "Maaf, aku dan istriku tak termasuk bonus dari yang kalian maksud. Tapi aku akan melakukannya jika itu bersama istriku,"
"Kami sudah sangat senang jika kalian mau berfoto bersama dengan empat pria tampan disini," jawab salah seorang pengunjung.
"Kalau begitu, mohon tunggu karena aku dan istriku akan menukar pakaian agar sesuai dengan mereka," Kenzie menatap empat pengawalnya yang tersenyum senang.
Waktu berlalu dan kafe telah tutup. Semua berkumpul didalam sebuah ruangan didalam kafe dan berbincang senang. Mereka tertawa saat Ernest mempraktekkan wajah Alvian yang masam karena banyaknya para pengunjung yang mengantri. Alvian menendang bokong Ernest dan lagi-lagi mereka bertengkar kecil yang membuat suasana menjadi semakin ramai. Hingga akhirnya mereka semua pulang dan tertawa keras karena mendapat banyak uang untuk acara yang akan datang.
===================================
Pic : Kenzie dan Ellina saat berada diluar kafe :)
Ah, sampai lupa ... Jika kalian punya saran atau hadiah kecil berupa gambar / foto / nama tokoh yang bagus, bisa dikirimkan ke line ku. Aku akan sangat sangat berterima kasih atas semua saran yang kalian berikan. Mengingat aku juga tengah membutuhkan nama tokoh wanita dan pria untuk klan Penyihir, mermaid, dan iblis.
Bisa dikirim ke Id line : exsli
Terimakasih sebelumnya.
Salam hangat.
=Ellina Exsli=
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top