20. Queen Fairy.

Pic : Ernest Avram.

================================

Alvian masih memegang perutnya sambil menahan tawa. Ernest menggelengkan kepala juga sambil ikut tertawa. Membuat Aaric dan Lykaios menaikkan satu alisnya tanda tak mengerti.

"Apa yang lucu?" Aaric melihat sekitarnya.

"Kalian tertawa sampai menangis. Apa yang membuat kalian tertawa?" Lykaios terus mendesak karena ingin tahu.

"Lexsi," ucap Ernest dan Alvian kompak. Mereka kembali tertawa sambil memegang perutnya.

"Lexsi?" tanya Aaric.

"Alvian, jelaskan pada mereka...," Ernest diam dan berusaha menahan tawa sekuat tenaga.

"Ah ... itu, dia berkata bahwa Ratu adalah pembantu di rumahnya. Dan keluarganya adalah juragan dan majikan," jelas Alvian.

Aaric menaikkan satu alisnya. "Lalu dimana letak lucunya?"

"Kau itu bodoh atau idiot?" Alvian menatap Aaric sambil menggelengkan kepalanya. "... memang ada majikan yang menumpang di rumah pembantu dan menikmati hartanya?"

"Mereka bahkan bersikap harta itu adalah miliknya. Dan Lexsi, begitu percaya diri mengatakan itu semua. Hahaha, aku yakin Lexsi itu sakit," tambah Ernest sambil tertawa.

"Sakit otak, hahahaha...," sambung Alvian.

"Pfffff,  hahahaha...," Aaric dan Lykaios ikut tertawa bersama Ernest dan Alvian.

Ellina selesai mengganti bajunya. Menatap tak mengerti pada empat pengawalnya yang tengah tertawa lepas. Ellina mendekat dan menyodorkan jaket Lykaios dalam diam. membuat semua berhenti tertawa dan menatap Ellina.

"Yo,  Ratu. Agenda kita selanjutnya adalah memberantas tikus miskin yang hidup dalam sangkar emas," Alvian mendekati Ellina dan merangkul pundak Ellina.

"Haha," Ernest berhenti tertawa dan menatap tajam Alvian. Mendekati Alvian yang tengah menggoda Ellina dan menarik telinga Alvian. "Kau,  berapa kali aku katakan agar kau bersikap sopan! Bangsawan bodoh, pakai tata kramamu saat berbicara dengan Ratu!"

Aaric mendesah kasar. "Tentu saja dia lupa. Dia kan bukan Pangeran lagi?"

Alvian membulatkan kedua matanya dan menatap tajam Aaric. "Kau serigala bodoh, kenapa selalu menggunakan itu untuk membuatku marah?"

"Bukankah itu nyata?" Lykaios ikut menambahkan.

"Aaahhhkkk, kalian selalu menindasku!" Alvian mengusap kasar rambutnya. membuat Aaric, Ernest, Ellina dan Lykaios tertawa.

"Jadwal selanjutnya adalah ke House Tea. Ratu ... ayo kita pergi," Ernest mempersilahkan Ellina maju dan berjalan lebih dulu.

Ellina tersenyum dan mulai berjalan. Ernest mengikuti Ellina dan berjalan sejajar disusul oleh Lykaios. Sedangkan Alvian dan Aaric mengikuti dari belakang. Mereka sampai ditempat parkir. Ernest membukakan pintu mobilnya dan menunggu Ellina masuk. Setelah itu Ernest masuk dan menatap Lykaios yang telah duduk di sampingnya dan menatap sekitar sekolah.

"Dia datang," ucap Alvian pelan namun cukup didengar oleh yang lain.

Alvian menatap Ernest dan Lykaios yang tengah berada di dalam mobil. "Bawa Ratu pergi, aku akan menahannya,"

"Aku akan ikut bersamamu," Aaric berdiri di samping Alvian.

"Katakan jika kalian butuh bantuan," Lykaios menatap Alvian dan Aaric.

"Ada apa?" Elllina mencoba membuka pintu mobil dan menghampiri Alvian. Namun dengan cepat Ernest menahan Ellina.

"Yang Mulia, hamba mohon. Ikutlah bersama kami karena tugas kami adalah melindungi Yang Mulia. Musuh sedang ada disekitar sekolah," Ernest menoleh kebelakang dan memasang wajah memohon.

"Kami hanya tak ingin Lord jauh dari Yang Mulia Ratu," tambah Lykaios.

"Maafkan aku," Ellina kembali memasang sabuk pengaman dan hanya menatap Alvian dari dalam mobil.

"Pergilah. Jaga Ratu dengan baik. Kau tahu kakakku kan? Dia tikus besar gila yang licik," setelah mengatakan itu Alvian berlari dengan cepat.  Meninggalkan Ernest, Lykaios dan Ellina.

"Aku akan mengabarimu," Aaric mengikuti arah lari Alvian.

Ernest menyalakan mobil dan melaju meninggalkan halaman sekolah. Lykaios selalu waspada dan menatap sekitarnya. Sesekali menatap Ellina yang terlihat gusar. Hingga sebuah dentuman dari atas menghentikan laju mobil mereka.

Banng! Kabaaaabam!
Detik berikutnya jalanan ramai dengan tangis dan teriakan semua orang. Lykaios dengan cepat turun dan menuju pintu mobil Ellina. Meraih tangan Ellina dan menuntun Ellina ke tempat yang lebih aman. Ernest dengan sigap membuat portal pelindung.

Dua portal berbeda untuk dunia yang berbeda. Portal tipis bening untuk dunia manusia. Menjaga semua orang yang berada disekitarnya agar terlindung dari serangan kaum iblis. Portal kuat dan berwarna merah untuk melindungi Ellina dan Lykaios. Melindungi semua kerusakan yang akan terjadi pada pertarungan di dunia manusia.

Ernest menganggukkan kepalanya dan berdiri tepat disamping Ellina. Melebarkan satu sayap coklatnya untuk melindungi tubuh Ellina. Lykaios terbang dan menggerakkan tangannya kebawah. Kesebuah portal bening tipis yang berisi banyak manusia. Warna mata Lykaios berubah merah seiring api biru yang tercampur dengan sedikit petir.

"Aku Lykaios Canuto, atas ijin dari-"

Banggg!
Ucapan Lykaios terhenti seiring tubuhnya yang terpental jauh. Lykaios terseret dalam sebuah cahaya hitam hingga jaraknya cukup jauh dari Ellina dan Ernest. Azzura tertawa keras melihat tubuh Lykaios yang terjatuh dan terseret dalam kekuatannya.

"Kau ceroboh Lykaios," Azzura berdiri tak jauh dari Lykaios.

"Azzura...," Lykaios bangun dan berdiri tegap.

Lykaios menatap Ernest yang tengah berbicara dengan Ellina. Azzura mengikuti arah pandang Lykaios dan tersenyum senang.

"Ah, ada Ratu Ellina disini. Maaf karena tak menyapamu lebih dulu Ratu. Tapi bagiku, kau tak pantas dapatkan itu," Azzura menatap Ellina dan tersenyum sinis.

"Cih, kau bahkan tak pantas untuk berbicara dengan Ratu, Azzura!" Ernest balas menatap Azzura.

"Lama tak berjumpa, kau semakin lancang, Ernest!" Azzura terlihat kesal dengan Ernest.

"Itu karena kau tak pantas untuk dihormati, Azzura," Lykaios menjawab dan tersenyum sinis pada Azzura.

"Lakukanlah kak Ernest. Aku bisa menjaga diriku. Aku berjanji, aku akan baik-baik saja," Ellina menatap Ernest dan meyakinkan Ernest.

"Mohon tunggu sebentar, Yang Mulia Ratu. Ini hanya butuh waktu sedikit lebih lama," Ernest menatap Ellina dengan raut wajah khawatir.

Ellina tersenyum dan mengangguk. membuat Ernest yakin dan melangkah meninggalkan Ellina. Ernest menatap Lykaios sesaat kemudian kembali berjalan dan terbang tinggi. Lykaios menatap Ernest sebentar dan bersiap untuk menahan dan melindungi Ellina dari semua musuh.

Ernest memejamkan matanya dan membukanya perlahan . Mata Ernest telah berubah merah seiring telinganya yang sedikit memanjang. Rambut merah panjang dengan dua sayap telah terkembang secara sempurna. Ernest megulurkan tangannya kebawah, menatap pada portal bening yang ia ciptakan.

"Aku, Ernest Avram ... dengan dan atas ijin dari Lord Kenzie Alexis Reegan sang penguasa kegelapan, memerintahkan untuk menyegel semua kekuatan yang akan merusak bumi, tempat dimana manusia berada...,"

Sinar merah mengalir begitu cepat. Merambat dan menyebar dengan luas kesemua seluruh penjuru bumi. Menahan dan menyelimuti bumi dari segala serangan yang akan menghancurkan bumi.

"Aku, Ernest Avram ... dengan darah  Yang Mulia Lord dalam tubuhku,  akan menyegel semua ingatan manusia atas semua kejadian hari ini. Hilang dan kembali normal lah pada jalan yang semestinya,"

Kilatan petir menyambar dan bergemuruh. Angin kencang berhembus dengan membawa seluruh sinar merah dari tubuh Ernest. Menyelimuti semua portal bening yang Ernest ciptakan. Perlahan seluruh bekas serangan dan ingatan manusia akan hari ini memudar. Mereka semua bingung, dengan keadaan jalan yang ramai tanpa ada suatu kejadian apapun. Lalu semua kembali normal.

Azzura bertarung dengan Lykaios dengan sekuat tenaga. Menatap pada sekitarnya. Seluruh pasukan iblis kekuatannya tersegel. Itu semua karena Ernest masih mempertahankan kekuatannya untuk menyegel. Menunggu Lykaios mengalahkan Azzura dan keadaan akan kembali seperti semula.

Lykaios lengah karena menatap Ernest yang telah terbatuk pelan dan mengeluarkan darah. Saat itu Azzura tersenyum dan langsung mengarahkan kekuatannya tepat di jantung Lykaios. Kilatan api biru menyambar Azzura sesaat namun detik berikutnya Lykaios terduduk dan ambruk. Lykaios terluka.

Azzura tertawa keras dan menatap Ellina yang mematung menatap tubuh Lykaios. Perlahan air matanya mengalir dan rasa amarah menguasainya. Ellina menatap Azzura yang hendak menancapkan sebuah pedang biru ketubuh Lykaios. Dengan cepat Ellina berlari dan mendorong tubuh Azzura dari belakang dengan kuat. Membuat Azzura terjatuh dan terjerembab.

"Kau ... sangat bernyali menyerangku manusia lemah!" Azzura bangun dan menatap benci Ellina yang tengah mengangkat kepala Lykaios ke pangkuannya.

"Kenapa jika aku lemah?" jawab Ellina tanpa memperhatikan Azzura.

Uhukk! Ernest kembali terbatuk dan mengeluarkan darah segar. Elllina melihat keatas tempat Ernest berada. Azzura tertawa keras dan memandang Ellina remeh.

"Kau lihat? Dia menahan beban atas kekuatannya dan kekuatan yang Kenzie berikan secara bersamaan. Dia telah mulai lemah karena menyegel banyaknya kekuatan iblis yang aku kerahkan. Belum lagi menyegel ingatan manusia dan mengembalikan semua keadaan seperti semestinya. Dia akan mati jika bertahan terlalu lama," Azzura kembali tertawa keras.

Ellina menggelengkan kepalanya dan menangis. Mencoba kuat dan percaya bahwa semua akan baik-baik saja. "Itu tidak akan terjadi," ucap Ellina yakin.

Azzura tertawa. "kenapa tidak? Aku akan mempercepat kematiannya lalu aku juga akan membunuhmu, Ratu lemah!" Azzura mengeluarkan kekuatannya dan mengarahkan ketubuh Ernest.

Bbbummmm! Satu serangan dari Azzura tepat mengenai Ernest. Membuat tubuh Ernest semakin lemah. Kedua sayap Ernest tak dapat lagi terbang secara maksimal. Ernest turun dengan cepat namun berusaha kembali untuk terbang dan menahan semua serangan.

Ellina berteriak dan menangis. "Tidaakkkk! Hentikan. Cukup! Cukup Azzura!!!"

Azzura tertawa puas melihat Ellina yang menangis. "Kenapa? Apa kau juga belum mengerti? Itu semua terjadi karena mereka memiliki Ratu lemah sepertimu! Kau yang harusnya melindungi mereka, bukan membuat mereka mengalami ini semua. Jadi ... ucapkan selam perpisahan pada mereka yang melindungimu!" Azzura hendak melemparkan pedang ditangannya kearah Ernest namun terhenti saat Ellina bangun dan berdiri tepat di hadapannya.

Ellina menatap wajah Lykaios yang telah pucat. Kemudian beralih menatap Ernest yang berusaha bertahan dalam kondisi yang sudah cukup diambang batas. Bukan kekuatan Ernest yang terbatas namun kondisi tubuhnya yang tak mampu menahan semua beban dari semua kekuatan.

"Kenapa? Kenapa kau begitu ingin membunuhku dan menghancurkan semua?" Ellina menatap datar Azzura.

Azzura tersenyum sinis akan pertanyaan Ellina. "Karena manusia lemah tak pantas menjadi Ratu Hyroniemus! Dan aku ingin melenyapkan mereka semua yang tak lagi mendukungku!"

"Kenapa? kenapa kau begitu mudah berkata membunuh seseorang? Apa kau begitu senangnya karena mampu membunuh seseorang? Apa kau merasa pantas membunuh mereka?" Ellina menatap Azzura yang menaikkan satu alisnya tanpa berkedip.

"Apa? Kau-" Azzura terhenti karena tatapan tajam Ellina.

"Apa kuasamu atas nyawa seseorang!!!" Ellina berteriak kencang.

Craaattttsss! Bledaaaarrrr!
Petir menyambar dan mahkota Ellina bersinar. Azzura membulatkan kedua matanya tak percaya. Mundur perlahan dan menatap nanar pada dua cahaya di mahkota Ellina. Ellina memejamkan matanya sesaat. Perlahan kesadaran Ellina hilang dan mata Ellina berubah biru. Rambut Ellina memutih dan dua sayap putih bening transparan keluar di punggung Ellina.

"Kau bahkan tak pantas untuk berkuasa atas nyawa seseorang!!!" Ellina tak mampu lagi menahan amarahnya.

Brukkk! Ernest telah terjatuh karena kelelahan namun tetap mempertahankan semuanya. Ellina berjalan menghampiri Ernest dan tersenyum dalam tangisnya. Membuat Azzura tersenyum sinis dengan semua perlakuan lembut Ellina.

"Dia bahkan membuatku semakin muak," ucap Azzura jelas.

Ellina menyentuh wajah Ernest dan membersihkan darah Ernest. "Cukup kak, aku yang akan mengambil alih semuanya. Kalian telah cukup melindungiku,"

Ernest terhenyak dan menatap tak mengerti. "Ra-ratu ... apa maksud Ratu?"

"Istirahatlah kak, aku yang akan melindungi kalian semua," Ellina bangun dan berjalan menuju Azzura.

"Telah selesai berbincang ria nya? Ada salam perpisahan yang belum sempat kau ucapkan?" Azzura mengeluarkan kekuatannya ditangan.
"Tak ada yang akan mati disini tanpa seijinku, Azzura! Kau cukup membuatku menahan semuanya. Aku muak pada seseorang yang selalu merasa dirinya kuat!"

Kabaaaabam! Bang!
Sebuah kekuatan tanpa arah menyerang Azzura. Membuat Azzura mundur dan bingung. Ellina diam dan terus menatap tajam Azzura. Terbang sedikit lebih tinggi dan menatap Azzura yang kebingungan.

"Dari sinilah aku pantas melihatmu,  Azzura!" Ellina menatap Azzura yang juga menatapnya.

"Kau, bagaimana kau bisa punya kekuatan seperti ini?" Azzura bingung dan mencoba mengeluarkan kekuatannya namun tertahan karena tatapan Ellina.

Ellina tersenyum sinis dan berkata pelan. "Kau tak berhak atas kekuatan yang kau miliki,"

Ellina menatap keatas. Menatap matahari yang tengah bersinar terang. Ellina tersenyum dan memejamkan matanya. Splaassshh! Sinar matahari mengelilingi tubuh Ellina beserta semua peri kecil yang hadir dari seluruh penjuru arah. Azzura lagi-lagi terdiam dan terpaku. Menatap semua peri kecil yang mengelilingi tubuh Ellina dan berhenti tepat di depan Ellina.

"Hormat kami Yang Mulia Ratu Ellina, Ratu peri diantara semua peri yang hidup didunia ini. Kami datang membukakan pintu kekuatan Yang Mulia Ratu miliki. Bersatu dengan darah Yang Mulia hingga Yang Mulia sanggup memegang kekuatan Yang Mulia sendiri. Mengendalikan dunia beserta semua yang hidup di dalamnya," ucap mereka bersamaan.

Semua peri kecil terbang mengelilingi tubuh Ellina lagi. Mengarahkan semua kekuatan pada mahkota Ellina. Sinar putih bersinar terang seiring kepakan sayap Ellina yang semakin kencang. Para peri menghilang saat Ellina terbang tinggi dan mengulurkan tangannya. Mengambil alih tugas Ernest dan mencoba mengembalikan segalanya.

"Aku, Ellina Aracelia Azzuri, selaku Ratu Peri yang berkuasa ... memerintahkan pada peri penghuni bumi dan seluruh isinya, normalkan semua keadaan. Hancurkan semua kekuatan yang menghalangi!"

Detik berikutnya kabut dan sinar putih menyelimuti seluruh bumi. Kabut merah Ernest melemah dan tergantikan dengan kabut putih dari Ellina. Para peri yang hidup di dunia berkumpul, terbang dan bersatu menjalankan perintah Ellina. Hanya dalam hitungan menit, semua kembali normal. Luka Lykaios menutup dan kekuatan Ernest kembali normal. Mereka bangun dan menatap Ellina takjub.

Azzura mundur dan menggelengkan kepalanya. Menatap tak percaya pada apa yang telah ia lihat. Ellina turun dan menatap Azzura. Mengulurkan tangannya lalu menjentikkan jarinya. Sinar putih bercampur biru keluar dan mengarah kearah Azzura. Seiring mahkota Ellina yang lagi-lagi bersinar terang.

"Azzura Xaviera ... aku tak pernah mengijinkanmu mencabut nyawa seseorang sekalipun itu iblis dari klanmu. Aku menyegel kekuatan terkuatmu dalam satu rentang hidupmu. Jika kau tetap melawan, maka jangka hidupmu akan terus memendek hingga kau berakhir lenyap!"

"Aaaaaahhhkkk," Azzura berteriak keras seiring kekuatan terkuat dalam tubuhnya yang menguap dan menghilang. Menyelinap kembali dalam tubuh Azzura dan menyatu dalam jiwa terdalam Azzura. Membuat Azzura terangkat dan tak sadarkan diri.

"Aku memerintahkan kalian mengembalikan Azzura pada klannya yang telah menunggu dalam kesakitan! Katakan pada mereka ... aku telah menyegel jiwa Azzura bersama kekuatannya," Ellina menatap semua peri yang tengah menunggu perintahnya.

"Dilaksanakan, Yang Mulia Ratu," ucap mereka bersamaan. Para peri kecil mengelilingi tubuh Azzura dan membawa Azzura pergi.

Sementara itu dilain tempat, Alvian terus berlari diikuti Aaric di belakangnya. Hingga mereka sampai pada sebuah hutan tak jauh dari sekolah. Disana Livian telah menunggu dan menatap lurus. Menatap Alvian yang baru saja datang bersama Aaric.

"Kau datang dengan cepat adikku," sapa Livian.

"Salam hamba pada Yang Mulia Raja Transylvania. Apa yang membuat Raja datang dan mencoba membuat kerusakan?" Alvian menundukkan badannya sesaat dan menatap tajam kakaknya. Aaric pun melakukan hal yang sama.

"Aku ... hanya ingin tahu tentang Ellina. Haruskah aku katakan, jika aku merindukannya?" Livian tersenyum tipis.

"Apa yang coba kau katakan Raja? Kau tahu ... bahwa kau mencoba membunuh Ratu kami," Aaric berusaha bersikap sopan dan menahan emosinya.

"Jangan berpura-pura lagi Kak, kau membuatku muak!" Alvian menatap marah Livian.

"Aku merindukan senyumnya dan semua tingkah polosnya yang menyenangkan," jawab Livian.

"Cih, kau terlalu bersikap arogan dengan semua kata-katamu. Semua orang tahu, kau mencoba membunuh Ratuku. Orang yang sangat ingin kami lindungi!" Alvian semakin menatap muak kakaknya.

"Kau-" ucapan Livian terhenti.

Sppllaaasssshh! Sinar dan kabut putih menyelimuti seluruh area bening yang mereka pijaki. Membuat Alvian, Aaric, dan Livian saling memandang.

"Sinar ini," ucap Aaric ragu.

"Apa Ernest sudah tak sanggup menahannya lagi? Lalu sinar ini...," Alvian memandang sekelilingnya.

Semua peri kecil yang hidup bersembunyi keluar. Terbang dan menari serta mengeluarkan kekuatan. Menahan dan menyegel semua kekuatan yang akan merusak bumi. Mengelilingi tubuh Livian, Alvian,  dan Aaric secara bersamaan. Mereka terus mengelilingi tubuh Livian, Alvian dan Aaric hingga semua kekuatan mereka netral. Mereka saling memandang dengan pikiran yang tak dapat diucapkan.

"Ratu Peri telah ditemukan dan tengah memerintah semua peri? Siapa Ratu Peri yang selama ini dianggap hanya hayalan para peri?" Livian berlari dan mencari arah sumber kekuatan sinar putih yang menyelimuti bumi.

Alvian dan Aaric saling memandang. Lalu detik berikutnya mereka juga berlari. Menyusul Livian hingga akhirnya mereka sampai pada sebuah portal kuat yang tak dapat ditembus sama sekali. Mereka semua menatap tak percaya pada seluruh yang Ellina lakukan. Melindungi, mengembalikan dan menyegel kekuatan Azzura. Mereka semua menyaksikan dari luar portal.

Livian menelan air ludahnya saat mengetahui apa yang terjadi di depannya. "Ell-ellina adalah Ratu Peri? Dan dia baru saja menyegel kekuatan terkuat Azzura hingga besatu dengan jiwanya. Hal yang kami semua takutkan perlahan terjadi. Ellina ... dialah wanita yang akan membantu Lord Reegan menguasai dunia!"

"Cukup Ratu, kau menyakiti dirimu sendiri demi melindungi semuanya," Aaric berkata lirih saat melihat lelahnya tubuh Ellina.

"Ra-ratu, kami sanggup melindungi diri kami sendiri. Tapi kau berusaha agar kami tak terluka," Alvian menatap sembuhnya luka Lykaios dan pulihnya kekuatan Ernest. Menatap mereka yang juga menatap takjub pada kekuatan Ellina.

"Queen," ucap Kenzie pelan saat telah menyaksikan semuanya. Kenzie bahkan tak bisa masuk kedalam portal sebelum Ellina membuka portal.

Alvian, Aaric dan Livian menoleh. Menatap Kenzie yang ternyata juga tengah menonton semua yang Ellina lakukan. Mereka menundukkan badannya hormat pada Kenzie, lalu beralih menatap Ellina. Menatap Ellina yang telah kembali terbang dan mengulurkan tangannya ke bawah. Sinar biru keluar dengan cepat. Mendominasi dari sinar putih yang menyelimuti bumi.

"Aku memerintahkan seluruh peri untuk melepaskan segel seluruh klan iblis. Kembalikan mereka pada Raja klan mereka. Katakan ... aku datang untuk melindungi semua hal yang akan mereka musnahkan!" mata Ellina berubah abu-abu seiring tunduknya para peri menjalankan semua perintahnya.

Perlahan semua sinar memudar. Portal Ellina melemah dan kembali menjadi portal merah yang Ernest ciptakan. Dua sayap Ellina menghilang seiring lelahnya tubuh Ellina. Tubuh Ellina terjatuh begitu cepat dari ketinggian.

Kenzie langsung masuk dalam portal, terbang dan meraih tubuh Ellina dalam pelukannya. Membawa Ellina  turun dan memeriksa semua keadaan Ellina. Setitik air mata Kenzie mengalir. Lykaios dan Ernest mendekat. Alvian, Aaric juga langsung mendekati Kenzie. Sedangkan Livian hanya memandang dari jauh.

"Cukup Queen, kau melakukannya dengan sangat baik. Apa yang membuatmu sangat marah hingga kau hilang kesadaran? Hentikan Queen, semua telah usai. Kau melindungi mereka dengan sangat baik," Kenzie memeluk tubuh Ellina yang masih tak sadarkan diri.

"Kau membangunkan seluruh peri yang tertidur untuk melindungi dunia saat darah Peri belum terlalu kuat dalam tubuhmu. Itu pasti menyakitkan, Queen. Sekarang semua telah selesai. Kendalikan amarahmu dan kembalilah menjadi Ratuku. Ratu Hyroniemus yang lemah lembut dengan cinta yang kau punya," Kenzie mengusap wajah Ellina berkali-kali.

Lykaios dan Ernest menitikkan air mata. Menyadari semua hal yang telah Ellina lakukan untuk melindungi mereka. Ratu yang harusnya mereka lindungi kini tengah berjuang meraih kesadarannya kembali. Mencoba menetralkan semua darah peri yang tiba-tiba mendominasi tubuhnya. Mencoba melawan sakit antara perang darah dalam tubuhnya.

"Lord, ampuni kami...," ucap Lykaios dan Ernest bersamaan.

"Angkat kepala kalian. Ratu mempertaruhkan nyawanya untuk melindungi kalian. Jangan tunjukkan wajah itu di depan Ratu. Dia akan sangat kecewa," Kenzie menatap empat pengawalnya bergantian. "... kalian tahu? Ratu begitu menyayangi kalian semua. Kalian begitu penting untuk hidupnya hingga dia begitu marah karena berpikir tak dapat melindungi kalian semua dengan baik. Amarahnya membangkitkan darah perinya hingga diambang batas tubuhnya,"

Semua terdiam dalam pikiran masing-masing. Menatap wajah Ellina yang terlihat sangat lelah. Namun detik berikutnya mereka mengangkat kepala dan tersenyum penuh arti.

"Ratu, terimakasih telah memberiku banyak cinta hingga aku merasa ingin hidup selamanya demi melindungi Ratu," Lykaios tersenyum penuh arti.

"Semua hal yang Ratu berikan, itu lebih dari cukup untuk membuatku mengerti ... bahwa kami hidup untuk melindungi Ratu dan Raja seumur hidup kami," Ernest menatap langit cerah dengan pelangi yang menggantung indah.

"Ratu Ellina ... Ratu Hyroniemus dan Ratu Peri di dunia ini. Kami akan melindungi dunia bersamamu. Terimakasih telah menjadikan kami begitu penting dalam hidup, Yang Mulia." Aaric tersenyum dan menatap wajah Ellina yang mulai kembali pulih.

"Kau memberikan cinta keluarga yang tak pernah kudapatkan. Ratu ... aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk melindungimu," Alvian ikut tersenyum dan menatap tiga temannya bergantian.

"Ellina, apa yang harus kulakukan? Aku begitu ingin mendapatkanmu untuk hidupku. Akan kuberikan segalanya asal itu untuk hidup dan dirimu," Livian berjalan gontai kemudian berlari meninggalkan portal merah tersebut.

================================
Pic :Ellina. Kurang sesuai tapi anggap aja sesuai. Haha😁😂

Next update udah ya... Typo belum di perbaiki. Aku sudah jauh lebih baik. Terimakasih atas semua support nya. 😊😉 tetap jaga kesehatan kalian.

Salam hangat.

=Ellina Exsli=

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top