17. Hurt.

Pic : Kenzie Alexis Reegan.

=========================

"Aaaahhhkkkkk,"

Teriakan Ellina terdengar keras di seluruh penjuru jurang. Lembah pekat yang berkabut tebal seakan ikut merasakan kesakitan Ellina. Beberapa kali tubuh Ellina menabrak batu tebing yang curam dan terpelanting jauh. Baju Ellina tersangkut di sebuah batu runcing, sobek dan detik berikutnya Ellina kembali terjatuh dan menatap batu yang keras.

Batu-batu mulai bergerak ringan karena beratnya tubuh Ellina. Hingga untuk kesekian kalinya tubuh Ellina kembali terjatuh dalam lembah curam berkabut tebal. Batu-batu kecil yang remuk menyambut tubuh Ellina dan memberikan luka memar yang terlihat kontras pada kulit putih Ellina. Posisi tubuh Ellina yang miring, membuat tubuh Ellina berguling dan menabrak sebuah kayu kecil hingga akhirnya Ellina sampai di bibir sungai.

Derasnya air sungai perlahan membawa tubuh Ellina hingga Ellina sampai ke dasar sungai kemudian kembali mengambang dan mengikuti arus sungai. Terbawa arus hingga Ellina sampai pada sebuah arus besar yang begitu cepat dan menurun menuju sebuah air terjun dari ketinggian tujuh belas meter dari bawah. Ellina ikut terjatuh bersama air dan kembali tenggelam dalam sebelum akhirnya kembali terapung.

Perlahan tubuh Ellina menepi tak jauh dari air terjun tinggi yang telah membuatnya tenggelam dan akhirnya dapat menepi. Sunyi, sepi dan asri. Burung-burung terbang dan hinggap ditubuh Ellina. Mematuk luka Ellina dan membuat luka semakin parah. Bunga-bunga gugur diiringi angin berhembus pelan. Hingga sebuah suara ringan memecahkan kesunyian dan mendekati tubuh Ellina.

"Hei, lihat ... ada yang terluka." Ucap peri kecil mungil dengan sayap bening di tubuhnya.

Peri-peri kecil lainnya keluar, terbang dan melihat apa yang diucapkan temannya. Mereka terbang dan hinggap di sebuah rumput yang tak jauh dari Ellina. Salah satu peri kecil lainnya hinggap ditangan Ellina, meneliti wajah Ellina dan menutup mulutnya tak percaya. Peri-peri lainnya mendekat dan ikut memperhatikan Ellina. Mereka semua menutup mulutnya tak percaya.

"Dia ... manusia?" Ucap seorang peri yang pertama kali menemukan Ellina.

"Ya - tidak," jawab dua peri berbeda yang juga meneliti wajah Ellina.

Semua peri terdiam dan memperhatikan Ellina.

"Dari bau tubuhnya dia adalah manusia tapi juga bukan," ucap peri bersayap pelangi.

"Kita harus menolongnya," timpal peri bersayap bening dan mencoba menarik tangan Ellina. Namun badan Ellina tetap diam di tempat.

"Aku akan memanggil Siofra Banshee," peri bersayap biru laut terbang dan meninggalkan teman-temannya.

Setengah jam berlalu hingga peri kecil bersayap biru laut itu sampai pada sebuah rumah kecil. Peri kecil berteriak dan memukul pintu dengan menggunakan kayu kecil agar sang punya rumah membuka pintu dengan cepat.

"Ofra ... Ofra ... kau harus lihat sesuatu di dekat air terjun," teriak peri kecil dengan sekuat tenaga.

Satu rumah di samping kiri rumah Ofra dan dua rumah di samping kanannya ikut membuka pintu karena mendengar teriakan peri kecil tersebut.

"Hei ... ini masih pagi, kenapa berteriak dan membuat keributan?" Tanya seorang pria dengan rambut putih, namun tak mempunyai sayap.

"Lander, kau juga harus melihatnya. Ada seorang manusia yang terluka," ucap peri kecil ini terbang dan menghampiri Lander.

"Apa?" Pintu rumah yang diketuk oleh peri kecil tadi terbuka. Seorang gadis dengan sayap ungu keluar, terbang menghampiri Lander dan peri kecil yang telah membuat keributan.

"Kau bilang manusia?" Kini seorang gadis dengan sayap hijau ikut terbang dan mendekat.

"Itu tak mungkin kan?" Seorang pria disamping rumah Lander juga ikut mendekat.

"Aku serius. Dia seorang wanita yang sedang terluka. Tidak ... bahkan napasnya sudah sangat pelan terdengar," jawab peri kecil tersebut.

"Kita harus melihatnya," Ofra terbang dan kembali masuk kedalam rumah.

"Lander, bagaimana denganmu?" Tanya seorang pria disamping Lander.

Lander menoleh. "Aku juga harus memastikan ucapannya kan? Ini Yonaguni, tak mungkin ada manusia yang bisa masuk. Ikutlah bersamaku, Zaccheo...,"

Zaccheo mengangguk. "Aku akan membawa panahku untuk memastikan dia tidak berbahaya,"

"Aku juga ikut...," gadis dengan sayap hijau yang bernama Belen itu ikut terbang dan bersiap-siap.

Setelah siap, mereka semua pergi menuju air terjun. Ofra lebih dulu sampai diikuti Belen dan peri kecil. Lander dan Zaccheo sampai sepuluh menit kemudian. Dengan cepat Zaccheo mendekati tubuh Ellina dan memeriksanya.

"Dia manusia setengah...," Zaccheo diam dan bingung harus mengatakan apa.

"Setengah ... hei, lanjutkan kata-katamu," timpal Ofra.

Semua peri kecil mulai takut dan terbang sedikit menjauh. Lander, Ofra dan Belen mendekat dan ikut memeriksa tubuh Ellina.

"Lukanya sangat parah. Kita harus segera mengobatinya," ucap Ofra sambil melihat luka ditubuh Ellina.

"Tapi kita belum tahu, dia ini berbahaya atau tidak," timpal Belen.

"Dia ... cantik," Lander menyentuh wajah Ellina pelan.

Peletak!
Zaccheo langsung memukul kepala Lander. "Kau terlihat sangat mesum, Lander!"

Lander memegang kepalanya. "Ahh, aku hanya berkata jujur. Tapi, dia terlihat seperti manusia juga bukan secara bersamaan."

"Apakah dia tak berbahaya?" Tanya Belen.

"Kurasa tidak. Bagaimana ya mengatakannya," Zaccheo diam sebentar dan berpikir. "... darah peri, dan darah klan lainnya juga tercampur dalam tubuhnya. Dia benar-benar berbeda."

"Dia memiliki darah kita yang mengalir di tubuhnya?" Tanya Ofra antusias.

"Aku merasakan darah klan mermaid dalam tubuhnya ... juga penyihir," tambah Lander.

"Ada sedikit darah iblis yang belum begitu mengental, tapi sejauh ini darah manusianya lebih dominan," timpal Zaccheo.

"Bagaimana mungkin seorang manusia memiliki banyak darah yang berbeda dalam tubuhnya?" Ofra menggeleng tak mengerti.

"Apakah dia membuat perjanjian dan mendapatkan semua darah itu?" Tanya Belen lagi,

"Itu tak mungkin. Dunia manusia sangat jauh juga tak mungkin manusia mengetahui tentang kita. Mereka menganggap kita mahkluk mitos yang tak nyata," jelas Zaccheo.

"Lalu...," Ofra menatap Zaccheo.

"Coba kalian pikir, siapa yang mempunyai darah semua klan dalam tubuhnya?" Lander menatap semua bergantian.

"Aku pernah mendengar ini, namun menyebut namanya saja dilarang. Dia ... Raja di atas segala Raja. Sang Raja Besar...," ucap Ofra pelan.

"Aku tahu. Tapi tak mungkin dia mau membuat perjanjian dengan manusia. Coba kalian pikir," jelas Lander

"Kita bawa dia pulang dan kita obati," Zaccheo mengangkat tubuh Ellina dalam gendongannya.

"Aku akan mencari mawar hutan untuk mengobatinya." Ofra terbang dan masuk kedalam hutan.

"Aku akan mencari bahan makanan untuk sewaktu-waktu dia sadar," Lander pergi meninggalkan Zaccheo dan Belen.

"Ayo ... kita harus cepat," Belen terbang dan sesekali menoleh pada Zaccheo.

Zaccheo merebahkan tubuh Ellina dalam sebuah tempat tidur yang terbuat dari lilitan akar kayu. Belen dengan cepat membawa nampan kecil dan memberikan bubuk penyembuh dalam airnya. Belen menatap semua luka ditubuh Ellina, menggeleng pelan karena tak mempercayai semuanya.

"Bagaimana mungkin dia mendapatkan semua luka ini? Ini sangat menyakitkan untuk ukuran klan kita terlebih manusia," Belen mengelap dan membersihkan luka-luka Ellina.

"Siapapun dia, jika bisa terluka seperti ini ... pasti dia dalam bahaya. Itu berarti kita harus menyembunyikan keberadaannya hingga ia sembuh total." Zaccheo ikut memperhatikan luka-luka ditubuh Ellina.

"Bisa kau keluar?" Belen menatap Zaccheo.

Zaccheo menaikkan satu alisnya. "Kenapa? Ini kan rumahku," bantah Zaccheo.

"Kau ... kau ingin melihat tubuhnya? Aku akan mengobati luka diseluruh tubuhnya," Belen terbang dan membuka pintu rumah Zaccheo.

Wajah Zaccheo bersemu merah. Namun dengan pelan Zaccheo akhirnya melangkah keluar.

"Dasar! Semua pria sama saja. Dia mengatakan Lander mesum, tapi dia lebih mesum," maki Belen pelan.

Belen mengobati semua luka ditubuh Ellina dengan pelan. Lalu terbang untuk pulang dan mengambil pakaian yang pantas untuk Ellina. Belen siap dengan semuanya, saat itu juga Ofra pulang dengan membawa bunga mawar merah dari hutan. Tak lama Lander juga datang dengan botol madu ditangannya.

"Bagaimana keadaannya?" Tanya Ofra.

Belen menggeleng. "Sangat parah. Banyak luka di sekujur tubuhnya,"

"Berapa lama dia akan sadar?" Kini Lander mendekati tubuh Ellina.

"Sekitar dua minggu untuk ukuran tubuh manusia," jawab Zaccheo.

Ofra terbang dan mengolah bunga mawar merah di tas kecilnya. Menumbuknya dan dicampurkan dengan bahan-bahan lain. Ofra mengambil sari dari setiap obat yang ada, lalu mencampurkannya jadi satu dalam sebuah air dalam gelas.

"Ini akan mempercepat penyembuhannya," Ofra menyerahkan gelas ditangannya pada Belen. Belen menerima dan meminumkan air tersebut pada Ellina.

"Kuharap dia cepat pulih," harap Belen.

*****

Kenzie menatap lesu pada pemandangan Hyroniemus didepan matanya. Taman indah dengan semua kenangan akan Ellina menyeruak dalam ingatan. Tubuh Kenzie bahkan belum pulih, lemahnya kondisi tubuhnya membuat Kenzie tak dapat melakukan apapun. Kenzie menatap kosong pada pemandangan di depan matanya, perlahan air mata Kenzie turun membasahi pipi.

"Queen, itu sangat sakit. Bahkan tubuhku tak sanggup menerima sakitnya ... lalu bagaimana denganmu? Kau pasti sangat kesakitan," lirih Kenzie. "... dimana kau berada, Queen? Bertahanlah ... aku tahu, kau bisa. Kau harus kuat,"

Kenzie menepuk dadanya pelan. Meredakan tangis yang semakin menyesakkan hati. Berjalan pelan keluar ruangan dan kembali disuguhkan dengan pemandangan, Ernest yang tengah sibuk berjalan mondar-mandir sendirian. Sesekali terdengar desahan kasar napas Ernest, menandakan bahwa dia tengah frustasi dalam mencari jalan keluar.

"Avram...,"

Ernest menoleh dan langsung menundukkan kepalanya. "Ya, Yang Mulia Lord,"

"Dimana yang lain?"

"Mereka mencari keberadaan Yang Mulia Ratu, Lord."

"Belum ada kabar?" Tanya Kenzie dengan penuh harap.

"Ampun Yang Mulia, mereka belum memberi kabar sejauh ini,"

Kenzie mengangguk dan berjalan pelan. Membuat Ernest khawatir dan cepat pergi mengambil pakaian hangat.

"Yang Mulia, mohon kenakan pakaian hangat ini. Yang Mulia harus tetap menjaga kondisi tubuh agar cepat pulih," Ernest mengulurkan pakaian ditangannya dengan hormat.

Kenzie diam dan hanya memandang pakaian ditangan Ernest. "Avram, kau tahu bahwa tubuhku akan membaik jika Ratu Ellina juga membaik. Darahnya dalam tubuhku memberikan tanda kesehatannya."

"Lord ... hamba mohon, untuk kebaikan Yang Mulia sendiri juga untuk kebaikan Ratu. Ratu akan khawatir jika Lord jatuh sakit lebih dari ini,"

Kenzie tercekat. "Benarkah dia akan khawatir padaku?" Kenzie tersenyum miris sambil memakai pakaian yang Ernest berikan.

"Ratu akan baik-baik saja Lord. Karena Ratu orang yang kuat." Ernest tersenyum sambil mengingat wajah Ellina.

Kenzie berjalan menyusuri taman bersama Ernest. Mengingat semua kenangan yang pernah terjadi dengan Ellina. Begitu pun dengan Ernest, Ernest tersenyum tipis saat mengingat tentang Ellina. Tentang Ellina yang begitu menyukai taman dan bunga-bunga yang tengah mekar.

"Lord, kami juga merindukan dan mengkhawatirkan Ratu Ellina," ucap Ernest pelan.

"Ya, dia akan bertahan karena memiliki orang-orang yang juga menyayanginya,"

Kenzie terduduk lesu dan memandang ke atas. Pada bunga-bunga yang gugur dan menciptakan aroma wangi. Lagi-lagi air mata Kenzie mengalir. Ernest ikut duduk di samping Kenzie dan merubah wujudnya menjadi harimau. Menatap sendu pada Rajanya yang tengah menahan air mata.

Sementara itu, Lykaios, Aaric dan Alvian kembali terbang dan turun ke jurang tempat Ellina terjatuh. Mereka menyusuri lembah berkabut tebal dengan hati-hati. Mereka semua mengandalkan penciuman untuk menemukan Ellina. Berjalan menyusuri lembah hingga sampai di bibir sungai.

Lykaios terduduk disebuah batu besar dan mengeluarkan mahkota dari dalam bajunya. Menatap mahkota itu dengan seksama. "Harusnya kuberikan mahkota ini lebih cepat. Agar Ratu tak terluka," ucap Lykaios pelan.

Aaric menepuk pundak Lykaios pelan. "Siapa yang tahu akan menjadi seperti ini? Bahkan kita telah membuat rencana untuk membuat pesta kecil lalu menyerahkan mahkota ini pada Ratu,"

Lykaios menatap lesu pada mahkota ditangannya. "Bahkan mahkota ini tak bersinar,"

"Itu tandanya Ratu tak ada disekitar sini," jawab Alvian yang telah kembali dari pencarian.

Aaric menoleh. "Temukan sesuatu, kakakku sang mantan Pangeran?"

Alvian melototkan kedua matanya. "Ada,"

Lykaios mengangkat kepalanya. Kembali menyimpan mahkota ditangannya lalu mendekati Alvian. "Katakan,"

"Dibawah sana ... telah memasuki daerah kerajaan klan Yonaguni," jawab Alvian enteng.

"Baiklah, ayo pergi ke kerajaan untuk menyebarkan kabar menghilangnya Ratu," Aaric terbang tinggi dan meninggalkan Lykaios serta Alvian.

"Kau ikut terbang bersamaku?" Tanya Lykaios.

Alvian menggeleng. "Aku akan berlari sambil mencari petunjuk baru,"

Lykaios mengangguk dan terbang meninggalkan Alvian. Alvian berlari sambil mengikuti instingnya. Menelusuri hutan dan terus mencari petunjuk baru. Namun, tak ada yang ia temukan. Hingga akhirnya Alvian sampai di kerajaan Yonaguni sepuluh menit setelah Lykaios dan Aaric sampai lebih awal.

Raja Asrais Helwyn dan Ratu Dalvina Livia menyambut kedatangan Lykaios, Aaric dan Alvian dengan hangat. Memperlakukan mereka dengan sangat baik hingga akhirnya Lykaios bercerita tentang tujuannya. Raja dan Ratu Yonaguni mendengarkan dengan sangat teliti. Hingga mereka kaget pada sebuah kenyataan yang mengejutkan.

"Ratu Ellina hilang?" Ucap mereka bersamaan.

Lykaios mengangguk. "Jadi Yang Mulia, bisakah Yang Mulia memberikan kabar tentang hilangnya ratu Hyroniemus dan pencariannya di kerajaan Yonaguni? Mengingat Ratu jatuh tak jauh dari perbatasan Yonaguni," ucap Lykaios penuh harap.

"Asrais mengangguk. "Akan kami urus,"

"Kami akan menyebarkan kabar ke seluruh penjuru Yonaguni, dengan semua pengawal terbaik kami. Kami juga akan mencari Ratu Ellina," tambah Dalvina.

Lykaios, Aaric dan Alvian menunduk dengan sangat berterima kasih. Membuat Asrais dan Dalvina tersentuh akan perjuangan mereka dalam mencari Ellina.

*****

Satu minggu lebih berlalu. Ellina pulih dan telah sadarkan diri. Ellina menatap sekelilingnya dan semua orang yang menatapnya begitu dekat. Bahkan peri-peri kecil juga berkumpul untuk melihat Ellina.

"Dia sadar," ucap peri kecil bersayap bening.

"Wow, dia benar-benar membuka matanya," timpal peri bersayap biru laut.

Ellina mencoba tersenyum saat melihat semua orang di sekelilingnya menatap waswas. Ellina mencoba bangun dan duduk diatas tempat tidurnya.

"Hai ... kau bisa melihatku dengan jelas?" Sapa Zaccheo,

Peletak!
Satu pukulan ringan dari Lander mendarat di kepala Zaccheo. "Kau pikir dia buta? Tentu saja dia bisa," Lander menatap Ellina yang tersenyum karena mendengar perdebatan Zaccheo dan Lander. "... ya ampun, kau sangat cantik jika tersenyum...,"

"Dasar mesum!" Ucap Ofra, Belen dan peri kecil lainnya secara bersamaan.

Lander hanya tersenyum geli lalu kemudian menatap Ellina lagi. "Hai, aku Lander Algis Eleanor,"

Ellina tersenyum dan mengulurkan tangannya pada Lander. Lander dan yang lainnya bingung tak mengerti maksud Ellina. Hingga Ellina mendekat dan meraih tangan Lander untuk bersalaman. Membuat semua yang melihat menganggukkan kepala.

"Aku Ellina Aracelia Azzuri,"

Zaccheo dengan cepat menepis tangan Lander yang masih menjabat tangan Ellina. Menyingkirkan Lander dan menjabat cepat tangan Ellina. "Kenalkan, aku Zaccheo Ivander Ethelind, dan untuk info ... kau berada dirumahku. Itu karena aku yang merawatmu," jelas Zaccheo panjang lebar. Membuat seluruh orang dalam ruangan menatap murka pada Zaccheo. Namun Zaccheo hanya tersenyum tanpa dosa.

"Ah, ya ... terimakasih banyak telah merawatku,"

"Apa kamu selalu melakukan ini?" Tanya Ofra ingin tahu. Ellina menatap tak mengerti, membuat Ofra mempraktekkan apa yang telah dilakukan Ellina. "... maksudku bersalaman seperti ini," Ofra menjabat tangan kecil peri bersayap biru laut dipundaknya.

Ellina tersenyum. "Ya, kami manusia selalu melakukannya saat berkenalan. Siapa namamu?" Ellina mengulurkan tangannya pada Ofra.

Ofra tersenyum senang dan menjabat tangan Ellina. "Siofra Banshee, biasa dipanggil Ofra. Dan ah ... aku menyukai caramu berkenalan,"

Ellina beralih pada gadis tak jauh dari Ofra. Tersenyum hangat dan mengulurkan tangannya. "Halo, aku Ellina."

"Belen Athena Avarista," jawab Belen sambil membalas tangan Ellina.

"Ini ada dimana?" Tanya Ellina.

"Yonaguni," jawab mereka kompak.

"Yonaguni? Klan peri?" Tanya Ellina tak percaya.

Mereka semua mengangguk.

"Siapa kamu sebenarnya? Kenapa tahu tentang klan kami?" Tanya Zaccheo.

"Aku Ellina Aracelia Azzuri, Ratu dari kerajaan Hyroniemus," jawab Ellina.

"Ppppfffffhh, hahahah...," mereka semua tertawa.

Membuat Ellina mengerutkan keningnya. "Kenapa? Ada yang salah?" Tanya Ellina lagi.

"Pasti kepalamu terbentur sangat keras," ucap Lander.

"Kau jadi sedikit ... gila," sambung Ofra.

"Hahaha, lalu apa kau mengenal Raja dan Ratu kami?" Tanya Zaccheo disela tawanya.

Ellina mengangguk. "Aku pernah bertemu mereka,"

Semua terdiam sesaat namun detik berikutnya mereka tertawa terbahak-bahak.

"Kami saja belum pernah bertemu mereka, bagaimana mungkin kau sudah bertemu mereka?" Lander tertawa dengan memegang perutnya.

"Sudahlah, suatu saat kalian akan menyesal menertawakanku," ucap Ellina sebal.

Semua berhenti tertawa dan menatap Ellina.

"Kau cukup lucu," ucap Belen sambil tersenyum simpul.

Hari-hari berikutnya terus berjalan. Hingga tak terasa Ellina telah dua bulan tinggal bersama mereka. Tubuh Ellina terus memulih dengan baik. Ellina ikut bekerja mencari bunga mawar merah di hutan atau ikut mencari bahan-bahan obat untuk dijual ke kota. Semua terlihat begitu nyaman hidup bersama Ellina bahkan mereka lupa, bahwa Ellina manusia dan bukan bagian dari mereka.

Selama dua bulan juga Kenzie mencari Ellina. Mengelilingi seluruh kemungkinan keberadaan Ellina. Tak ada yang dapat menemukan Ellina. Tidak satu pun, karena para peri kecil dan lainnya membuat portal kuat untuk menyamarkan bau tubuh Ellina. Mereka khawatir jika Ellina kembali terluka saat ditemukan oleh klan lain ataupun klannya sendiri.

Semua panik karena Ellina tak kunjung ditemukan. Kenzie berkali-kali mengunjungi klan Yonaguni, namun jawaban mereka tetaplah sama. Ellina belum ditemukan, meski hadiah telah dinaikkan berkali-kali lipat bagi yang menemukan Ellina. Ellina hilang bagai ditelan bumi, membuat Kenzie frustasi dan hilang kesabaran. Tubuh Kenzie bahkan telah kembali normal, menandakan bahwa Ellina juga telah jauh lebih baik.

Pagi ini Ellina kembali memasuki hutan untuk mencari sebuah jamur dan kulit kayu untuk dijadikan obat. Bahkan Ellina pergi di pagi hari, saat semua peri dan yang lainnya belum bangun. Ellina menyusuri jalan kecil yang biasa ia lewati. Terhenti disebuah air terjun tinggi dan memandang takjub pada pemandangan di pagi hari. Begitu nyaman dan segar. Ellina membersihkan tubuhnya dan berjalan memasuki hutan, mulai mengisi karung besar yang ia bawa kemana-mana saat mencari bahan obat.

Beberapa jam kemudian Belen dan Lander keluar dengan membawa semua bahan obat yang telah jadi. Mereka akan pergi ke kota untuk menjualnya dan mendapatkan beberapa makanan untuk kebutuhan Ellina. Mereka tak keberatan sama sekali karena sejak ada Ellina, pendapatan mereka berlipat ganda. Ellina mampu belajar dan mencari semua bahan dengan cepat. Itu menjadi keuntungan bagi mereka yang biasa hidup pas-pasan.

Belen dan Lander sampai dikota. Mereka melalui perjalanan yang jauh yang membuat mereka cukup lelah. Lander mengangkat semua bahan yang akan dijual. Belen mengikuti dari belakang dan terkadang terbang mendahului Lander. Hingga mereka sampai di tempat tujuan, menjual semua bahan dan mendapatkan upah yang pantas. Lander dan Belen terus berjalan dan membeli semua kebutuhan, hingga mereka mendengar desas-desus yang membuat mereka penasaran.

Lander dan Belen menghampiri sebuah pengumuman yang begitu ramai dikunjungi para peri. Belen terbang dan mencari jalan untuk membaca pengumuman tersebut. Sedangkan Lander dengan mudah membacanya karena Lander cukup tinggi dan bisa menyelinap untuk membaca. Lander dan Belen membaca pengumuman dengan seksama. Detak jantung mereka berpacu lebih cepat dan tubuh sedikit gemetaran.

Sebuah isi pengumuman yang cukup membuat mereka tercengang. Tentang kerajaan besar Hyroniemus mencari ratunya yang telah hilang selama dua bulan lebih. Bahkan Yonaguni juga ikut mencarinya. Pengumuman ini dibandrol dengan hadiah yang sangat tinggi. Hadiah yang cukup membuat semua orang gelap mata.

"Lan-lander," ucap Belen terbata.

Lander diam dan terus berpikir. "Mungkinkah itu dia? Kau ingat ... dia pernah berkata bahwa dia adalah Ratu," jawab Lander pelan.

"Lima ratus batang emas," Belen diam sebentar. "... i-itu sangat banyak. Kita akan hidup cukup seumur hidup,"

"Bukan itu masalahnya, kita tak tahu yang mereka maksud itu siapa? Bisa saja yang mereka cari orang lain kan?" Lander membantah Belen dan isi hatinya.

Belen mengangguk. "Bukankah dia lebih berharga dari lima ratus batang emas? Kita melewati hari yang indah bersamanya,"

"Kita harus segera pergi," ucap Lander bergegas dengan cepat dan meninggalkan pengumuman yang telah dijaga begitu ketat.

Belen ikut terbang dengan cepat. Tergopoh-gopoh karena takut akan keselamatan Ellina. Hingga tanpa mereka sadari, salah seorang pengawal menyadari sikap mereka yang mencurigakan. Pengawal ini langsung terbang dan mengikuti mereka dengan hati-hati. Saat mengetahui arah rumah mereka yang jauh, pengawal ini kembali ke istana Yonaguni dan memberikan kabar yang memungkinkan adanya sang Ratu yang selama ini mereka cari.

"Yang Mulia, seorang peri tanpa kekuatan dan seorang pria tanpa sayap ... terlihat mencurigakan. Mereka tinggal di kedalaman hutan yang sangat jauh dan tak terjamah oleh pasukan kita," pengawal ini menundukkan badannya memberi laporan.

Asrais mendengarkan dengan seksama isi laporan. Saat menyadari kemungkinannya Ellina ada disana, Asrais langsung bangun dari duduknya. "Kirimkan kabar ke Hyroniemus dengan cepat."

Dalvina juga langsung menimpali. "Kirim pengawal tercepat untuk ke Hyroniemus. Kita juga harus bersiap,"

Yonaguni mengirimkan satu peri tercepat untuk datang ke Hyroniemus. Kenzie yang baru saja hendak keluar mencari Ellina terhenti dan langsung menghampiri peri tersebut.

"Katakan," perintah Kenzie.

"Ampun Yang Mulia, hamba diperintahkan oleh Raja Asrais dan Ratu Dalvina untuk memberi kabar tentang keberadaan Ratu Besar Ellina."

Kenzie langsung tersenyum senang. "Apakah kalian menemukan Ratu?"

"Ampun Yang Mulia, kami belum menemukannya tapi kami melihat ada dua orang yang mencurigakan. Mereka tinggal sangat jauh dari kota, dan kemungkinan keberadaan Ratu sangat besar disana. Kami menunggu Yang Mulia untuk bertindak lebih lanjut,"

Kenzie menganggukkan kepalanya. Dengan satu tarikan napas, Kenzie berteriak memanggil Ernest, Lykaios, Aaric dan Alvian. Mereka datang hanya dalam hitungan detik setelah teriakan Kenzie. Wajah mereka lesu dan menunduk karena teriakan Kenzie yang keras, bahkan tak ada diantara mereka yang membuka suara karena takut akan emosi Kenzie yang akhir-akhir ini tak terkendali.

"Kita akan ke Yonaguni, sekarang. Bersiaplah ... mereka menemukan kemungkinan adanya keberadaan Ratu," perintah Kenzie sambil berlalu untuk bersiap.

Semua mengangkat kepala dan tercengang dengan perintah Kenzie. Namun saat melihat peri dari Yonaguni masih di samping mereka, mereka menoleh dan melihat untuk menginterogasi.

"Hei, apakah itu benar? Jika kalian berbohong ... aku akan membunuhmu!" Alvian memasang tampang seram.

Bukkkk! Aaric menendang bokong Alvian. "Kau membuatnya takut, kakakku yang bodoh," Aaric menatap peri yang tak jauh darinya. "... ah, maafkan dia. Dia sedikit gila sejak ... lupakan. Apakah kabar itu benar?"

Peri itu mengangguk takut. Detik berikutnya mereka semua bersorak senang karena akan segera bertemu Ellina meski itu belum pasti. Dengan cepat mereka bergegas untuk bersiap-siap. Alvian lebih dulu berlari menuju kamarnya dan menyiapkan semua keperluan. Tak lama yang lain menyusul dan sepuluh menit kemudian mereka telah kembali berkumpul.

Lander dan Belen sampai dirumah mereka. Dengan cepat Lander mendobrak pintu rumah Ofra. Membuat Ofra berteriak marah karena sikap Lander yang masuk rumahnya tanpa ijin. Zaccheo yang mendengar keributan juga langsung masuk kedalam rumah Ofra.

"Dimana Ellina?" Lander tak mendengarkan makian Ofra dan masih mengobrak-abrik isi rumah Ofra.

"Hentikan Lander! Kau membuat rumahku berantakan! Ellina pergi mencari bahan obat sendirian di hutan," Ofra mengambil barang-barangnya yang berjatuhan di lantai.

Lander terdiam dan menoleh. Membuat Ofra dan Zaccheo bingung. "Sendirian?"

Ofra mengangguk.

"Sebenarnya ada apa? Kau pulang dari kota sangat cepat dan membuat keributan." Zaccheo menatap Lander dan Belen penuh selidik.

"Ada pengumuman yang menyatakan bahwa Ratu Hyroniemus hilang dan Yonaguni juga ikut mencari. Dibandrol dengan harga lima ratus batang emas murni," Belen menjelaskan dengan pelan.

Ofra terkejut dan barang-barang ditangannya berjatuhan. "Jangan bercanda. Kalian menganggap ucapan Ellina dua bulan lalu itu benar? Seorang manusia biasa menjadi Ratu Hyroniemus yang kuat? Itu tak mungkin. Kenapa kalian begitu percaya pada seorang manusia? Jika dia benar adalah Ratu, kenapa kita tak menyerahkannya saja dan hidup dengan damai karena lima ratus batang emas itu?"

"Aku akan pergi mencari Ellina. Kalian bersiaplah ... kita akan pergi dari sini," Lander berlari keluar rumah dan masuk kedalam hutan untuk mencari Ellina.

"Kenapa kita harus pergi? Kenapa tidak Ellina saja yang pergi? Dia belum tentu Ratu Hyroniemus kan? Kita serahkan dia, dan jika dia bukan yang mereka cari, kita tinggalkan dia," ucap Ofra ditengah rasa kesalnya.

Tak ada yang menghiraukan perkataan Ofra. Belen terbang, keluar dari rumah Ofra diikuti oleh Zaccheo.

"Belen, tunggu. Tolong jelaskan semua ini, kenapa kita harus pergi?" Zaccheo menahan Belen.

Belen terhenti dan menoleh. "Kau akan menyerahkan Ellina? Bagiku dan Lander ... dia lebih penting dari seluruh emas didunia ini. Bagaimana jika mereka menyakiti Ellina lagi? Ellina baru saja pulih. Dan aku ... aku senang bisa hidup berdampingan dengannya. Aku ingin selalu bersamanya,"

"Sial, aku tak ingat jika Ellina mempunyai musuh yang hampir membunuhnya!" Zaccheo bergegas masuk dalam rumahnya dan berkemas secepat mungkin.

Lander mendapati Ellina tengah menyeret sebuah karung besar yang berat untuk ukuran tubuhnya. Tanpa banyak kata, Lander merebut karung itu, menyeret dan menggandeng tangan Ellina. Ellina hanya mengikuti Lander yang terlihat sangat buru-buru.

"Lander, ada apa?" Tanya Ellina ditengah rasa tak mengerti sikap Lander.

"Kita harus pergi, cepat ... larilah dan kemasi barang-barangmu. Akan kujelaskan nanti,"

Ellina hanya mengikuti kemauan Lander. Berlari hingga berkali-kali terjatuh. Hingga akhirnya Ellina sampai dirumah Ofra. Ellina masuk dan segera berkemas. Memasukkan semua bahan obat yang telah siap untuk dijual lagi. Ofra hanya diam dan melihat Ellina. Berkali-kali Ofra menimbang perkataan Belen. Dan hal itu membuat Ofra gelap mata.

Asrais Helwyn, Dalvina Livia dan seluruh pengawal kerajaan Yonaguni lebih dulu sampai disebuah hutan asri yang jauh dari kota. Terlihat empat rumah kecil didalam hutan dengan semua bahan obat yang terjemur di depan rumah. Asrais, Dalvina dan seluruh pengawal menunggu di halaman rumah tersebut tanpa melakukan apapun. Mereka hanya akan menunggu hingga Kenzie datang dan memberi perintah lebih lanjut.

Lander baru saja sampai dan dikejutkan dengan banyaknya peri yang berada disekitar rumahnya. Karung yang Lander pikul terjatuh dan membuat semua orang menoleh. Lander berjalan perlahan dan menghampiri para peri yang tak jauh darinya.

"Maaf, anda mencari siapa?"

"Lancang! Tundukkan kepalamu saat berbicara dengan Yang Mulia Raja dan Ratu Yonaguni!" Seorang peri yang merupakan pengawal Asrais terbang dan memukul punggung Lander. Membuat Lander tersungkur dan bersujud.

Belen dan Zaccheo keluar dengan semua barang ditangannya karena mendengar keributan. Detik berikutnya mereka terpaku melihat Lander yang telah tersungkur. Pandangan mereka beralih pada dua sosok dengan mahkota dikepala masing-masing. Belen dan Zaccheo langsung menunduk hormat.

"Bu-bukankah anda Yang Mulia Raja dan Ratu Yonaguni?" Tanya Zaccheo.

Asrais dan Dalvina mengangguk. Tersenyum dan menyuruh mereka bangun. Lander, Zaccheo dan Belen duduk bersimpuh berdampingan. Tak berani bicara ataupun membuat pergerakan. Hingga sebuah angin besar berhembus. Menghamburkan semua bahan obat yang terjemur. Kenzie baru saja datang bersama empat orang pengawal yang selalu mengikutinya.

Asrais, Dalvina dan seluruh pengawal menundukkan badannya hormat.

"Yang Mulia Raja Besar Reegan, kami menunggu perintah selanjutnya, Yang Mulia," ucap mereka bersamaan.

Zaccheo, Lander dan Belen terpaku dengan sosok yang baru saja datang dihadapan mereka. Sosok yang membuat Raja dan Ratu Yonaguni bahkan bersujud memberi hormat. Kenzie diam sejenak dan melihat semua keadaan di sekelilingnya. Perlahan Kenzie mengulurkan tangannya keatas.

"Sebuah portal yang sangat kuat. Apa yang mereka lindungi, hingga harus membuat portal sekuat ini," Kenzie menetralkan dan membuka portal tersebut. Dan hal itu membuat Zaccheo, Lander, dan Belen menelan salivanya dengan susah.

Brakkk!
Ofra dengan sengaja mendorong tubuh Ellina ke pintu hingga Ellina terjatuh. Membuat pintu itu terbuka lebar. Semua bahan obat ditangan Ellina jatuh berantakan. Ellina berjongkok untuk memunguti semua bahan itu. Semua orang menoleh dan membeku saat melihat Ellina yang tengah berjongkok dan memegang karung kecil di tangan lainnya.

"Bodoh! Apa yang kau lakukan Ellina! Kau membuatnya jadi berantakan! Cepat pungut kalau kau ingin pergi," Ofra keluar dan berkacak pinggang menatap Ellina. "... dan dengan bodohnya, mereka mempercayaimu dan rela pergi dari sini untuk melindungimu! Kau membuatku kesal!"

Lykaios tak dapat menahan lagi melihat Ellina terus dicaci dan memunguti obat yang terjatuh. "Beraninya kau memerintah dan memaki Ratuku, mahkluk lemah!" Dengan cepat Lykaios mendekat, menarik tangan Ofra dan menghempaskan begitu jauh.

"Ellina, lari ... cepat pergi!" Teriak Lander disela rasa takutnya. Berharap Ellina akan cepat mengerti dengan keadaan yang terjadi.

=========================
1.Siofra Banshee.


2. Belen Athena Avarista.


3. Zaccheo Ivander Ethelind.


4. Lander Algis Eleanor.

Maaf telat untuk update. Lampu mati seharian dan jaringan hilang. Part ini berasa hambar. :(

Akan diusahakan part selanjutnya lebih menarik, thanks for support all.

Salam hangat,

Ellina Exsli

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top