[M] - Start
Setelah mengetuk pintu, tangannya meraih gagang pintu, lalu memutarnya, dan masuk ke ruangan tersebut. Saat pintu itu terbuka, hal yang pertama kali Jiyeon lihat adalah dua orang pria yang tersenyum ke arahnya. Gadis itu spontan membungkukkan tubuhnya memberi salam.
"Oh, kau sudah datang. Silahkan duduk dulu," ucap salah satu pria berstelan kemeja.
Jiyeon pun melangkah ke kursi tamu kemudian mendudukan dirinya menghadap kedua pria itu.
"Aku bersyukur, kau datang lebih cepat dari perkiraanku," kata pria yang lainnya.
Jiyeon tersenyum. "Gomapseumnida, Hoejang-nim."
Lee Sooman—salah satu dari kedua pria tadi—seketika tertawa pelan. "Sepertinya Yamato mendidikmu dengan baik. Tapi, Jiyeon-ah, kau tidak perlu memanggilku Hoejang-nim. Semua orang di sini memanggilku, Seonsaeng-nim."
"A-ah baiklah, Seonsaeng-nim."
"Guere, bagaimana kabarnya Yamato, apa dia menangis saat harus melepasmu kembali ke Korea?"
Dan sekarang Jiyeonlah yang tertawa. "Yama-sensai berlagak mengusir saya dari Jepang, beliau jugalah yang mengantarkan saya ke bandara. Sebelumnya Yama-sensai berpesan kepada saya untuk berkerja dengan baik selama di sini."
"Dia tidak berubah sama sekali," canda Lee Sooman, dia menoleh ke arah pria yang duduk di sebelahnya, lalu berkata, "baiklah, sekarang kau bisa memulainya, Sungsoo-ya."
Lee Sung Soo pun mengangguk, kemudian CEO dari SM Entertaiment itu memberikan sebuah map berwarna coklat—yang bertuliskan kontrak kerja—ke Jiyeon.
"Mungkin kau sudah mendengarnya lewat telepon, tapi aku akan menjelaskan kembali. Jadi untuk sementara kau akan mengisi posisi asisten kepala desainer salah satu boygroup kami. Setelah nanti aespa debut, kami akan memperbaharui kontrak kerjamu sebagai kepala desainer di group itu... Sampai di sini, ada yang masih kurang jelas?"
"Animida."
"Baiklah. Kau bisa membawanya dulu untuk ditinjau ulang. Kalau semisalnya sudah setuju, besok bisa langsung diserahkan ke Departemen HRD."
"Algeseumnida, Sajang-nim," kata Jiyeon.
Setelah berbincang cukup lama, akhirnya Jiyeon diperbolehkan untuk pulang. Tak lupa sebelum keluar dari ruangan tersebut, gadis itu mengucapkan salam. Tepat saat dia menutup pintu, Jiyeon pun melangkah pergi.
Namun, arah kakinya berhenti manakala dia melihat sekumpulan pria yang juga keluar dari ruangan lain.
Mata coklat Jiyeon menatap lurus seseorang yang—berada di seberang koridor—sedang bergurai dengan beberapa orang lainnya. Dia pun berbalik dan melangkah pintu keluar. "Setelah semua hal yang terjadi, kau masih bisa tersenyum seperti itu," tanpa sadar tangan Jiyeon mengepal kuat, "dasar bajingan!"
Jungwoo baru saja keluar dari kamar mandi dengan stelan santai sambil menggosok rambutnya yang masih basah. Menyadari hal itu, Jaehyun yang sedang duduk di ranjang menoleh ke arahnya.
"Kenapa Hyung?" tanya Jungwoo yang bingung.
"Apa kau sudah makan malam?"
Jungwoo menggelengkan kepala. "Aku sedang tidak berselera, Hyung."
Mendengar jawaban dari roomates-nya itu sontak membuat Jung Jaehyun menghela nafas beratnya. "Tunggu aku selesai mandi, baru kita pergi makan."
"Tidak mau, a—"
Jaehyun kembali memotong, "Kata siapa kau boleh menolak? Bahkan sejak pagi tadi kau tidak makan sama sekali... jangan menyiksa dirimu, Jungwoo-ya."
"Joesonghaeyo," ucap Jungwoo dengan lirih.
Jaehyun tidak mengubris perkataan Jungwoo, pria itu langsung masuk ke dalam kamar mandi. Begitu pintu itu tertutup, tubuh Jungwoo sedikit melemas, pria itu menyugarkan rambutnya ke belakang kemudian mengambil tas selempangnya yang berada di atas meja. Terlihat dia seperti merogoh sesuatu di dalam tas tersebut, setelah itu dirinya berjalan menuju balkon kamar dengan tangan yang memegang kotak putih serta pematik api.
Jungwoo mengambil sebatang nikotin itu, lalu menyelipkannya di sela bibirnya. Namun, ketika dia hendak menyalakan apinya, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka. Jungwoo pun menoleh dan mendapati Mark yang terdiam menatapnya lurus. Dengan terburu-buru, pria itu langsung memasukkan kembali batang rokok tersebut ke dalam kotaknya, lalu memasukannya ke dalam saku celana.
"Oh, Mark-eu, ada apa?"
Namun Mark tidak menjawabnya, dia malah melangkah masuk, berjalan cepat ke arah Jungwoo, lalu memeluk hyung-nya itu. Sedangkan yang dipeluk, hanya bisa tercengang, tapi karena tidak ingin semakin terlarut, Jungwoo spontan—berusaha untuk—tertawa.
"Cuacanya sangat dingin, Mark-eu. Makanya aku ingin menghanga—"
"Jungwoo Hyung, jebal... jangan seperti ini."
Mendengar suara Mark yang begitu lirih, Jungwoo hanya bisa terdiam. Kemudian dengan perlahan tangannya mengusap punggung orang yang sudah dia anggap seperti adik sekaligus sahabatnya itu.
Maaf... aku minta maaf.
∞∞∞
Semalam, Yoojin, sang manager, menyampaikan informasi kalau besok pagi sebelum jam 9 lewat 10 menit, semua member ilichil harus datang ke agensi untuk briefing persiapan NCT 127 - Beyond the Origin. Dan sekarang semua member ilichil sudah lengkap dengan munculnya Jungwoo yang baru saja datang. Pria itu segera mengambil tempat duduk di sebelah Haechan.
"Belum mulai?" tanya Jungwoo setengah berbisik.
Haechan menggeleng. "Belum, Yoojin Hyung juga belum ada. Dia masih di ruang staff operasional."
"Oh, araseo," ucap Jungwoo sambil mengutak-ngatik handphone-nya. Terlihat pria itu memasang satu airpods di telinga sebelah kirinya.
"Hyung, tadi kau ke—"
Perkataan Haechan terputus, manakala pintu itu tiba-tiba terbuka dengan Yoojin serta seseorang yang mengekorinya di belakang.
Sejenak Yoojin terdiam sambil mengabsen para member serta beberapa staff yang terkait.
"Baiklah, sudah berkumpul semua, ya?" Yoojin melirik jam tanganya, "sebelum kita mulai briefing, ada hal yang harus saya sampaikan."
Sang manager tampan itu menoleh ke belakang dan mempersilahkan seseorang yang sejak tadi berada di belakangnya untuk maju ke depan.
"Berhubung kepala desainer kita masih cuti... untuk sementara, dialah yang akan meng-handle design dari dresscode kalian," ucap Yoojin, lalu kembali berkata, "silahkan perkenalkan dirimu."
Gadis itu—orang yang tadi bersama Yoojin—memberi salam singkat.
"Perkenalkan, nama saya Han Jiyeon, mulai hari ini saya bertanggung jawab sebagai asisten kepala desainer untuk group ini."
Di sisi lain, Jungwoo yang samar-samar masih bisa mendengar suara itu jadi ikut menoleh.
Bukankah dia...
Tiba-tiba Haechan mengangkat tangan. "Berapa umurmu? Jadi aku bisa menyesuaikan nama panggilannya."
Gadis itu tersenyum simpul. "Saya kelahiran sembilan-sembilan, umur saya dua puluh dua tahun."
Semua orang yang berada di ruangan itu nampak sedikit terkejut, tak terkecuali Yoojin sendiri.
Terlihat Taeyong pun tersenyum, lalu berkata, "Semoga kita bisa berkerja sama dengan baik... dan juga, kau bisa bersikap santai ke kami."
"Mohon bimbingannya," kata Jiyeon.
Kemudian, gadis itu memperhatikan para member satu persatu sambil berkata, "Taeyong Oppa, Yuta Oppa, Jaehyun Oppa, Taeil Oppa, Johnny Oppa, Doyoung Oppa, Mark-eu, Haechan-ie, kurigu..." sejenak netra itu menatap member yang duduk di sebelah Haechan, "Jungwoo-ssi."
Seketika ruangan menjadi hening, namun tak lama Yoojin kembali menginterupsi.
"Baiklah, saya rasa sesi perkenalannya sudah cukup. Mari kita mulai briefing-nya sekarang."
Kemudian manager itu memberi intruksi kepada Jiyeon. "Jiyeon-ah, silahkan dipersiapkan bahan persentasinya."
Briefing di awali dari pihak tim kreator sebagai penanggung jawab bagian acara. Seperti hal yang sudah dijelaskan dari salah satu perwakilan kreator, untuk opening mereka mengusulkan lagu Cherry Bomb dengan tambahan remix intro di awalnya, kemudian disambung dengan beberapa pembahasan seperti surprize show dari ilichil, dan diakhiri dengan pembahasan mengenai konsep closing, yang di mana ilichil akan membawakan lagu mereka best song comeback mereka, Kick It.
Setelah tim kreator selesai, perentasi dilanjutkan oleh beberapa tim lainnya. Hingga akhirnya kini giliran dari tim terakhir, yaitu bagian desainer. Jiyeon pun maju ke depan dan mulai memaparkan hasil rancangan dari tim desainer. Gadis itu terlihat sangat lugas selama persentasi, dia juga menjelaskan beberapa hal penting seperti pertimbangan dalam memilih jenis kain, lalu makna dari model dresscode yang akan dibikin dan hal-hal lainnya.
Semua bahan persentasi dijelaskan dengan baik. Meskipun, masih ada beberapa pihak—mulai dari pihak tim dibalik layar hingga member ilichil—yang kurang sinkron. Namun, briefing-nya tetap berjalan lancar, semua usulan dan masukan tadi akan diakomodasi dan disesuaikan kembali.
"Mungkin sekian dulu, masih ada yang menyampaikan sesuatu?" tanya Yoojin.
"Saya," ucap Jiyeon, gadis itu menatap ke arah member ilichil, "setelah ini, bisakah saya mengambil ukuran pakaian kalian?"
Terlihat beberapa staff mulai meninggalkan ruangan, terkecuali member ilichil, manager, dan tim desainer. Sesuai dengan permintaannya tadi, sekarang para member sedang berbaris untuk dihitung ukurannya.
"Jiyeon-ah, semoga kita bisa menjadi teman baik," ucap Mark sambil merentangkan kedua tangannya, "aku masih tidak menyangka kalau kita seumuran."
Jiyeon menganggapi perkataan itu dengan anggukan. "Suatu kehormatan buatku bisa menjadi temanmu."
Setelah selesai mengukur Mark, sekarang giliran member selanjutnya. Jiyeon yang baru selesai menyatat ukuran sebelumnya pun kembali bersiap. Saat melihat member selanjutnya, tanpa sadar genggaman Jiyeon pada pita ukur yang dia pegang sedikit mengerat.
Kemudian gadis itu berkata, "Tolong rentangkan tanganmu, Jungwoo-ssi."
Akhirnya ukuran dari semua member sudah lengkap. Lantas Jiyeon pun pamit. "Saya izin pergi duluan ya, terima kasih untuk hari ini," ucapnya sambil tersenyum, lalu pergi meninggalkan ruangan.
Tepat setelah dia menutup pintu, raut wajah manis tadi seketika berubah datar dengan tangan yang mengepal kuat.
Jiyeon pun melangkah pergi.
Mari kita mulai, Jungwoo-ssi.
[n.s]
Haii!!!!! Akhirnya setelah sekian lama, nolan kembali melanjutkan cerita ini.
Semoga masih ada yang nungguin yaaa, hihihi. Jangan lupa vitamin boosternya yaa dengan komen kesan kalian di cerita ini, Oh ya, Next gak nih???
Sebenarnya apa apa sie? ada yang mau nebak??
Han Jiyeon
"Saya menyimpan banyak hal, tapi yang paling memberatkan sejauh ini adalah janji."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top