[M] - Lost You

Setelah melakukan persiapan hampir 2 minggu, akhirnya telah tiba hari yang mereka tunggu-tunggu. Terlihat para member NCT 127, manager, semua staff agensi SM Entertaiment serta kru non-official yang terkait dengan kelangsungan acara ini sedang melakukan brifieng akhir, melakukan afirmasi bersama bahwasanya acara ini harus dilakukan sebaik mungkin.

"Saya rasa semua persiapan sudah kita prepare dengan baik, jika ada problem biar sekecil apapun, langsung koordinasi di grup chat," ujar sang manager.

Kemudian pria itu kembali berkata, "Mari kita eksekusi acara ini dengan hasil yang memuaskan! Fighting!"

"Fighthing!!" seru semua orang yang berada di backstage yang juga sebagai tanda bahwa acara NCT 127 - Beyond the Origin telah dimulai.


Sedangkan di-fitting and make up room, nampak beberapa coordi noona serta stylist sibuk mengatur beberapa hal yang perlu dilakukan saat sesi fast rest, yaitu waktu istirahat singkat yang biasanya digunakan untuk melakukan touch up make up serta menganti dresscode agar sesuai dengan tema di segmen selanjutnya.

"Para member sedang menuju kemari," ucap salah satu staff yang membuka pintu dengan nafas yang tersenggal-senggal.

Mendengar perkataan tersebut, semua staff di dalam ruangan itu semakin mempercepat pergerakan mereka, tak terkecuali Han Jiyeon, gadis itu dengan langsung memberi intruksi kepada beberapa coordi untuk segera stand by dengan masing-masing memegang dresscode pengganti.

Dan tak lama kemudian, para member masuk dengan langkah terburu-buru, melihat hal itu Jiyeon pun mengambil 1 stelan yang tergantung di belakangannya, setelah membaca nama di belakang kerah baju itu, dia pun menghampiri sang pemilik baju yang rupanya sedang melakukan touch up.

Untuk Jiyeon menatap diam pria itu, sebelum pada akhirnya gadis itu berkata, "Jungwoo-ssi, bisa lepas pakaianmu?"

Pria itu refleks menoleh ke arah sumber suara, Jungwoo pun mengangguk singkat lalu membuka outfit dan menyisakan kaos putih.

"Tolong rentangkan tangannya," ucap Jiyeon sembari memasangkan outfit berwarna merah dengan banyak hiasan di sisi dada kanannya.

Setelah kedua lengan Jungwoo berhasil masuk, Jiyeon kembali merapikan bagian kerah dengan kaki yang sedikit menjinjit. Akan tetapi, bersamaan dengan itu tiba-tiba tangan Jiyeon berhenti saat mata gadis itu melirik ke benda yang melingkat di leher pria yang berdiri di hadapannya ini.

Sebuah liontin dengan mata kalung berbentuk kamera kecil.

"Waegure?"

Pertanyaan itu kembali menyadarkan Jiyeon, gadis itu pun menggeleng pelan.

"Kalungnya kurang cocok untuk dipakai seorang pria," komentar Jiyeon yang telah selesai memasangkan outfit tersebut, kemudian gadis itu pergi meninggalkan Jungwoo dengan tangal yang terkepal kuat.



"Sijeuni, Kamsahamnida! Annyeong!!"

Ucapan serentak dari para member menjadi tanda bahwasanya konser online yang berlangsung selama 2 jam itu telah berakhir dengan sangat baik.

Seusai divisi acara memberikan isyarat kalau kamera live telah dimatikan. Seketika gemuruh tepuk tangan yang berasal dari para staff, kru bertugas, dan juga para member menggema di dalam ruangan tersebut. Terlihat semuanya saling membaur satu sama lain untuk memberikan ucapan selamat atas keberhasilan ini serta berterima kasih untuk effort yang telah dikerahkan.

Di sisi pinggir stage, terlihat Kim Jungwoo bersama beberapa kru dengan tangan yang memegang kabel serta kamera syuting.

"Kau sangat keren, Jungwoo-ya," ucap salah satu dari mereka kepada Jungwoo.

"Aniya Hyung, aku terlihat keren karena kau sangat ahli mengambil angle yang pas untukku."

Kru itu tertawa sembari mengusap bagian belakang lehernya. "Bagaimana hari ini kita merayakannya bersama?"

"Mianhe, Hyung. Kalau hari ini a—" ucapan Jungwoo menggantung sebab tak sengaja dia menangkap basah seseorang yang sedang mengarahkan tatapannya. Dan di saat bersamaan, orang itu langsung memutus kontak mata di antara mereka.

Dan pergi begitu saja.

Seketika Jungwoo tersadar, "—ah mianhe Hyung, hari ini aku sudah ada janji dengan member."

"Arrata, gwencaha Jungwoo-ya, bersenang-senanglah."

Jungwoo meresponnya dengan angukan kepala serta tersenyum tipis. Kemudian arah matanya kembali tertuju ke arah lain, seolah mencari keberadan seseorang. Raut wajahnya perlahan berubah menjadi datar ketika dia menemukan orang itu.

Lagi... mengapa dia selalu memandangku dengan tatapan seperti itu? Tanya Jungwoo dalam hati seraya melihat punggung Jiyeon pergi menjauh.



Seperti yang dikatakan Jungwoo, selepas konser dia dan para member memutuskan untuk makan bersama di salah satu Restoran Yakiniku yang letaknya tidak jauh dari gedung agensi. Sebelumnya Johnny sudah terlebih dahulu melakukan reservasi private room di restoran tersebut dan kali ini mereka diizinkan merayakan keberhasilan konser mereka tanpa didampingin staff manajemen.

"Hyung, panggangkan lagi," ucap Haechan sembari memberikan satu piring beef belly yang sudah terbumbui kepada Mark.

"Yak! Pangganglah sendiri."

"Ayolah Hyung, jika kau bisa, mengapa harus aku?"

Mendengar itu Johnny tertawa, lalu mengambil piring tersebut. "Biar aku saja."

"Appa~ Saranghae," kata Haechan yang pura-pura terharu.

"Nado, adeul."

Yuta ikut membantu Johnny sambil berkata, "Jangan terlalu menurutinya Hyung, nanti dia jadi semakin nakal dan malas."

Tingkatan piring tempat daging itu terus bertambah, mungkin sudah ada sekitar 25 tumpukan tapi itu belum seberapa, biasanya jika sudah seperti ini mereka akan berhenti di piring ke 40 atau 50.

Di tengah keasikan mereka menyantap makanan, Taeyong—sang leader—tiba-tiba bersuara.

"Yedera, gumawo untuk hari ini. Kalian sudah berusaha dengan sangat baik," pria itu menjeda sejenak, "aku sangat bangga karena kita berhasil sampai di titik ini. Pesanku hanya satu, jangan pernah puas dengan keberhasilan yang telah kita capai dan untuk kedepannya, mari kita terus bersama dan berkarya. Aku akan selalu ada di sisi kalian."

Semua mata menatap sang leader dengan haru serta atmosfir di dalam private room berubah menjadi sendu.

"Aish, aku sedang tidak ingin menangis," ucap Yuta yang sudah berkaca-kaca, pria itu berdiri lalu menggeser pintu, "Chogiyo, ajhuma.. soju sepuluh botol."

"Yak!" tegur Taeyong spontan.

Seketika para member tergelak, menertawakan Yuta yang pura-pura tidak mendengar. Padahal kesepakatan awal mereka, malam ini tidak ada agenda mabuk bersama. Tapi sepertinya untuk malam ini Taeyong akan membiarkan kesepakatan itu dianggap batal. Mungkin dirinya hanya meneguk 1 gelas kecil saja, setidaknya dia harus tetap tetap sadar.


Tidak terasa waktu telah menunjukkan pukul 11 malam. Salah satu pelayan restoran memberikan informasi kepada Taeyong kalau restoran mereka sebentar lagi akan tutup.

"Kamsahamnida, mohon ditotal jumlahnya," pinta Taeyong sambil mengeluarkan dompetnya.


Sekarang mereka sedang berdiri di depan restoran sambil menunggu jemputan taksi. 

Namun, tiba-tiba Doyoung berkata, "Taeyong Hyung, aku tidak pulang ke asrama."

"Ke—"

"Aku sudah minta di jemput"

"Tapi kau mabuk, biarkan aku ikut menema—"

Doyoung kembali memotong pembicaraan "Gwenchana, Hyung."

Taeyong terdiam sesaat sebelum menyetujuinya. "Baiklah."


Doyoung pun memisahkan diri dari para member. Taeyong menghela nafas gusar, lalu kembali memperhatikan para member yang tersisa. Haechan yang—tadi menghabiskan 5 botol soju—sudah mabuk berat dipapah Taeil, Jaehyun yang juga—menghabiskan 3 botol—mabuk sudah dipegang Johnny, kemudian...

"Kenapa cuma berlima?" tanya Taeyong.




Di waktu yang hampir menunjukkan pukul tengah malam. Pria itu terus berjalan dengan pandangan tertunduk ke bawah serta langkah kaki yang terlihat tergontai akibat dirinya yang sedikit mabuk. Kim Jungwoo—si pria itu—ternyata juga ikut memisahkan diri dari para member. 

Ketika menyadari dirinya telah sampai di daerah tempat yang dia tuju. Jungwoo mempercepat langkahnya menuju ke bangunan putih dengan sisi yang memiliki banyak jendela kaca.

Ya, Kolumbarium. Tempat yang selalu Jungwoo kunjungi di sela-sela waktunya. Namun sayangnya, ketika dia hendak masuk, pintu itu ternyata terkunci. Beberapa kali tangannya menarik-narik pintu itu. Namun tetap tidak terbuka.

"Heeyoung, aku datang," ucap Jungwoo berbisik, tak lama air mata itu terjatuh bersamaan dengan isakan getir, "masih sama seperti hari-hari kemarin, aku sangat merindukanmu."


Sedangkan dari sisi lain, terlihat dua orang yang mengawasi Jungwoo dari kejauhan.

"Jungwoo Hyung," kata Mark yang hendak menghampirinya ketika melihat—dari kejauhan—Jungwoo berlutut di depan pintu bangunan tersebut.

"Biarkan dia, Mark-eu,"

"Hyung?"

"Tidak ada yang bisa menolongnya selain dirinya sendiri," ucap Yuta yang dengan tatapan sendunya.

Keputusan Yuta untuk tidak ikut mabuk ternyata ada benarnya. Padahal dia yang memesan soju. Namun karena sejak awal dia merasa janggal terhadap Jungwoo. Dan hal itu menjadi tepat ketika dia melihat Jungwoo yang pergi diam-diam dari mereka. Yuta pun langsung menarik Mark yang tidak mabuk sambil memberikan isyarat agar tidak berisik. Mereka berdua pun mengikuti Jungwoo dari belakang.

"Tidak semudah itu melupakan orang yang meninggalkan kita terlebih dahulu," sambung Yuta dengan begitu lirih.

"Hyung..."

"Kita pulang,"

"Tapi, Jungwoo Hyu—"

"Gwenchana... dia masih ingin berada di sana."

Mereka berdua pun memutuskan untuk pergi. Sepanjang menunggu kedatangan bis, Mark terus melihat Yuta dengan tatapan yang sulit di artikan. Akhirnya bis pun datang, terlihat beberapa penumpang turun dari bis. Yuta pun naik terlebih dahulu, kemudian diikuti oleh Mark. Namun, ketika dia hendak naik, tidak sengaja pundaknya menyenggol salah satu penumpang yang hendak turun dari bis.

"Joesonghaeyo," kata Mark akan tetapi orang itu berlalu begitu saja. Hal itu membuat Mark melirik sesaat.

"Bukannya dia..."




Tidak beranjak sedikit pun, Kim Jungwoo masih berada di Kolumbarium sembari memeluk kedua lututnya dan bersandar di pintu masuk bangunan tersebut, mengeratkan giginya hingga terlihat bagian rahangnya mengeras, seolah menahan diri agak tidak terisak keras.

"Dorawa Heeyoung-ah," gumam Jungwoo dengan pelan. Pria itu menutup matanya dengan kedua tangan, mengusap air matanya untuk kesekian kalinya.

Tubuhnya seketika terdiam saat mendengar suara langkah kaki, terdengar sangat jelas. Dan benar saja, netranya menangkap sepasang sepatu convers putih berhenti di depannya.

Dia pun mengangkat kepalanya.

"Kau..." ucap Jungwoo menggantung.


Han Jiyeon—orang itu—berjongkok ikut di hadapan Jungwoo, gadis itu menatap Jungwoo cukup lama. Kemudian, tangannya terangkat mengusap air mata Jungwoo lalu mengusap pelan surai belakang milik pria itu.

"Jangan menangis, Jungwoo-ssi."

Jangan menangis jika kau hanya merasa bersalah, sambung Jiyeon dalam hati.



[n.s]

Haiiiiii, i'm back hihihi. Kira-kira masih ada yang nungguin gk ya? Gimana? Next ga?

Heeyoung, ini sedikit berbeda dari apa yang aku pahami.

Dia menangis seolah dia tulus


Han Jiyeon


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top