[M] - Dear,
Pria itu bergumam sendiri sembari melihat sekitarnya, padang ilalang tinggi yang telah mengering, langit yang menampakan keindahan senja, serta angin yang berhembus membelai surai miliknya. Kemudian dia menunduk sejenak untuk melihat tubuhnya sendiri, kaki yang tidak memakai alas, lalu pakaian yang dikenakannya, hem putih dengan dua kacing atas yang tidak terkait serta celana hitam.
Tiba-tiba angin berhembus semakin kencang, mengalihkan arah pandangnya kembali menatap ke depan. Dan jauh dari tempatnya berdiri, dia melihat seorang gadis bersurai panjang berjalan membelakanginya, semakin menjauhnya dengan bunga matahari berukuran besar di pundaknya.
Tanpa sadar, Jungwoo mengangkat tangan kanannya ke arah depan, seperti ingin mendekati sosok tadi. Tapi, ketika ingin melangkah.
"Jungwoo-ya~"
Tubuh Jungwoo, pria itu, seketika terdiam kaku.
Suara ini..
Dia pun spontan berbalik ke belakang. Dan benar, Jungwoo tidak salah menduga atas pemilik suara ini. Seketika air matanya mengalir begitu saja. Lidahnya keluh, tubuhnya masih terdiam karena mendapati Nam Heeyoung, orang yang sangat Jungwoo rindukan berada agak jauh di depannya.
Gadis itu tersenyum sangat lebar sambil merentangkan kedua tangannya. Jungwoo pun berlari ke arah gadis itu, namun seiring langkah kakinya. Tubuh Heeyoung tiba-tiba menjadi semakin memudar.
"Tidak Heeyoung-ah, Kajima!" teriak Jungwoo,
Namun sosok itu semakin memudar, seperti akan kembali menghilang
"Jangan!"
Tarikan nafas yang begitu dalam serta mata yang terbuka lebar. Kim Jungwoo terbangun dengan tubuh yang sudah penuh dengan keringat, kemudian langit kamar yang dia lihat tertutupi oleh Doyoung dan Jaehyun yang terlihat ikut terkejut.
"Sebentar aku panggil Taeyong Hyung," ucap Jaehyun yang langsung keluar dari kamar.
Sedangkan Doyoung, mengambil kain kompresan yang ada di dahi Jungwoo.
"Kemarin kau tidak sadarkan diri, ya dengan rokokmu yang masih menyala. Kau hampir membakar dorm kita," ucap Doyoung, dia merendam kain tadi kemudian memerasnya lagi.
Pria itu meletakkan kembali kain itu di atas dahi Jungwoo, "Aku yang menemukanmu, suhu tubuhmu sangat tinggi, tidak bisakah kau bilang jika sedang tidak fit? Aku akan membawakanmu obat."
Dan lagi-lagi Jungwoo hanya terdiam, melihat itu Doyoung menghela nafas, "Kau bahkan tidak lagi meminum vitaminmu."
"Hyung, bagaimana bisa kau terlihat biasa saja?" Tanya Jungwoo tiba-tiba,
Pertanyaan itu berbalik membuat Doyoung tertegun sejenak, "Apanya?"
Akan tetapi Jungwoo kembali hening.
Doyoung pun kembali mengambil kain kompresan tadi dan memasukkannya ke dalam wadah berwarna biru. "Aku ganti airnya dulu."
Pria itu keluar dari kamar, begitu pintu itu dia tutup. Doyoung pun menyandarkan tubuhnya "Apa benar aku terlihat seperti itu?"
Dia pun mengambil handphone, melihat ke layar persegi panjang itu, "Aku bahkan tidak ingat kapan terakhir kali aku merasa bersyukur ketika aku masih bisa membuka mata."
Di sisi lain, Jungwoo yang telah ditinggal sendiri di kamar memiringkan badannya menghadap dinding, kembali memejamkan matanya.
"Bukankah yang tadi itu terlalu kejam, Heeyoung-ah? Bahkan di mimpi pun kau juga pergi meninggalkanku. Heeyoung-ah, tidakkah kau tau? Kepergianmu membuatku merasa seperti dibunuh namun tidak mati."
Nampaknya Sungai Han menjadi saksi dari segala pertemuan mereka. Kali ini, terlihat Heeyoung yang menyandarkan kepalanya di pundak Jungwoo sembari mereka berjalan menyusuri tepi sungai, tak lupa dengan tangan Jungwoo yang mulanya merangkul pundak mungil di sebelah kini mengelus surai coklat milik gadis itu.
"Wae gueraeyo?" tanya Jungwoo yang setengah berbisik.
Heeyoung tiba-tiba menahan langkah mereka, setelah itu dia menyelipkan kedua tangannya di sela tangan Jungwoo, kemudian memeluknya sambil berkata, "Berjanjilah, kau juga harus hidup dengan baik setelah ini."
Jungwoo yang mendengar itu menjadi heran, namun pelukan Heeyoung yang begitu erat membuatnya ikut membalas pelukan itu. "Baiklah, asalkan kau tetap ber— "
"Besok aku akan pergi, Jungwoo-ya."
Sungguh Jungwoo tidak menyangka ucapan itu tidak bersambung dengan kalimat sampai jumpa lagi, karena nyatanya gadisnya pergi dalam artian yang sesungguhnya. Setelah hari itu, Heeyoung tidak bisa dihubungi sama sekali.
Suara gagang pintu yang terbuka kembali membawa Jungwoo kembali permukaan. Rupanya Jaehyun dan Taeyong yang membawa nampan, kemudian Jungwoo bangkit dari tidurnya dan bersandar di dinding.
"Makanlah, kau belum ada makan dari semalam," kata Taeyong yang memberikan mangkok berisi bubur abalone.
Jungwoo pun menerima dan menyantapnya dalam diam. Sesekali sorot matanya terlihat kosong sebelum kembali memakan sisa dari bubur hangat itu. Setelah menghabiskan semuanya, Jungwoo memberikan mangkok itu ke Jaehyun yang juga memengang segelas air.
"Mianhe," ucap Jungwoo sambil mengambil gelas itu, lalu menegak isinya hingga habis.
Tepat setelah Jungwoo menyelesaikan makannya, Lee Taeyong kemudian berkata, "Mulai sekarang kau tidak boleh keluar dorm sendirian tanpa seizinku."
Baik Jungwoo dan Jaehyun pun terkejut mendengar perkataan tersebut.
"Tidak ada yang berubah, keputusanku sebagai leader adalah mutlak," ucap Taeyong, lalu dia melangkah mendekati ranjang, menatap lurus tepat ke netra Jungwoo, "orang yang telah meninggal tidak mungkin hidup kembali, sadarlah Kim Jungwoo,"
Sang leader itu kemudian menuju pintu " Jae, pastikan dia minum obat penurun panasnya."
Bersamaan setelah Taeyong menutup pintu, suara tangis dari dalam kamar terdengar memecah keheningan dorm. Siapapun yang mendengar pasti bisa merasakannya, isakan itu sarat akan kesedihan dan penyesalan.
∞∞∞
Sedangkan di tempat lain, terlihat Jiyeon yang juga terduduk di tepi ranjang dengan buku bersampul merah di pangkuannya. Gadis itu kembali teringat masa lalu, hari di mana dia seharusnya memberi kabar gembira tapi malah mendapatkan kabar duka. Hari itu, di saat Jiyeon baru saja menerima surat undangan wisuda, tak lama dia mendapatkan berita kepergian Heeyoung.
Jiyeon kembali memejamkan matanya sejenak sembari mengatur pernafasannya kemudian berjalan ke arah meja kerjanya. Gadis itu membuka laci dan mengambil 2 tiket pesawat,
"Heeyoung-ah, kini pulau Jeju yang dulu sangat ingin kudatangi, telah menjadi tempat yang aku hindari."
Kemudian sorot matanya beralih ke proposal desain baju yang di dominasi dengan warna hitam. Pada pojok kanan tertera tulisan aespa.
"Sebentar lagi."
∞∞∞
Hari telah berganti, dan ini masih sangat pagi namun Taeyong sudah memijit pelipisnya ketika mendapati Jungwoo yang tengah berlutut di hadapannya. Lebih tepatnya di depan pintu kamar leader itu.
Taeyong yang melihatnya hanya bisa menghela nafas berat, "Jika kau masih keras kepala, bukannya lebih baik kau pergi diam-diam seperti kemarin."
"Aku sangat menghormatimu, Hyung," ucap Jungwoo.
"Apa yang kau lakukan, tidak ak—"
"Setelah ini, aku berjanji tidak akan ke sana lagi sebelum kau yang mengizinkannya... butakhae, Hyung."
Mendengar suara lirih tersebut membuat sorot mata Taeyong melembut,
"Baiklah, kau boleh pergi."
Kini Jungwoo berada di depan kaca abu Heeyoung dengan dua jenis bunga di tangannya, satu tangkai lily putih dan dua tangkai mawar merah. Pada saat ingin menempelkan buket bunganya, netra pria itu tertuju pada bunga berwana kuning yang menempel di sudut atas.
Ini sudah yang kesembilan kalinya, ujarnya dalam hati ini.
Setelah merekatkan buket bunga miliknya, Jungwoo kembali memejamkan matanya untuk beberapa saat. Tak lama dari itu, perlahan matanya menatap foto Heeyoung yang tersenyum lebar di dalam lemari kaca. Dan lagi-lagi hal itu membuat pandanganya menjadi buram sebab air mata yang tertahan. Namun usaha itu tidak bertahan lama, tepatnya ketika dia melihat dengan jelas di dalam kaca itu tidak hanya terdapat foto, tapi juga terdapat guci yang bertuliskan Nam Heeyoung.
Seketika pertahanannya kembali runtuh, Kim Jungwoo pun tersungkur dengan kedua tangan yang menutup wajahnya.
Bahkan dinginnya udara Kolumbarium bisa paham, bagaimana pria ini sedang berusaha untuk mengeluarkan paksa perasaan sedihnya untuk terakhir kalinya.
Pada akhirnya aku selalu menyakitimu, Heeyoung-ah.
Maafkan aku, Sayang.
[n.s]
Haiiii nolan comeback nih setelah voting diIGku, pada akhirnya nolan memutuskan untuk fokus melanjutkan cerita ini sampai tamat, lalu habis itu ke cerita Doyoung-Hyunjung. Gimna ni kabar kalian? Masih ada yang nunggu cerita ini gak ya kira-kira, yuk absen. Mau di lanjut atau enggk ni????
Jungwoo-ya, pergi bukan berarti perpisahan. Kau tau kan? kalau aku sangat mencintaimu.
Jadi jangan terlalu lama untuk sedih.
Nam Heeyoung
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top