Chap 4 Wingit
Malam semakin larut, hujan dan petir pun saling beradu. Mayang Sari masih terduduk meringkuk di atas ranjangnya, semprong yang biasa menerangi setiap sudut kamar Mayang Sari tiba-tiba saja redup satu persatu.
Dia berdiri, memastikan semprong-semprong itu tak kehabisan bahan bakar. Namun bulu kuduknya tiba-tiba saja berdiri, seluruh tubuhnya seketika merinding saat tangan besar berbulu dan berkuku menyentuh halus pinggangnya.
Matanya terbelalak, ingin sekali dia berteriak, namun mulutnya tiba-tiba saja terkunci. Ingin berlari, namun tubuhnya seakan kaku. Tangan besar itu melingkari pinggangnya yang indah itu dan merapatkan sentuhannya. Tubuh yang bagai belut diregang itu sama sekali tak berkutik. Entah makhluk apa yang kini memeluknya dari belakang. Tubuhnya seakan melemas dan dia jatuh pingsan.
Di sisi lain, Romonya dan ibunya tengah duduk bersila di tempat pemujaan. Air mata ibunya terus saja mengalir di keheningan malam. Mulut romonya tak henti-hentinya komat-kamit membaca mantra aneh. Berbagai sajen lengkap menemani mereka, dua buah lilin diletakan di meja pemujaan. Asap mengepul di sebuah kendi kecil berisi kemenyan yang sengaja dibakar.
Sang Bahu Laweyan tengah menjalani malam pengantinya. Saat inilah kekuatan yang diimpi-impikan Mbah Tuah telah tercapai.
Dulu, saat dia berhadapan pada demit itu dan menyanggupi segala persyaratan yang Demit itu inginkan. Saat itulah, dia memberikan istrinya untuk disetubuhi dan melahirkan bayi Laweyan yang kelak akan dinikahi oleh demit itu. Walau dulu, istrinya menolak dengan persyaratan itu, Mbah Tuah mengancam akan membunuh seluruh keluarganya jika istrinya tak mau.
Dengan sangat terpaksa istrinya pun melakukan hal mengerikan itu. Bayi setengah makhluk halus lahir dari rahim istrinya dan kelak akan menambah kesaktiannya. Bayi cantik dengan Toh dan lekukan seperti lesung pipit di punggungnya itu adalah tanda. Tanda bahwa dia milik makhluk dedemit itu.
Bayi itu dia beri nama Mayang Sari, bayi polos yang tak tahu jika dia adalah pembawa mala petaka bagi orang lain. Kini, dia harus menjalani malam pengantin dengan makhluk halus dan saat ini pula, jiwanya terikat dengan makhluk itu.
Mahluk menyeramkan itu akan terus melekat padanya. Meminta haknya atas tubuh mulus Mayang Sari kapan pun dia mau. Gadis ayu itu tak akan bisa menghindarinya ataupun menolaknya. Mau tidak mau, dia harus melayaninya layaknya suaminya sendiri.
"Kang Mas-"
"Jika kau mau mengoceh, aku tak akan segan memukulmu lagi. Ingat! Tutup telinga dan mulutmu. Mulai malam ini, dia akan sering datang ke rumah kita, dan kita tidak boleh mengganggunya. Bersemadi di sini sampai fajar datang. Sebelum ayam berkokok jangan sekali-kali kau kembali ke rumah."
Istrinya hanya diam, dia tak bisa berbuat apa pun. Jika dia menentang suaminya bukan hanya dia yang terluka Mayang Sari pun tak akan luput dari hukumannya. Sakit memang. Hatinya seakan hancur berkeping-keping. Putri satu-satunya harus mengalami hal mengerikan seperti dirinya dulu, karena ulah suaminya yang gila akan ilmu hitam.
Andai saja dia bisa melakukan sesuatu, makan akan dia lakukan apa pun itu demi putri satu-satunya itu.
Di kegelapan malam, dan meski tak sadarkan diri, Mayang Sari masih dapat merasakan dirinya di tindih makhluk besar yang terus menghajar tubuhnya.
Sakit. Namun apa yang harus dia lakukan? Dia bahkan tak tahu apa yang tengah terjadi padanya. Seperti mimpi yang sangat buruk, sangat mengerikan, Mayang Sari hanya bisa menangis menahan sakit dan penderitaannya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top