Chap 3 Wingit

Gelap. Mayang sari tak bisa melihat apa pun hanya terdengar suara makhluk aneh yang membuatnya takut. Makhluk itu tiba-tiba muncul dari kegelapan. Tubuhnya hitam pekat, wajahnya sangat besar dan menyeramkan. Perawakannya seperti seekor gorila dengan bulu hitam dan tangan yang besar.

Mayang Sari berlari ketakutan dan berteriak kencang. Matanya terbuka dan dia terbangun dari mimpi menakutkan itu. Segera dia mengambil air yang terletak di meja samping ranjangnya. Menenggaknya hingga habis, dan kembali mengatur napas yang terasa berat itu.

Tubuhnya terasa sangat lelah, ini kali pertama dia bermimpi sangat menyeramkan. Sudah lewat 12 tahun semenjak kejadian Mayang pingsan di tempat pemujaan itu. Kini umurnya sudah beranjak 16 tahun. Dia tumbuh menjadi gadis yang cantik jelita. Kulitnya putih bersih, rambutnya hitam lurus, serta parasnya yang ayu mempesona.

Sayang, kecantikan itu hanya sebagai kabar burung bagi penduduk desa, yang sama sekali tak pernah melihat paras cantik itu.

Semakin hari, semakin merasa lelah dengan kehidupan yang dia alami. Romonya semakin kejam dan aneh memperlakukannya. Terakhir romonya menghukumnya diikat di pohon tengah hutan karena kabur untuk melihat pertunjukan wayang dan seni tari di desa.

Hatinya semakin hampa, dia sangat ingin terbang bebas seperti kebanyakan orang. Melakukan apa pun yang dia inginkan, bukan malah terkurung bagai burung di dalam sangkar.

Ibunya masuk mengantarkan sarapan seperti biasa, dia melihat Mayang yang hanya terdiam melamun menatap kosong.

Ibunya masih mengira jika Mayang merajuk karena habis dihukum romonya minggu lalu.

"Kau tahu, Nak. Hidup di luar sana tak seindah yang kau bayangkan. Kebanyakan dari mereka,
ada aku dipandang hadap, tiada aku dipandang belakang. Di depanmu berkata manis di belakangmu berkata lain. Itulah yang kebanyakan orang di luar sana lakukan."

"Tapi ibu, aku ingin bebas, sampai kapan aku dikurung seperti ini oleh Romo."

Ibunya hanya terdiam, tak banyak yang harus dia lakukan. Dia menyayangi putrinya tapi juga sangat patuh pada perintah suaminya.

***

Malam ini tepat malam satu suro, tapi anehnya malam ini romonya bahkan menyiapkan perlengkapan ritual yang aneh bukan di hutan melainkan di kamarnya. Berbagai kembang menghiasi ranjangnya bak ranjang pengantin. Aroma wangi kembang melati bercampur aroma menyengat kemenyan menjadi satu.

Ibunya yang tengah memandikan Mayang di dalam bak besar dengan kembang tujuh rupa yang wangi semerbak. Beberapa kali Mayang bertanya mengapa dia harus dimandikan kembang, dan mengapa di kamarnya dihiasi berbagai kembang dan dia didandani bak wanita yang akan menjalankan malam pertama.

Namun, ibunya hanya terdiam, tak menjawab satu kata pun dari pertanyaan Mayang.
Selesai dimandikan mayang dikenakan jarik yang sangat halus dan indah. Rambutnya dibiarkan tergerai.

Ibunya menatap nanar anak gadisnya sebelum dia meninggalkan anaknya di kamar seorang diri. Dia mengelus rambut indah putrinya. Tanpa berkata apa pun, Mayang seakan merasakan jika ibunya tengah menangis dalam diam. Entah apa yang tengah dia ratapi.

Baru kemarin Mayang selesai mengalami datang bulan pertamanya. Saat dia mengatakan pada ibunya, ibunya sangat terkejut dan mencoba menyembunyikan dari romonya. Namun sayang, semua itu akhirnya terungkap juga. Romonya mengatakan untuk menyiapkan segala ritual tepat setelah dia selesai mengalami datang bulan. Dan, inilah yang terjadi, Mayang Sari dikurung di kamarnya yang sekarang malah mirip seperti kamar pengantin.

Mayang hanya diam terduduk, tak mengerti dengan apa yang tengah terjadi saat ini. Apakah dia adalah seorang pengantin? Lalu, mengapa ibu dan romonya tak mengatakan apa pun tentang hal itu.


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top