Chap 27 Kematian.


Malam jum'at ini terlihat sangat sunyi, angin malam terasa mengusik hati Sarah yang tak bisa tidur. Perasaannya terus saja tak enak, entah kejadian buruk apa yang akan terjadi. Kakinya melangkah menuju dapur untuk sekedar menenggak air untuk menenangkan sedikit risau hatinya ini. Namun, langkahnya itu terhenti saat sebuah teriakan terdengar dari kamar ayahnya. Tepatnya kamar pengantin baru itu. Sarah berlari menuju kamar ayahnya dan mendapati ayahnya tengah terjatuh tak sadarkan diri.

Perasaannya benar, telah terjadi sesuatu yang Sarah sendiri tak tahu, apa itu. Pak Surya di bawa ke rumah sakit karena dia masih merasakan denyut nadi ayahnya.

Sarah terus berteriak memanggil ayahnya yang tengah di bawa ke ruang UGD. Mahluk demit itu yang datang tiba-tiba membuat kaget pak Surya dan membiarkannya kesakitan akibat serangan jantungnya yang tiba-tiba menyerangnya. Padahal saat itu Mayang bisa saja membantu pak Surya. Namun, entah mengapa dia malah seakan menonton kejadian yang biasa, dan tak membantu pak Surya.

"Pergi kau perempuan pembunuh! Semua ini karenamu! Kau wanita iblis! Kau bukan manusia!" Sarah mendorong Mayang, membuat Mayang terdiam seribu bahasa. Dia bak tertampar begitu keras saat Sarah mengatakan jika dia bukan manusia.

Namun?

Benarkan kini dia telah berubah? Benarkan dia bukan Mayang yang dulu? Setelah dia mengatakan akan memberikan tubuhnya pada makhluk itu, mengapa dia jadi seperti ini? Menjadi wanita yang egois dan kejam.

"Mati kuang karena bunyi mendapat bencana karena perbuatan sendiri, kelak itulah yang akan terjadi padamu." Seorang pemuda dengan baju serba hitam dan blangkon Jawanya tiba-tiba saja berucap aneh. Pemuda aneh yang duduk di kursi tunggu ruang UGD itu membuat Mayang tersadar dari perang pikirannya.

"Siapa kau?" tanya Mayang pada pemuda yang penampilannya bak dukun. Kumis tipis dan baju serba hitam itu mengingatkan Mayang pada sosok romonya.

Bukan. Bukan karena mirip romonya, pemuda itu hanya penampilannya saja  seperti dukun yang membuat dia teringat akan romonya. Umurnya masih sangat muda, mungkin saja lebih muda dari Mayang.

"Yang pasti, aku bukan romomu yang bersekutu dengan demit itu."

Romo? Dari mana dia tahu tentang romonya? Apa dia salah satu warga desa? Setahu dia hanya orang desa saja yang tahu akan ke saktian romo.
Lagi pula, tahu dari mana dia tentang Mayang? Selama ini tak ada yang tahu identitas asli Mayang. Lalu pemuda ini?

"Jika kau ingin bertanya, temui aku di padepokan  di desa. Aku salah satu warga desa, yang ayahnya mati karena tuah romomu." Sebelum Mayang bertanya lebih lanjut, pemuda itu sudah pergi meninggalkannya.

Keesokan harinya, saat pemakaman suaminya yang keempat kalinya. Warga semakin menatap aneh Mayang, gosip pun semakin luas menyebar. Hati Mayang makin tak tenang, apa yang telah dia lakukan selama ini. Mengapa semua ini terjadi padanya. Takdir apakah yang terjadi padanya, sebenarnya dia ini siapa.

Apa dia harus kembali ke desa, bertanya pada romonya sendiri. Menanyakan bagaimana kutukan ini lepas darinya. Tapi, apakah romonya dengan semudah itu menerimanya. Dia sudah kabur selama ini, dan tiba-tiba saja pulang menanyakan hal ini. Namun, bagaimana jika romonya malah semakin gila, memperlakukannya bisa saja dia akan dibunuh oleh romonya.

Pemuda itu? Apakah pemuda itu bisa membantunya, setidaknya dia bisa memberitahu apa sebenarnya  yang terjadi pada Mayang dan dia dapat memberi tahu bagaimana cara menghilangkannya dan mengatasinya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top