Chap 21 Wanita "Panas"
Setelah ijab kabul diselenggarakan pada pagi hari dengan sederhana, hanya ada beberapa saksi dan kerabat dekat serta ketua Rt dan Rw setempat. Tak seperti pernikahannya yang pertama, Mayang meminta agar menyelenggarakan pesta pernikahan secara sederhana. Mengundang kerabat dekat dan para tetangga saja. Dia sedikit trauma akan pesta yang begitu megah, mengingatkan dia pada kejadian yang hampir membuat dirinya hancur.
Walau pesta diselenggarakan dengan sangat sederhana, Mayang dan Bayu terlihat sangat bahagia. Elok buruk dan busuk anyir, senang dan susah selalu datang beriringan. Disemua kejadian Mayang percaya setelah penderitaan dan kesusahkan pasti ada kebahagiaan yang datang kemudian.
Resepsi masih diselenggarakan di kediaman rumah Bayu. Namun, tiba-tiba saja Bayu mendapatkan kabar jika terjadi sebuah kebakaran di proyek yang dia kerjakan. Baru beberapa minggu yang lalu, gedung pencakar langit dengan desain megahnya diresmikan. Di balik kesuksesan proyek itu ada tangan berjasa yang membangun kemegahan gedung itu. Orang itu adalah Bayu, kontraktor yang dari awal berperan penting dalam pembangunan gedung itu.
Semua sudah dia perhitungkan, bahkan segala bahan bangunan berkualitas. Dia mengawasi dari dasar pembangunan itu, sungguh mustahil jika tiba-tiba saja terbakar tanpa disengaja. Walau sudah diresmikan, namun masih dalam tahap pemasangan listrik. informasi terakhir yang dia dengar jika terjadi arus pendek listrik membuat salah satu ruangan terbakar. Beberapa pekerja terjebak di sana, menimbulkan korban jiwa.
"Aku akan pergi sebentar," ucap Bayu sembari menutup telefonnya.
"Tidak. Perasaanku tak enak, tetaplah di sini." Ini bukan hanya sekedar perasaan, hatinya berkata akan terjadi hal buruk.
"May, aku tahu ini salah, jika meninggalkan tempat resepsi kita. Aku tahu perasaanmu pasti kecewa, tapi tak tahu kah kau, ada banyak korban yang ada di sana, aku tak bisa berada di sini merayakan pesta jika banyak orang yang terjebak dan berharap hidup. Aku berjanji akan segera kembali, percayalah."
Bayu lekas melepas tangan Mayang dan segera pergi meninggalkan pesta resepsi itu. Meninggalkan Mayang seorang diri dan berjanji akan lekas kembali. Kembali menggenggam tangan Mayang dan membuatnya bahagia.
Namun, janji hanya tinggal janji kini tangan kokoh itu tak akan pernah menggenggamnya lagi. Mayang hanya diam membisu saat sebuah kabar mengatakan jika suaminya nekat masuk ke gedung itu untuk menyelamatkan sahabatnya yang bertugas sebagai pengawas. Namun, sebuah kayu tiba-tiba saja menimpanya dan menewaskannya.
Semua memang salahnya, jika saat itu dia kekeh menghalangi Bayu pergi, mungkin semua ini tak akan terjadi. Penyesalan dan kesedihan serta amarah menjadi satu.
Sembari menatap kuburan yang masih basah itu, Mayang terdiam. Diam dalam kesedihan yang bahkan tak semua orang mengetahuinya.
Sedih? Tidak mungkin dia tidak sedih, dua kali menikah dan dua kali pula dia ditinggal mati suaminya.
Takdir sedang bercanda rupanya, atau dia menang sengaja membuat Mayang terus merasakan penderitaan yang berulang. Setelah ini, apa yang akan takdir lakukan lagi padanya, dia sudah pasrah.
Tak ada air mata yang menetes, dia sudah berjanji dia tak akan menangis lagi. Biarlah air mata ini tersimpan selamanya, bersama kematian suaminya. Baju hitam dan kerudung sutra hitam menjadi saksi atas kelamnya dan kejamnya takdir padanya.
"Nak?" tangan keriput seorang wanita menyentuh pundak Mayang.
"Tak apa, Bu. Aku susah ikhlas, ibu tak usah khawatir."
Bagaimana dia tak khawatir, melihat putri satu-satunya terus ditimpa musibah. Di pernikahannya yang ke dua ini lagi-lagi dia ditinggal mati suaminya. Ibu mana yang tega, melihat putrinya menanggung beban seberat ini.
Sembari memeluk erat putrinya, Anna terus memberi semangat dan doanya untuk putrinya ini. Semoga dia diberi kesabaran dan lekas mendapatkan kebahagiaannya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top