Chap 14 Bahu Laweyan.




Pesta pengantin digelar begitu mewah, silih berganti orang-orang datang mengucapkan selamat atas kebahagiaan sepasang pengantin itu. Gedung yang amat megah pun disulap bak istana. Tak luput seluruh mata tertuju pada seorang wanita yang amat sangat cantik.

Seorang wanita bak ratu duduk manis di kursi pelaminan. Hiasan kembang melati menjuntai indah di rambut yang ter sanggul, dengan hiasan pengantin. Baju adat Jawa bercorak hijau keemasan yang menjuntai itu seakan menggambarkan keanggunan dan kemewahan sang wanita. Hiasan adat Jawa pun menjadi tema utama pesta resepsi ini

Sang manik hitam itu menyorotkan kebahagiaan tiada terkira. Senyumnya terus mengembang di bibir yang diolesi gincu merah darah. Dia benar-benar membuat iri para bidadari dan siluman saat ini. Toh atau tanda hitam di bahu serta lekukan lesung pipit di punggungnya itu dapat disamarkan dengan ilusi make up. Tanpa cela, dan sempurna.

Kecantikan yang terpancar menambah pesona yang amat luar biasa. Tak henti-hentinya para hadirin yang datang memuji kecantikan wajah Mayang Sari saat ini.

Pengantin pria yang duduk di sampingnya itu tak henti-hentinya menatap Mayang. Seakan tak percaya dia telah menikahi wanita yang sangat sempurna. Baik, cantik, dan memiliki sikap yang lembut.

"Luar biasa, apa saat ini gue lagi melihat bidadari? Kapan gue punya bini secantik itu, “ucap salah satu tamu undangan.

"Makanya, Jo. Jadi orang kaya, biar banyak duit dan dapet cewe cantik," saut Bono yang datang mendekati Joko. Joko yang masih tanpa berkedip mengagumi kecantikan Mayang.

Joko dan Bono adalah salah satu penjaga kompleks yang tengah libur bergantian dengan dua temannya. Liburan ini mereka sempatkan untuk menghadiri pernikahan Mayang dan Rangga. Tepatnya dapat makan gratis.

"Caranya, No? Gimana caranya biar gue bisa kaya?"

"Rajin-rajinlah mangkal. Karena, rajin mangkal, kaya." Bono tertawa kencang sampai tersedak dan terbatuk-batuk.

"Mampos, lu! Untung kagak mati keselek, lu!"

Gedung tempat menyelenggarakan pernikahan memang masih terletak di area kompleks. Sengaja dipilih agar tidak terlalu jauh dengan tempat tinggal mereka.

Di sisi lain, pesta pernikahan yang penuh kebahagiaan itu membuat murka makhluk yang berada di kegelapan. Mahluk demit dengan mata merah itu begitu marah. Tak ada yang mendengar amarahnya selain para binatang malam yang segera bersembunyi ketakutan.

Burung gagak terbang mengelilingi gedung pengantin. Namun, suara burung sebagai pertanda buruk itu tenggelam dengan musik yang berdentum kencang.

"Jo, pulang yuk. Udah jam 10, bini gue udah nungguin di rumah ngajak kelonan," ajak Bono.

"Yaelah, baru jam 10."

"Perasaan gue ngga enak tiba-tiba, Jo. Udah ayo pulang." Bono menarik lengan Joko dan segera meninggalkan gedung pernikahan.

Angin tiba-tiba saja terasa begitu dingin. Tak seperti biasa, Bono merasakan ada yang tidak beres. Perasaan tak enak terus saja mengusiknya sepanjang jalan kompleks yang mulai sepi.

Beberapa orang mungkin sudah tertidur, dan beberapa lainya entah sedang melakukan apa.

Sosok bayangan hitam tiba-tiba saja menabrak Bono. Membuat Bono tersungkur ke tanah. Bayangan itu terbang melayang menuju rumah Mayang Sari. Bono dapat melihat dengan jelas bayangan itu mengarah ke sana. Joko yang terlihat bingung melihat Bono tiba-tiba saja jatuh tersungkur segera membantunya berdiri.

Aneh, tak ada angin tak ada hujan dan badai tiba-tiba saja Bono jatuh seperti ditabrak sesuatu.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top