Chapter 8
Naruto terbangun di pagi hari dengan sekujur tubuh yang terasa sakit. Semalam ia begitu lelah dan langsung tertidur dengan rasa sakit di tubuh nya. Saat itu ia berpikir bila ia akan baik-baik saja setelah bangun tidur, namun tubuh nya masih terasa sakit.
Semalam entah kenapa Naruto merasa begitu nyaman meskipun sekujur tubuh nya nyeri dan kepala nya sakit. Di tengah malam ia merasa seperti seseorang yang sedang memeluk nya. Ia berpikir bila itu halusinasi yang ditimbulkan rasa sakit nya sehingga ia tak membuka mata.
Iris sapphire Naruto sedikit terbalalak saat ia mendapati tangan putih yang kekar milik seorang pria sedang melingkar di tubuh nya. Terdengar suara dengkur halus dari bibir merah milik pria yang tidur di sebelah nya. Uchiha Sasuke memeluknya sepanjang malam.
Naruto tak pernah mengira bila apa yang ia duga kemarin malam adalah kenyataan. Ia tak sedang bermimpi saat ini. Sasuke yang sedang tertidur terlihat berbeda dibandingkan biasa nya. Tak ada lagi tatapan tajam dengan ekspresi wajah angkuh dan sinis. Wajah nya bahkan terlihat melembut saat sedang tidur. Dada nya yang berotot terlihat dari kimono sutra berwarna hitam yang dipakai nya.
Mungkin Naruto seharusnya sangat beruntung dapat ikut menikmati tubuh Sasuke yang diidamkan banyak orang dengan gratis. Ia bahkan mendapatkan bayaran besar untuk itu.
Melihat ekspresi wajah Sasuke yang lembut dan sikap nya terhadap kedua adik Naruto membuat Naruto yakin bila pria itu sebenarnya adalah orang yang baik. Ia pastilah orang yang baik, hanya saja sesuatu mengubahnya menjadi seperti ini.
Naruto tak bisa terus bersikap seperti ini bila ia ingin mengubah Sasuke. Sesekali, ia harus berani mengungkapkan pikiran nya dan kekhawatiran nya pada Sasuke tanpa merasa takut. Ia ingin Sasuke menyadari keinginan nya untuk mengubah pria itu.
Mata Sasuke bergerak-gerak dan tak lama kemudian kelopak mata nya terbuka, menampilkan iris onyx nya.
"Ohayo gozaimasu, Sasuke-sama." Naruto tersenyum lembut meskipun kepala nya terasa pusing.
"Hn?"
Sasuke tampak terkejut dengan reaksi Naruto. Ia tak mengira bila Naruto akan menyambut nya di pagi hari dengan senyuman. Senyuman itu bagaikan obat penenang untuknya.
Saat ini Sasuke sedang tidak ingin bercinta dengan Naruto. Ia tak tahu mengapa, namun ia sedang tidak ingin memulai hari dengan mendengar suara jeritan kesakitan seseorang.
"Wajah mu pucat, dobe."
"Ah? Benarkah? Aku bahkan tidak menyadari nya sama sekali, Sasuke-sama." Naruto kembali tersenyum.
"Kau baik-baik saja?"
"Tentu saja. Kau tidak perlu mengkhawatirkanku, Sasuke-sama."
Sasuke menyentuh wajah Naruto dan hendak mencengkram nya. Namun ia segera menghentikan diri nya sendiri saat ia teringat bila Naruto begitu kesakitan semalam dan melepaskan tangan nya.
"Jangan menipuku. Kau tidak baik-baik saja."
Naruto tak menyangka bila Sasuke akan begitu peka dengan keadaan nya. Ia dengan terpaksa menganggukan kepala, kemudian menunduk.
"Sumimasen deshita, Sasuke-sama."
Sudah satu bulan sejak Sasuke pertama kali bercinta dengan Naruto dan pria itu tak berubah sedikitpun. Naruto terlihat kesakitan saat bercinta, namun bila ia menanyakan nya seperti ini, pria itu akan selalu mengatakan tidak apa-apa sambil tersenyum.
"Mulai saat ini panggil aku 'Sasuke-san'."
"Eh? Sasuke-san?"
"Hn."
"Mengapa kau memintaku memanggilmu 'Sasuke-san'? Apakah tidak apa-apa?"
Sasuke tak pernah mengira bila Naruto akan menanyakan alasan dari apa yang telah dilakukan nya. Namun entah mengapa ia tak merasa marah. Ia mulai merasa sedikit perasaan bersalah terhadap Naruto yang begitu menganggu nya. Bahkan semalam ia berusaha menahan diri untuk tak meminta maaf pada Naruto sesudah membuat pria itu begitu menderita dan kesakitan.
"Itu bukan urusanmu, dobe."
Naruto mengira bila ia akan menerima pukulan. Ia bahkan telah memejamkan mata dan berpasrah bila Sasuke akan memukul nya. Namun ia tak merasakan pukulan di tubuh nya hingga saat ini.
"Gomenasai, Sasuke-san."
Ucapan maaf kembali terlontar dari bibir Naruto dan membuat Sasuke merasa muak. Ia ingin mengatakan pada Naruto untuk berhenti meminta maaf, namun ia tak ingin terlihat sebagai pria yang lembut. Harga diri menahan nya untuk melakukan hal itu.
"Aku akan mengantarmu ke rumah sakit."
"Tidak apa-apa. Aku bisa meminum obat."
Sasuke mengeluarkan sepuluh lembar uang seratus ribu dan memberikan nya kepada Naruto. Kali ini ia tak lagi melemparkan uang itu pada Naruto.
"Gunakan uang itu untuk membeli obat. Katakan padaku bila uang itu tidak cukup."
Naruto cukup yakin bila pendengaran nya masih cukup normal. Namun intonasi suara Sasuke terdengar lebih lembut dan terdapat sedikit kekhawatiran.
"Aku sangat yakin bila kau adalah orang yang baik, Sasuke-san."
"Hn?"
"Arigato gozaimasu, Sasuke-san."
"Hn."
Sasuke tersentak dan tak dapat menghilangkan keterkejutan nya dalam waktu yang lama. Ia yakin bila ia tak salah dengar dengan apa yang diucapkan Naruto. Ia adalah orang baik? Bila ada seseorang yang menganggap nya begitu, maka mungkin orang itu juga akan menganggap iblis adalah mahluk suci bagaikan malaikat. Mungkin ia telah melukai Naruto begitu parah hingga pria itu kehilangan akal sehat nya.
.
.
Jam telah menunjukkan pukul empat sore dan kegiatan sekolah telah usai. Naruto, Kurama dan Konohamaru berjalan berdampingan menuju apartment Naruko setelah turun dari kereta.
Konohamaru hendak belajar bersama dengan Naruko dan memutuskan untuk berkunjung ke rumah kekasih nya. Ia menatap dengan takjub saat Naruko melangkah memasuki salah satu gedung apartment mewah.
"Naruko-chan, ini benar-benar tempat tinggal mu?"
"Tentu saja, Konohamaru-kun. Bukankah aku sudah mengatakan padamu bila kami pindah rumah?"
Konohamaru tersenyum dan perlahan mengulurkan tangan untuk mengenggam tangan Naruko. Wajah Naruko memerah dan ia membalas genggaman tangan sang kekasih dengan malu-malu.
Sejak dulu Konohamaru sudah mengetahui kondisi ekonomi Naruko yang sangat sederhana. Namun ia tetap mendekati gadis itu karena menurut nya gadis itu ialah wanita yang mandiri dan berbeda dengan kebanyakan gadis-gadis lain nya. Lagipula Naruko juga cantik dan memiliki tubuh sexy.
"Boss Naruto-nii meminta kami untuk tinggal di rumah nya. Maka kami sekarang pindah ke apartment ini." Jelas Naruko pada kekasih nya.
Konohamaru terlihat sedikit terkejut dengan reaksi Naruko yang terkesan biasa-biasa saja. Apakah ia tidak merasa curiga dengan sosok boss dari kakak lelaki nya? Atau mungkin ia telah mengetahui nya dan bersikap biasa saja.
Rumor mengenai 'Ruki' yang berhenti bekerja di club dan menjadi pelayan seks pribadi Uchiha Sasuke telah tersebar di club. Banyak pekerja di club yang merasa cemburu pada Naruto tanpa mengetahui bila yang dialami Naruto tak seindah yang dibayangkan mereka.
Konohamaru cukup sering bertemu dengan 'Ruki' di club tempat nya bekerja. Bahkan dapat dikatakan bila mereka cukup akrab dan saling bertegur sapa meskipun Ruki tak pernah menceritakan banyak hal mengenai kehidupan pribadi nya selain mengenai kedua adik nya. Bila diingat-ingat, kedua adik yang diceritakan Ruki begitu sesuai dengan Naruko dan Kurama.
"Naruko-chan, apakah kau pernah bertemu dengan boss kakak mu?"
"Aku pernah bertemu sekali."
"Seperti apa orang nya?" Konohamaru bertanya dengan cepat.
Naruko terkejut dengan reaksi kekasih nya yang seolah begitu ingin tahu mengenai kehidupan Naruto. Namun Naruko memutuskan untuk menjawab nya, menurutnya siapa orang yang menjadi boss Naruto bukanlah sebuah rahasia.
"Nama nya Sasuke. Rambut nya mencuat dan terlihat sangat jantan. Wajah nya juga menarik dan tubuh nya tinggi."
Konohamaru menjentikkan jari nya tanpa sadar. Sejak awal ia sudah curiga bila ia pernah bertemu dengan Ruki sebelumnya, namun pria itu selalu menyangkalnya. Ia masih ingat dengan Naruto, namun ia tidak terlalu mengingat wajah pria itu karena keluarga nya pindah saat ia masih berumur lima tahun.
Ia tak pernah mengira bila Naruto bukanlah pria baik-baik dan adalah seorang penjaja seks. Naruto yang dulu diingatnya adalah sosok kakak yang sangat baik dan terkadang menemani nya bermain bersama dengan Naruko.
"Naruko-chan, bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?"
"Tentu saja, Konohamaru-kun."
"Apakah kau mengetahui pekerjaan kakak mu?"
"Ya, aku tahu. Katanya dia bekerja di minimarket yang buka dua puluh empat jam setiap hari. Ia selalu memilih shift malam karena gaji nya lebih besar dan hanya libur saat aku atau Kurama ulang tahun."
Konohamaru mengatupkan bibir nya dan mengigit sudut bibir nya, berusaha menahan tawa. Minimarket yang buka dua puluh empat jam sehari? Shift malam dengan gaji besar? Naruko bahkan terlihat percaya begitu saja. Entah kekasih nya memang kelewat polos atau berpura-pura polos.
"Ruki tidak bekerja di minimarket." Tukas Konohamaru sambil menatap Naruko dengan tajam.
Naruko tersentak dan menatap kekasih nya dengan bingung. Pria itu begitu aneh hari ini. Menurut salah satu teman nya, bila seseorang sedang berhasrat untuk melakukan seks dan menahan nya, ia akan menjadi lebih mudah emosi. Apakah Konohamaru sedang menginginkan seks dengan nya? Naruko mulai merasa takut, ia belum siap melakukan nya.
"Eh? Ruki? Nama kakak ku Naruto. Siapa itu Ruki?"
Konohamaru mengelengkan kepala nya. Ia tak pernah mengira bila kekasih nya begitu bodoh hingga tak merasa curiga dan percaya begitu saja dengan kebohongan yang diungkapkan Naruto.
"Naruto-nii menipu mu dan Kurama soal pekerjaan nya, Naruko-chan." Kurama menyentuh wajah Naruko dengan lembut.
Kemarahan seketika menguasai hati Naruko. Ia bersikap defensive dan menepis tangan Konohamaru. Ia menyayangi Naruto dan tak terima bila seseorang menghina Naruto tanpa bukti.
"Menipu ku? Kau bahkan tak mengenal kakak ku! Jaga ucapanmu!" Ujar Naruko dengan suara meninggi.
"Aku ingin jujur mengenai satu hal padamu, Naruko-chan. Aku tak peduli bila setelah ini kau masih akan bersedia menjadi kekasihku atau tidak."
Naruko menatap Konohamaru dengan tatapan yang menunjukkan rasa penasaran. Konohamaru mungkin hanya mengatakan bila ia sedang berbohong mengenai suatu hal kecil dan ia akan memaafkan nya. Ia mewarisi sifat optimis dari ibu nya, sifat yang juga dimiliki oleh Naruto.
"Aku adalah seorang pekerja seks, itulah alasan mengapa aku memiliki banyak uang dan dapat mengajakmu makan di restaurant-restaurant mahal. Aku memalsukan usia ku agar dapat bekerja."
Iris sapphire Naruko terbelalak lebar. Hati nya terasa sakit. Ia benar-benar kecewa, tak pernah terbayangkan bila ia akan menjalin cinta dengan seorang pelacur. Ia bersyukur telah mendengarkan nasihat Naruto dan belum menyerahkan keperawanan atau ciuman pada Konohamaru.
Tangan Naruko melayang di udara dan ia melayangkan tamparan ke wajah Konohamaru. Air mata mengalir di pipi nya dan ia berteriak.
"Brengsek kau! Berani-berani nya kau menipuku!"
"Menipu mu? Aku hanya bilang bila aku bekerja part time sebagai pelayan di klub. Aku memang pelayan, lebih tepat nya pelayan seks." Konohamaru tersenyum tipis.
Tubuh Naruko terasa lemas seketika. Ucapan Konohamaru tidak salah, ia lah yang bodoh dengan tidak bertanya secara detail.
"Bila kau tidak percaya tanyakan saja pada Naruto-nii. Ia adalah senior di tempat kerja ku."
Naruko kembali tersentak, begitupun dengan Kurama yang mendengarkan pembicaraan mereka. Kurama yang menguping dari kamar setelah mendengar teriakan Naruko bahkan keluar dari kamar dan duduk di samping Naruko dan menatap Konohamaru.
"Maksudmu Naruto-nii adalah seorang pelacur? Apakah kau memiliki bukti atas ucapanmu?" Tanya Kurama sambil menatap sinis.
"Lihatlah ini." Konohamaru memperlihatkan sebuah foto Naruto di pesta perpisahan yang diambil Konohamaru diam-diam. Naruto mengenakan sedikit makeup di wajah nya, namun tetap saja wajah nya dapat dikenali.
"Kapan kau mengambil foto ini?" Tanya Naruko dengan lirih. Ia meminjam ponsel Konohamaru dan mengirimkan foto itu ke ponsel nya sendiri dan menyimpan nya.
"Saat pesta perpisahan untuk kakak mu yang mengundurkan diri dari club."
"Kau berbohong, kan?! Naruto-nii tidak mungkin melakukan hal bejat seperti itu! Ia bahkan sering menasihati kami!" Bentak Naruko dengan keras. Ia merasa kesal dan marah dengan pria yang sebentar lagi akan menjadi mantan kekasih nya.
"Tidak. Di club dia sering menceritakan mengenai kau dan Kurama, Naruko-chan. Ia menggunakan nama samaran Ruki dan menerima segala client, baik laki-laki ataupun perempuan. Belakangan ini ia menerima banyak client VIP."
"Benarkah? Berapa lama Naruto-nii bekerja di club itu?"
"Kudengar sekitar dua tahun."
Kurama tersentak. Sejak dua tahun lalu Naruto pergi saat sore hari dan kembali ke rumah di pagi hari. Naruto hanya mengatakan bila ia bekerja dan Kurama serta Naruko tidak perlu khawatir padanya. Ia dan Naruko sempat curiga dan menanyakan nya pada Naruto. Naruto mengatakan bila ia bekerja di minimarket yang bekerja dua puluh empat jam dan tak pernah mengatakan secara terperinci mengenai tempat kerja nya.
"Seharusnya kakak mu akan menjadi 'idol' di club menggantikan Kai-senpai yang telah pensiun. Namun seorang putra konglomerat menjadikan nya sebagai pelayan seks pribadi."
"Idol? Maksudmu?"
"Idol di club kami adalah seorang pelacur yang bertugas melayani VIP client. Idol mendapat pembagian hasil kerja yang lebih banyak dibandingkan pekerja lain yang bukan idol." Jelas Kurama sambil menatap Naruko.
Naruko dan Kurama terdiam. Mereka tak tahu bagaimana harus menanggapi Konohamaru. Mereka berdua merasa tertipu. Naruto yang selama ini terlihat sebagai kakak yang memberi teladan yang baik ternyata merupakan seorang pelacur tak bermoral yang sungguh menjijikan. Kini ia bahkan menjadi seorang budak seks dan mereka hidup dalam uang yang didapat dari perbuatan dosa dan aib.
Naruko dan Kurama bagaikan seseorang yang hidup dalam ilusi dan kini kembali menghadapi realita tanpa perlindungan. Realita seolah menampar mereka dengan keras. Kehidupan nyaman yang mereka rasakan bukanlah kehidupan yang mereka kira adalah berkat dari kami-sama, melainkan hasil perbuatan dosa Naruto.
"Kau sedang bercanda, kan?" Tanya Naruko dengan lirih. Air mata mengalir di mata nya. Ia sangat kecewa pada Naruto.
"Aku serius, Naruko-chan."
Naruko merasa begitu jijik dengan panggilan 'Naruko-chan' yang ditujukan padanya. Ia kembali menampar wajah Konohamaru dan menatap dengan tajam.
"Pergilah dari rumahku sekarang juga! Mulai saat ini hubungan kita berakhir."
Konohamaru tertawa sinis dan menatap Naruko dengan tajam serta berkata, "Rumah mu? Ini bukan rumah mu. Ini adalah rumah milik kakak mu, atau mungkin rumah milik Uchiha Sasuke yang dibeli atas nama kakak mu, Uzumaki Naruto."
Naruko mengepalkan tangan nya erat-erat. Ia hampir menangis. Besok ia tak tahu bagaimana harus menghadapi teman-teman sekelas nya. Ia pasti akan menjadi bahan gossip atau bahkan dijauhi. Bila hal itu sudah terjadi, satu-satu nya pilihan ialah bergaul dengan gadis-gadis yang bekerja di 'enjo kosai (*)' dan ia merasa jijik bergaul dengan orang-orang seperti itu.
"Naruko, jangan katakan mengenai hal ini pada kakak mu atau kusebarkan berita mengenai kakak mu yang bekerja sebagai pelacur pada seluruh siswa di kelas." Ancam Konohamaru.
"Pergilah, brengsek! Aku muak denganmu!" Bentak Naruko.
"Tidak sebelum kau berjanji."
"Pergi!"
Konohamaru kembali menampilkan seringaian menjijikan di wajah nya dan berjalan ke arah pintu.
"Baiklah, kuanggap kau telah berjanji padaku."
Konohamaru meninggalkan apartemen Naruko dan setelahnya Naruko menangis keras. Hati nya terasa sakit dengan Konohamaru yang mengkhianati nya, namun semakin sakit dengan Naruto yang juga menipu nya. Sungguh menyakitkan bila seseorang yang selama ini ia anggap sebagai teladang merupakan orang yang buruk. Naruto menciptakan ilusi bagi Naruko dan Kurama, dan mereka terperdaya oleh ilusi.
Kurama meneteskan air mata dan menangis dalam diam. Ia juga merasakan kekecewaan yang sama dengan Naruko. Kini ia merasa bodoh karena sempat mengagumi Naruto dan bahkan pernah membuat karangan mengenai Naruto sebagai sosok pelindung yang menginspirasi hidup nya. Ia meneladani pahlawan yang salah.
Naruko memeluk Kurama dengan erat dan mereka berdua terisak dengan air mata yang membasahi pakaian masing-masing. Sore itu mereka menghabiskan waktu dengan berlutut di atas lantai sambil berpelukan dan menunggu Naruto kembali. Mereka hendak menuntut sebuah penjelasan.
.
.
Naruto berjalan keluar dari elevator dan berjalan menuju kamar nya. Ia baru saja selesai mengikuti kelas dan memutuskan untuk mampir di bakery serta membeli seloyang kue. Naruko mendapat nilai sempurna untuk dua mata pelajaran dan Naruto memutuskan untuk membelikan seloyang kue di bakery mahal sebagai hadian untuk Naruko.
Naruto mengambil dompet dari saku nya dan mengeluarkan kartu ATM untuk membuka pintu apartment nya. Pintu itu terbuka dan Naruto segera masuk ke dalam apartment serta menutup pintu.
"Tadaima, Naruko-chan, Kurama!"
Tak ada jawaban dan Naruto mengernyitkan dahi. Mereka pasti berada di rumah, bila tidak mereka pasti akan mengirimkan pesan singkat pada Naruto. Mungkin mereka sedang berada di kamar, pikir Naruto.
Naruto memasuki apartment nya dan mendapati Kurama serta Naruko duduk di sofa dengan mata sembap dan merah. Wajah mereka kusut dan memerah, pertanda bila mereka baru saja menangis.
"Naruko-chan, onii-san membawakan kue untukmu, lho. Ini hadiah karena telah mendapat nilai sempurna untuk pelajaran matematika dan bahasa Jepang."
"Aku tidak butuh hadiah dari mu!" Ujar Naruko dengan sinis.
"Kau menangis, Naruko-chan? Apakah kau baik-baik saja? Berceritalah padaku, aku akan mendengarkanmu."
"Aku tak mengira bila kau menipuku. Kau menjijikan!"
Naruto terkejut dengan sikap Naruko, gadis itu tak pernah bersikap seperti ini sebelumnya. Naruko juga bukanlah tipe gadis moody yang akan marah tanpa alasan jelas, terutama saat sedang PMS. Gadis itu bersikap hampir seperti seorang pria.
"Menipumu? Kau kenapa, Naruko-chan?" Naruto hendak menghampiri Naruko untuk memeluknya, namun Naruko menepis nya dengan kasar.
"Aku tak mengira bila kau menipuku dan Naruko-nee. Aku bahkan merasa jijik dengan diriku sendiri yang dibesarkan oleh seorang pelacur dengan uang hasil menjual diri." Kurama menatap Naruto dengan sinis.
Iris sapphire Naruto terbelalak dan tubuh nya terasa lemas. Ia tak pernah memprediksi bila hal ini akan terjadi. Apakah ia lupa mengunci kamar nya? Ia memang tidak mengunci nya karena meletakkan 'perlengkapan kerja' nya di bagasi mobil. Apakah Kurama atau Naruko berkunjung ke red light district?
"Darimana... kau tahu?"
"Seseorang memberitahu kami. Kau tidak perlu tahu siapa orang nya."
Naruto berusaha mengingat-ingat orang yang cukup dekat dengan diri nya. Selama ini ia selalu menyamar dan menjaga jarak dari siapapun. Orang yang cukup dekat dengan nya hanyalah Kai, resepsionis club dan seorang remaja bernama Haru yang bekerja diam-diam tanpa sepengetahuan orang tua nya. Ia bahkan ikut merahasiakan usia Haru pada seluruh pegawai club.
Mustahil bila Naruko dan Kurama bertemu Kai. Kai telah pensiun dan pindah keluar negeri serta menikah dengan kekasih nya. Ia juga tidak yakin bila Kurama dan Naruko cukup berani untuk datang ke red light district. Maka ia menduga bila Naruko dan Kurama telah bertemu Haru.
"Kalian telah bertemu dengan Haru? Dia anak laki-laki berambut coklat dengan mata hitam dan hidung mancung." Naruto menjelaskan seluruh deskripsi Haru pada Kurama dan Naruko.
Deskripsi Haru sangat cocok dengan deskripsi Konohamaru, mantan kekasih Naruko. Naruto telah menjawab kecurigaan Kurama dan Naruko dengan tepat.
"Apa yang akan kau lakukan bila kami bertemu dengan nya?" Balas Kurama. "Kami membencimu! Kau adalah penipu, Naruto-nii"
Kurama dan Naruko menatap Naruto dengan tajam. Ekspresi wajah mereka sendu, kekecewaan nampak jelas di wajah mereka. Hanya dengan melihat Kurama dan Naruko membuat perasaan Naruto bagaikan dicabik. Ia ikut merasakan kesedihan yang dialami kedua adik nya, dan ialah penyebab kesedihan itu.
"Aku tak memiliki pilihan lain. Maafkan aku." Naruto berlutut di atas lantai dan menundukkan kepala hingga ia mencium lantai marmer yang dingin.
"Aku meneladani mu, Naruto-nii. Aku bahkan selalu mengingat nasihat mu mengenai moral dan kau sendiri pria tuna susila. Kau tak berhak memberikan nasihat mengenai moral atau kehidupan pada kami!" Bentak Naruko.
Mata Naruko berkaca-kaca. Hati nya terasa sakit. Ia menyesal, sungguh menyesal. Ia tak ingin mengecewakan kedua adik nya.
"Kau bilang kau tak memiliki pilihan? Kau memiliki pilihan, Naruto-nii. Kau bisa membiarkan kami bekerja. Kau adalah sampah, bajingan!" Desis Kurama dengan tatapan penuh kekecewaan.
"Maafkan aku. Aku mengerti bila kalian merasa kecewa."
Naruko menatap kotak kue yang dibawakan Naruto untuk nya dan memandang nya dengan jijik.
"Aku tak sudi menerima kue darimu. Aku juga akan mengembalikan semua hadiah yang kau berikan padaku. Kurasa... aku bahkan tak sudi melihat wajah menjijikan mu yang membuatku mual, Naruto-nii. Aku tak sudi menikmati hasil menjual diri."
Kata-kata Naruko sungguh tajam dan menyakitkan hati. Tubuh Naruto yang terasa sakit terasa semakin sakit. Kepala nya mulai terasa pusing dan lutut nya bergetar.
"Maafkan aku, Naruko. Aku hanya tak ingin kalian harus bekerja keras sepertiku dan ikut merasakan kekhawatiran mengenai uang."
"Jangan berpura-pura peduli pada kami, munafik. Kau menjijikan." Ujar Kurama sambil tersenyum sinis. "Kau selalu mengatakan bila kau menyayangi kami. Namun pernahkah kau memikirkan perasaan kami saat ini?"
Ucapan Kurama tidak salah. Naruto merasa diri nya egois, sangat egois. Ia hanya memikirkan sesuatu menurut pandangan nya sendiri tanpa pernah memikirkan pandangan Naruko dan Kurama. Ia telah gagal sebagai seorang kakak.
Kepala Naruto terasa berputar dan tubuh nya terasa sakit. Mungkin luka-luka nya yang belum sembuh benar kembali terbuka akibat berlutut dalam waktu lama sambil mencium lantai seperti ini.
Naruto mengepalkan tangan, berusaha mempertahankan kesadaran meskipun kini tubuh nya bergetar hebat. Ia harus tetap sadar, ia tak boleh menyusahkan Kurama dan Naruko.
Namun Naruto tak bisa lagi mengontol diri nya sendiri. Kepala nya pusing dan perlahan pandangan nya terasa semakin gelap. Tubuh nya terasa lemas dan perlahan pandangan nya gelap. Kelopak mata Naruto terpejam, ia kehilangan kesadaran nya.
-TBC-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top