Chapter 6
"Aagh... Aagh... S-sasuke..." Naruto mendesah dengan nafas tersengal-sengal sambil menahan rasa panas dari sisa lilin yang mendera kulit nya.
Naruto memejamkan mata nya dan membiarkan Sasuke memperlakukan tubuh nya sesuka hati.
Kemarin malam Sasuke menjemputnya dan mengajak nya untuk pergi ke hotel seperti biasa. Pagi ini Sasuke telah meminta ronde kedua dan mereka akan pulang setelah makan pagi.
Dalam hati Naruto merasa bingung dengan sikap Sasuke saat bercinta. Ada yang berubah dengan gaya bercinta Sasuke.
"Kau membuatku semakin bergairah, bajingan," ujar Sasuke sambil memasukkan kejantanan nya yang telah ereksi ke dalam anus Naruto.
"S-sakit, S-sasuke-s-sama" Naruto meringis dan membuat borgol yang mengikat kaki dan tangan nya bergoyang.
Sasuke meremas dada Naruto dan membuat dada Naruto memerah. Sasuke hampir tertawa geli saat merasakan puting nya yang menggesek punggung Naruto.
Naruto merasa heran dengan sikap Sasuke saat ini. Sejak kemarin malam Sasuke tak lagi memukul nya hingga membuat kepala nya terasa pusing atau tubuh nya terluka parah. Pria itu memang masih menggunakan borgol, lilin dan cambuk serta berkata-kata kasar. Namun setidaknya Sasuke tak menendang atau membenturkan kepala nya seperti dulu.
Bahkan, Naruto sulit percaya ketika ia bangun di pagi hari dan mendapati Sasuke yang masih tertidur sambil meletakkan satu tangan di pungung seolah membuat gesture memeluk nya.
Beberapa menit berlalu dan Naruto merasakan kejantanan Sasuke telah keluar dari anus nya serta suara borgol yang terbuka.
"Cepatlah mandi, dobe. Kita akan makan pagi setelah ini"
"Bagaimana bila Sasuke-sama mandi terlebih dahulu ?"
"Diamlah dan lakukan perintah ku, brengsek"
Naruto terdiam dan berjalan menghampiri tas nya setelah mengambil handuk serta menutupi bagian pribadi nya. Naruto masuk ke dalam kamar mandi setelah mengambil pakaian.
Naruto menutup pintu dan perlahan mulai menyalakan keran shower. Naruto menatap pantulan diri nya sendiri di cermin dan seolah tak mengenali diri nya sendiri. Tak ada bekas luka di kulit nya seperti yang biasa ia alami setelah bercinta.
Sasuke bahkan tak menyundut rokok di kulit Naruto seperti yang dilakukan nya setelah ia bercinta. Pria yang dihadapi Naruto saat ini seolah bukan Uchiha Sasuke yang dikenalnya.
Naruto menepuk-nepuk kepala nya sendiri. Sejak tadi pagi ia terus terbayang dengan wajah Sasuke yang tertidur sambil memeluk nya. Sasuke yang biasa nya berwibawa dan menyeramkan terlihat sangat tampan dengan ekspresi wajah yang damai dan memancarkan aura bak seorang pangeran.
'Apa yang terjadi pada Sasuke hingga ia berubah ? Mengapa aku berharap ia menjadi semakin dekat padaku ? Ataukah ini hanya perasaan ku?'
.
.
Sasuke berjalan dengan tenang memasuki sebuah restaurant dan menuju stand pasta untuk mengambil berbagai jenis pasta yang tersedia. Ia melirik ke arah Naruto yang tengah mengantri untuk mengambil dimsum. Naruto mengantri cukup jauh dari Sasuke, namun entah mengapa iris onyx Sasuke seolah dapat menangkap sang objek dengan begitu mudah.
Seharusnya, Sasuke akan merasa terangsang setiap ia memukul Naruto atau melukai pria itu hingga pr itu menjerit pilu dan mengerang kesakitan. Namun, sesuatu dalam dirinya seolah menahan nya untuk tidak melakukan hal yang biasa dilakukannya setiap sesi bercinta.
Ia merasa telah melakukan sesuatu yang salah, dan ia tak mengerti apa yang salah dengan melukai Naruto. Jeritan Naruto seolah menggelitik hati nya dan merasa tak seharusnya melukai pria itu ketika ia melihat pria itu yang meringis.
Jeritan kesakitan Naruto terus terbayang di benaknya dan seharusnya ia akan terangsang dengan mudah. Namun tidak untuk saat ini.
Giliran Sasuke telah tiba dan ia mengambil sepotong besar lasagna dengan spaghetti Bolognese dan fettucine alfredo. Sasuke bukanlah tipe orang yang makan dalam porsi besar, namun ia seolah kehilangan kendali atas pikirannya dan melakukan itu tanpa sadar.
Saat ini ia begitu terfokus untuk menemukan apa yang salah pada dirinya. Ia tak ingin mengakuinya, namun saat ini ia mulai memikirkan probabilitas bila ia jatuh cinta pada Naruto.
Sasuke pernah mengalami hal yang sama beberapa tahun yang lalu, dan hal itu berujung dengan dirinya yang mengalami jatuh cinta. Tak hanya sekali, namun dua kali dan berakhir dengan sangat menyakitkan, setidaknya bagi dirinya.
Perlahan, Sasuke menarik nafas dan menghembuskan nya sambil menekan dadanya dengan satu tangan. Ia perlu mengendalikan dirinya dihadapan Naruto dan menunjukkan ekspresi dingin yang menakutkan.
Dengan sikap tenang yang dipaksakan,ia melangkah menuju meja tempat dimana terdapat seorang pria bersurai blonde yang telah membuat dirinya merasa kacau dan sejenak memikirkan perasaanya sendiri .
"Itadakimasu, Sasuke-sama."
Sasuke seolah tercekat dengan ucapan Naruto. Mulut nya yang telah terbuka kembali dikatupkan dan ia menatap Naruto. Ia sendirilah yang meminta untuk dipanggil 'Sasuke-sama'. Kini, ia merasa panggilan itu seolah menunjukkan batas antara dirinya dengan Naruto.
Ia terlalu malu untuk mengakuinya. Namun bersama dengan Naruto dalam waktu singkat membuatnya mulai memikirkan perasaan pribadinya, keluarga dan orang lain.
"Hn."
Sasuke meletakkan piring nya di atas meja dan makan dengan perlahan. Untuk pertama kali nya setelah beberapa tahun ia mulai merasa tak nyaman saat sedang makan. Ia tak merasa gugup, namun ia merasa canggung dan tak tahu apa yang harus dilakukan nya.
Tak hanya Sasuke, Naruto juga merasa tak nyaman dengan rasa canggung diantara mereka. Naruto telah menghabiskan hampir seluruh dimsum yng diambilnya, namun ia juga merasa tak enak untuk meninggalkan meja makan dan mengambil dimsum.
Tatapan Naruto tertuju pada Sasuke yang sedang menikmati pasta. Pria itu sedang makan dengan tenang dan Naruto semakin ragu.
"Sasuke-sama, aku akan mengambil kue disana," Naruto menunjuk sebuah meja dengan berbagai jenis kue dan croissant. "Apakah kau menginginkan sesuatu ? Aku akan mengambilkan untukmu bila kau mau."
"Hn. Tolong ambilkan dua potong croissant tanpa isi dan cheese and ham sandwich di samping meja berisi kue. Ambilkan juga unsalted butter untukku."
"Akan kuambilkan." Ujar Naruto sambil bangkit berdiri dan meninggalkan meja. Ia berjalan dengan langkah ringan sambil menoleh kearah Sasuke secara diam-diam.
Sosok Uchiha Sasuke yang sedang duduk di kursi bak seorang pangeran yang penuh dengan wibawa sekaligus memancarkan daya tarik. Setelan blazer berwarna hitam yang membalut tubuh atletis dan kaki jenjang pria itu terlihat pantas untuk nya. Penampilan pria itu terlihat semakin elegan dengan sepatu kulit berwarna hitam yang terlihat mahal.
Naruto hampir menabrak seseorang bila ia tak segera menoleh ke depan dan mengepalkan tangan nya sendiri. Ia tak mengerti apa yang merasuki dirinya hingga ia terus menerus menatap Uchiha Sasuke dengan penuh kekaguman. Namun, ia tak ingin dan tak sudi untuk terjerat dalam pesona pria itu.
Terdapat berbagai jenis croissant yang berjejer di atas meja dan Naruto mengernyitkan dahi, ia tak tahu seperti apa croissant yang diinginkan Sasuke. Namun, ia terlalu malu untuk bertanya kepada tamu hotel lain yang sedang mengambil cake atau croissant di meja itu.
'Mungkin yang ini,' batin Naruto sambil memegang capitan dengan tangan kanan dan mengambil dua potong croissant tanpa taburan apapun diatasnya. Ia juga mengambil sepotong cheese and ham sandwich dan salah satu butter. Seluruh kemasan butter itu terlihat sama dan Naruto memutuskan untuk mengambil salah satu nya.
Suara langkah Naruto membuat Sasuke menoleh untuk menatap sekilas Naruto yang berjalan menghampiri meja. Tak lama kemudian Naruto kembali ke meja dan meletakkan piring di atas meja dengan sopan.
"Ini pesananmu, Sasuke-sama."
"Hn"
Sasuke mengangkat pisau dan garpu serta memotong sandwich yang diberikan Naruto. Ia mengunyah sandwich dengan pelan. Tatapan nya tertuju pada butter yang dibawakan Naruto dan emosi nya memuncak seketika.
Terdengar suara 'buk' yang diikuti dengan sebuah tendangan keras yang mengarah ke tulang kering Naruto dan Naruto yang meringis sambil mengelus tulang kering nya secara refleks. Ia begitu kesakitan hingga tak dapat mengerakkan kaki nya.
"Bajingan ! Kau sungguh idiot, sampah ! Apakah kau buta hingga tak dapat membaca tulisan di kemasan butter ini,dobe ?!" Sasuke memegang kemasan butter itu dan mendekati nya ke mata Naruto.
Naruto tak dapat menjawab dan ia merasakan tamparan keras di wajah nya. Tak lama kemudian terdengar suara remasan dan Sasuke melempar kemasan butter itu ke wajah Naruto tanpa mempedulikan beberapa orang yang menatap nya.
"Kau merusak selera makanku, pelacur !"
Sasuke bangkit berdiri setelah menarik kursi dengan kasar. Tatapan nya tertuju pada Naruto yang terlihat ketakutan sambil terus menundukkan kepala tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Sasuke telah kembali ke perilaku kasar nya dan Naruto merutuki kekonyolan diri nya yang mengharapkan perubahan Sasuke secara instan. Setelah ini, mungkin Sasuke akan memperlakukan nya sama -atau bahkan lebih- kasar saat bercinta. Membayangkan nya membuat Naruto bergidik ngeri.
Kemarahan Sasuke terlampiaskan dan perasaan nya lebih lega hingga kini otak nya dapat bekerja lebih baik. Naruto tak bersikap sempurna dan melakukan sebuah kesalahan, sehingga pantas baginya untuk memperlakukan Naruto seperti ini.
Bagi Sasuke, perlakuan nya pada Naruto bukanlah hal yang aneh. Percayalah, ia telah mengalami hal yang sama –terkadang lebih- parah daripada yang dialami Naruto saat ini disaat ia melakukan beberapa hal yang dianggap menunjukkan 'kelemahan'.
Sasuke dibesarkan dalam lingkungan yang menuntut kesempurnaan. Ayah nya menuntut nya untuk menjadi yang terbaik dalam berbagai hal dan Sasuke tak pernah sekalipun memberontak.
Ketika Sasuke mengalami demam dan mendapatkan nilai delapan saat ujian matematika di middle school, ayah nya dengan segera membentak nya dan mencengkram lengan nya dengan sangat erat sambil memukuli nya beberapa kali serta menambahkan dua kursus pelajaran untuk nya.
Disaat Sasuke mendapat nilai sembilan, orang tua nya akan mengatakan padanya, 'Mengapa kau tidak mendapat nilai sepuluh ?'. Bahkan ayah nya memukulinya berkali-kali, menendang dan menginjak tubuh nya ketika mengetahui Sasuke adalah korban bully. Ayah nya merasa malu dengan Sasuke dan segera memasukkan nya ke beberapa kursus bela diri serta memberikan latihan fisik ekstra keras pada Sasuke setiap hari.
Tatapan Sasuke tertuju pada Naruto yang terlihat meringis kesakitan hingga tak sanggup bangkit berdiri. Ia seolah melihat dirinya di masa lalu ketika ayah nya memberikan hukuman fisik padanya dan ia menahan diri agar tak menangis atau menjerit meskipun tubuh nya seolah akan remuk.
Ekspresi kesakitan Naruto menimbulkan gejolak dalam batin Sasuke. Sebagian dari dirinya merasa puas ketika bagian lain dari dirinya mengatakan bila ia telah melakukan sebuah kesalahan.
Dalam hati Sasuke terus memaki dengan kata-kata kasar yang tak terhitung jumlah nya. Sejak kapan hati nya menjadi lembut seperti ini? Mungkin hati nya kini bagaikan silk pudding kenyal yang begitu lembut dan rapuh hingga dapat hancur dengan mudah.
Kata 'maaf' hampir meluncur dari bibir Sasuke bila ia tak meyakinkan diri nya dengan kalimat afirmasi yang diucapkan terus menerus dalam batin nya. Ia meyakinkan diri nya sendiri bila apa yang ia lakukan adalah wajar. Ia hanya ingin memberi hukuman pada orang yang tak memenuhi ekspektasi nya dan itu tidak salah.
Naruto meringis dan kaki nya terasa begitu nyeri. Ia menyentuh tulang nya, memastikan tak ada yang remuk atau patah. Ia memaksakan diri untuk berdiri dan menyeret langkah nya meskipun kaki nya terasa sangat sakit dan ia telah meneteskan setetes air mata atau mungkin lebih.
Naruto menatap Sasuke yang berjalan di depan nya dengan langkah berwibawa. Ia seolah tak merasa bersalah dengan apa yang dilakukan nya dan bersikap seolah tak terjadi apapun.
Sasuke mempercepat langkah dan berhenti ketika ia telah berada cukup jauh dari restaurant hotel. Ia menoleh ke belakang dan mendapati Naruto yang terlihat susah payah menyeret langkah nya untuk mengikuti Sasuke.
Perasaan Sasuke kembali kacau. Ia merasa sedikit tak tega pada Naruto yang terlihat kesakitan, namun ia tak ingin menunjukkan nya dan berusaha memasang ekspresi seolah menikmati nya.
Naruto berhenti ketika ia berada satu meter di belakang Sasuke. Sasuke memastikan tak seorangpun melihatnya dan ia segera menghampiri Naruto, mengabaikan perasaan nya yang menyuruhnya untuk menghentikan apa yang ia lakukan.
Sasuke menatap Naruto sambil menundukkan kepala dan bertanya dengan suara yang sangat pelan, "Kau baik-baik saja ?"
Untuk sesaat Naruto terdiam. Ia terkejut dengan sikap Sasuke yang berbeda dengan yang ditunjukkan nya di restaurant tadi. Sasuke sungguh aneh dan Naruto benar-benar tak mengerti. Entah Sasuke berkepribadian ganda, labil atau mengalami kelainan jiwa ? Yang jelas Naruto tak mengharapkan ketiga nya.
Naruto tak tahu harus menjawab jujur atau tidak. Ia khawatir bila Sasuke akan memukul nya atau bahkan mematahkan kaki nya bila jawaban nya tak memuaskan Sasuke.
"A-ku..." Suara Naruto bergetar dan ia kembali meringis sambil menyentuh tulang kering nya.
Tubuh Naruto seolah melayang di udara dan Naruto memejamkan mata nya. Ketika ia memberanikan diri untuk membuka mata nya, hal pertama yang dilihatnya adalah wajah Sasuke yang tampak dari bawah.
Sasuke menggendong nya dengan cara bridal style sehingga Naruto dapat melihat wajah Sasuke dari angle yang tak pernah dilhat sebelumnya. Sasuke tetap terlihat tampan, ia terlihat tampan dari angle apapun. Namun Naruto terlalu kesakitan untuk mengagumi kesempurnaan wajah Sasuke.
"S-sa-suke-sama..." Ucap Naruto dengan penuh rasa takut.
"Aku akan mati terlebih dulu bila harus menunggumu berjalan begitu lambat." Desis Sasuke dengan tatapan tajam dan sinis.
"Maaf." Gumam Naruto dengan pelan sebelum ia memejamkan mata dan membiarkan Sasuke melakukan apapun padanya. Bahkan mungkin, bila Sasuke akan membunuhnya setelah ini ia tak peduli. Ia begitu kesakitan dan malah merasa ketakutan bila ia membuka mata dan mendapati tubuh nya tengah berada begitu dekat dengan Sasuke.
Samar-samar, Naruto menghirup aroma parfum maskulin milik Sasuke dan membiarkan dirinya menikmati aroma harum menenangkan itu. Setidaknya, hal itu membuatnya sedikit nyaman dan mengurangi rasa sakit nya.
Sasuke mengeratkan sentuhan nya pada tubuh Naruto seolah khawatir bila pria itu akan jatuh dan tak mempedulikan beberapa pegawai hotel yang menatapnya. Untuk saat ini, ia membiarkan sisi hati nya yang bagaikan silk pudding nan lembut menguasai diri nya dan merasuki otak nya untuk sesaat.
.
.
Naruto membuka mata nya dan menghirup aroma obat-obatan yang begitu kuat dengan ruangan serba putih. Ia tak ingat apa yang terjadi setelah tertidur di dalam gendongan Sasuke.
Tak ada seorangpun di ruangan itu dan ia menyingkap selimut yang menutupi kaki nya. Terdapat perban yang menutupi kaki nya dan beberapa bagian tubuh nya yang memang terluka akibat perlakuan Sasuke saat bercinta beberapa hari yang lalu. Luka-luka itu belum sembuh sepenuh nya.
Naruto merogoh saku nya dan tak menemukan apapun. Pakaian nya bahkan telah berubah dan ia mendapati sebuah objek yang dicarinya berada di bawah bantal. Naruto mengambil objek itu dan melirik jam.
Jam menunjukkan pukul lima sore dan Naruto terbelalak. Ia harus segera pulang ! Naruko dan Kurama tak boleh mengetahui bila ia berada di rumah sakit saat ini.
Seorang dokter pria berusia setengah baya menyeruak masuk ketika Naruto hendak turun dari kasur. Ia segera menghampiri Naruto dan meminta Naruto untuk kembali berbaring dengan bahasa tubuh.
"Apa yang terjadi padaku ? Aku harus pulang sekarang."
"Tenanglah, Uzumaki-san." Ujar dokter itu. "Uchiha-sama membawa anda ke rumah sakit ini tadi pagi."
"Apakah aku bisa pulang sekarang ?"
"Tidak. Sebaiknya anda beristirahat. Tulang di bagian fibula anda mengalami cedera. Anda dapat pulang besok."
Naruto menghela nafas. Tulang kering nya masih terasa sedikit ngilu ketika ia mencoba menggerakkan nya.
Dengan terpaksa, Naruto mengeluarkan ponsel nya dan mengirimkan pesan pada Naruko dan Kurama. Ia memberitahu mereka bila ia tidak pulang hari ini untuk mengerjakan proyek kuliah bersama dengan teman satu fakultas nya.
Ponsel Naruto berbunyi dan ia mendapatkan pesan di ponsel nya.
From : Sasuke-sama
Dobe, aku akan mengunjungi mu sekarang.
Naruto terdiam sejenak, seolah tak percaya dengan apa yang dibacanya. Ia tak mengerti mengapa, namun ia merasa senang dengan kedatangan Sasuke.
.
.
Jam telah menunjukkan setengah enam sore dan Sasuke menatap dengan tajam seorang pria berambut hitam panjang yang berbaring di atas sofa ruang kerja nya. Pria itu menyuapkan sesendok green tea ice cream yang dibawa dari ruangan nya.
"Sasuke, apa kau baik-baik saja hari ini ? Tak biasanya kau terlambat bekerja"
"Itu bukan urusanmu, Itachi-nii." Jawab Sasuke dengan nada sinis. Seharusnya saat ini ia sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit untuk mengunjungi Naruto bila Itachi tak berkunjung ke ruangan nya secara tiba-tiba tepat ketika ia akan pulang.
"Cepatlah keluar dari ruangan ini. Aku harus pergi." Ujar Sasuke.
"Kau mengusirku, Sasuke ? Sudah bagus aku tidak memintamu mengganti dessert kalengan ku yang kau buang itu." Itachi bangkit berdiri dan menghampiri Sasuke setelah meletakkan kaleng pudding kosong diatas meja.
"Aku tidak membuangnya."
Itachi mencubit pipi Sasuke dengan keras sebelum meletakkan dua jari di kening Sasuke. Ia sering melakukan nya ketika Sasuke masih kecil dan merindukan nya setelah lama tak melakukan itu pada Sasuke.
"Oh ya ? Lalu dimana dessert kalengan ku ?"
"Kuberikan pada seseorang."
"Kau ? Memberikan sesuatu pada seseorang ? Apakah aku salah dengar, Sasuke ?"
"Tidak"
Itachi tersenyum tipis. Bila Sasuke memberikan sesuatu pada seseorang, orang itu pastilah sangat spesial bagi Sasuke. Ia tak pernah melihat Sasuke memiliki kekasih atau mendekati wanita dan ia mulai khawatir bila Sasuke adalah seorang homoseksual. Ia sendiri pernah bergaul dengan pria gay tanpa sadar dan ia baru mengetahui ketika pria itu menyatakan cinta padanya. Saat itu ia begitu terkejut hingga tak dapat melakukan apapun selain menggelengkan kepala kuat-kuat dan berlari meninggalkan pria itu. Sejak itu ia dan pria itu tak lagi bersahabat.
"Siapa orang itu ?"
"Kau tidak kenal."
"Kekasih mu ?"
"Bukan."
"Lalu siapa orang itu ? Kau membuatku penasaran, Sasuke."
"Seorang anak kecil." Jawab Sasuke dengan pasrah. Ia berharap dengan jawaban nya Itachi akan puas dan meninggalkan ruangan nya sehingga ia bisa pulang.
Dugaan Sasuke salah. Itachi malah semakin penasaran dan berbagai pertanyaan muncul dibenaknya. Sasuke yang dikenalnya tak menyukai anak-anak. Jangankan anak-anak, ia bahkan tak suka dengan wanita yang menurutnya merepotkan. Sepertinya ia juga tak suka dengan siapapun selain dirinya sendiri.
"Anak kecil ? Mengapa ? Kau sekarang menyukai anak-anak, Sasuke ?"
"Tidak."
"Ah... kau aneh, Sasuke. Jangan-jangan kau sedang jatuh cinta. Aku juga seperti itu saat sedang jatuh cinta pada Sakura-chan sih." Wajah Itachi sedikit memerah dan ia tersenyum saat menyebutkan nama sang kekasih.
"Jangan samakan aku dengan dirimu !" Desis Sasuke.
Tatapan Sasuke tajam bagaikan pisau yang menembus tubuh seseorang dan dingin bagaikan udara dingin yang seolah menusuk tulang. Itachi bahkan hanya dapat terdiam tanpa menjawab apapun pada Sasuke.
Perasaan bersalah kembali menyeruak di benak Itachi. Seandainya dulu ia tidak memutuskan untuk 'menutup mata' nya atas apa yang dialami Sasuke, mungkin Sasuke takkan menjadi seperti ini.
Sasuke melemparkan kunci pada Itachi dan mengambil tas kerja nya. Ia melambaikan tangan sejenak.
"Aku akan pergi sekarang. Tolong kunci pintu ruanganku dengan kunci itu."
"Tunggu, Sa-"
Sasuke telah menghilang di balik pintu dan Itachi menatap kunci ruangan Sasuke di tangan nya dengan jengkel. Sebuah ide jahil muncul di benak nya dan ia siap mengeksekusi nya. Ia harus membalaskan 'dendam' nya pada Sasuke.
.
.
Sasuke turun dari mobil sport dan menyerahkan kunci pada petugas valet parking rumah sakit. Ucapan Itachi terus terbayang di benak nya sepanjang perjalanan menuju rumah sakit.
Apakah ucapan Itachi memang benar ? Tidak. Sasuke masih memiliki harga diri nya sebagai pria keluarga Uchiha dan ia takkan jatuh cinta begitu mudah. Kelembutan adalah bentuk lain dari kelemahan dan ia tak ingin memilikinya. Kalaupun ia memilikinya, maka ia akan menyembunyikan kelemahan sebaik mungkin.
Sasuke mengepalkan tangan erat-erat. Bila ia tidak memiliki perasaan –setidaknya sebagai teman- pada Naruto, mengapa ia mau repot-repot berkunjung ke rumah sakit ketika ia bisa memilih untuk beristirahat di rumah ?
Mungkin setelah ini Sasuke harus mencari jawaban atas keanehan pada dirinya melalui situs di internet atau bahkan mengatur jadwal pertemuan dengan psikolog-sesuatu yang dihindarinya seumur hidup-.
Sasuke melangkah dengan cepat menuju elevator dan menekan tombol naik. Bayangan Naruto yang kesakitan membekas di benak nya dan ia merasa ingin segera bertemu dengan Naruto. Ia perlu memastikan bila pria itu baik-baik saja.
Pintu elevator terbuka dan Sasuke segera menekan tombol lima serta menutup pintu. Tak ada seorangpun di dalam elevator dan Sasuke bersyukur tak perlu berbagi ruang di dalam elevator dengan siapapun.
Sasuke segera keluar dan berjalan dengan cepat menuju ruangan Naruto dengan roti yang dibelinya di bakery di dekat kantor. Setidaknya ia tahu bila menjenguk orang sakit diharuskan membawa makanan, biasanya berupa buah. Sasuke terlalu malas untuk memilih buah di supermarket dan memutuskan untuk membeli roti.
Ia membuka pintu dan iris onyx nya tertuju pada Naruto yang tengah berbaring sambil menatap kearah televisi. Pria itu tampak bersemangat dan memberikan atensi penuh pada acara yang sedang ditonton nya dan tak mengalihkan pandangan dari layar televisi.
Sasuke menutup pintu dan berjalan menghampiri Naruto sambil berdehem dengan keras untuk menarik perhatian Naruto. Seketika Naruto tersadar dan mematikan televisi.
"Sasuke-sama, maafkan aku." Ujar Naruto sambil tersenyum meskipun ia merasa kesal.
Sasuke meletakkan roti di atas meja dan mengalihkan pandangan. Ia tak tahu bagaimana ekspresi wajah nya saat ini, namun ia tak ingin orang lain melihatnya. Ia tak mengira bila Naruto masih akan bersikap ramah padanya.
"Tidak. Akulah yang harus meminta maaf padamu, Naruto." Gumam Sasuke dengan suara yang sangat pelan.
"Ada apa, Sasuke-sama ? Maaf aku tak bisa mendengar suaramu."
"Aku membawakan roti untukmu."
"Arigato gozaimasu, Sasuke-sama." Ucap Naruto sambil kembali tersenyum lembut pada Sasuke. Ia masih mengingat cerita Sakura dan masih berpikir bila ia dapat mengubah Sasuke dengan terus menerus bertahan dan bersikap lembut dan sehangat mungkin.
Ucapan terima kasih dari Naruto kembali menggetarkan batin Sasuke dan menumpulkan logika nya. Perasaan Sasuke terasa lebih lega ketika mendengar ucapan Naruto dan memastikan bila Naruto baik-baik saja. Setelah ini, Sasuke bersumpah untuk tak membiarkan hati nya berkuasa atas dirinya dan membuatnya melakukan hal konyol seperti ini.
-TBC-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top