Chapter 14

Sudah dua minggu berlalu sejak Naruto menjadi kekasih Sasuke. Mereka bertemu hampir setiap hari dan mereka saling berbincang. Namun tak pernah sekalipun Sasuke menyentuh tubuh nya. Bahkan ajakan bercinta malam itu pun dibatalkan karena Sasuke begitu lelah dan langsung tertidur setelah membaringkan tubuhnya di kasur empuk milik Naruto.

Malam ini Sasuke mengajaknya bertemu di sebuah hotel dan Naruto yakin jika kali inipun Sasuke benar-benar ingin bercinta. Maka kali ini Naruto mempersiapkan dirinya dan membersihkan tubuhnya sebersih mungkin serta menyemprotkan parfum ke tubuhnya.

Sasuke telah menunggu di lobby dan Naruto segera menghampiri Sasuke sambil menundukkan kepala dalam-dalam.

"Maaf aku terlambat, teme."

"Hn."

Sasuke segera masuk kedalam hotel sambil mengenggam telapak tangan Naruto. Perasaan Naruto menghangat dan jantungnya berdegup kencang. Ia menikmati sentuhan lembut telapak tangan Sasuke dan kehangatan tangan pria itu. Ia sulit percaya jika kini ia sedang mengenggam tangan lelaki itu.

Naruto berjalan mengikuti langkah Sasuke menuju elevator. Lelaki itu tak berbicara apapun, namun perasaan lelaki itu seolah tersampaikan padanya melalui sentuhan. Ia mengerti jika tak hanya kata yang dapat menyampaikan suatu perasaan, entah apapun itu.

Jantung Naruto berdetak keras, namun ia sama sekali tidak ketakutan membayangkan jika dirinya akan bercinta. Naruto tidak merasakan gairah untuk berhubungan seksual, baginya bercinta terlalu sering bukanlah hal yang baik. Dan selama dua tahun ia telah bercinta selama hampir setiap hari dalam setahun. Ia hanya tidak bercinta ketika sedang sakit, libur yang sengaja diambil untuk merayakan ultah kedua adiknya dan ketika ia beruntung mendapatkan client yang hanya memintanya untuk mengobrol, menemani client itu atau memberikan sentuhan tanpa seks. Dan kini 'libur seks' selama dua bulan membuat Naruto merasa jauh lebih bugar dan stamina tubuhnya membaik.

"Kau gugup, dobe?"

"Y-ya. Aku merasa sangat gugup, teme," ucap Naruto dengan rasa gugup yang terlihat jelas dibalik ekspresi wajah dan intonasi suara nya.

"Tenang saja, aku tak akan melakukannya dengan kasar seperti dulu."

Naruto menghembuskan nafas, ia merasa sangat lega karena ia tak lagi harus bercinta dengan cara yang menyakitkan.

"Ah... yokatta."

Sasuke tersenyum dan mengacak rambut kekasihnya serta merangkul lelaki itu. Naruto membalas rangkulan Sasuke. Perasaannya terasa jauh lebih baik ketika ia bersentuhan dengan lelaki itu.

Pintu elevator terbuka dan Sasuke segera keluar dari lift sambil tetap merangkul Naruto. Ia tersenyum tanpa sadar sambil menatap lelaki itu. Ia benar-benar jatuh cinta pada Naruto dan hal itu terlihat dari ekspresi wajahnya dan gesture nya.

Sasuke mengeluarkan kunci berupa kartu dan menempelkannya di pintu. Pintu itu terbuka dan Sasuke segera memasukkan kartu ke sebuah slot di dalam ruangan dan lampu menyala. Naruto segera menutup pintu dan mengamati seluruh ruangan.

Kamar president suite itu begitu mewah dengan model minimalis. Bahkan terdapat sebuah jendela besar dengan pemandangan gedung-gedung pencakar langit yang terlihat indah dengan lampu-lampu di malam hari. Naruto selalu menyukai pemandangan kota dan bermimpi untuk tinggal di sebuah tempat dimana ia bisa melihat gedung-gedung itu setiap hari. Dan kini mimpinya telah menjadi kenyataan. Ia dapat melihat pemandangan itu setiap hari.

Naruto duduk di sofa dan memandang keluar. Ia begitu menikmati pemandangan dan tak sadar jika Sasuke telah duduk disampingnya sambil merangkulnya dan menatap iris sapphire Naruto.

"Apa yang sedang kau lihat, dobe?"

"Oh? Teme? Aku sedang melihat pemandangan kota di malam hari."

"Kau suka pemandangan kota, hn?"

"Ya, aku suka sekali. Dulu aku berharap bisa tinggal di gedung tinggi sehingga bisa melihat pemandangan seperti ini kapanpun aku mau. Sekarang aku bisa melihatnya dari apartment", ucap Naruto sambil tersenyum.

"Lalu sekarang kau melihatnya setiap saat?"

"Tidak setiap saat," ucap Naruto. "Tapi ketika aku sempat, aku suka melihatnya di malam hari."

Sasuke tersenyum. Ia juga sering melakukannya ketika ia berada di hotel atau di kantor nya sendiri. Ketika ia selesai bercinta dengan Naruto dulu, ia sering diam-diam membuka jendela dan mengamati pemandangan kota setelah Naruto tertidur. Ia berpikir jika dirinya aneh karena memiliki hobi yang sebenarnya membosankan bagi kebanyakan orang, namun kekasihnya juga memiliki hobi yang sama.

"Hn. Aku juga suka melihatnya. Terkadang aku memikirkanmu ketika melihatnya."

Naruto segera menoleh kearah Sasuke dan ia terkejut. Wajah Sasuke sedikit memerah tepat setelah ia mengatakannya.

"Ano... teme... wajahmu..."

Sasuke segera memalingkan wajah ketika tersadar wajahnya memerah. Ia benar-benar konyol belakangan ini hingga ia hampir tak mengenali dirinya sendiri. Ia merasa malu karena telah memperlihatkan wajahnya yang merona dan mengucapkan kata-kata yang terkesan berlebihan. Namun ia sulit menahan diri untuk tak mengungkapkan apapun yang dipikirkan dan dirasakan saat bersama Naruto. Ia berpikir jika semua orang mengalami hal yang sama ketika ia jatuh cinta dan berusaha meyakinkan dirinya jika ia masih waras.

"Aku ingin bilang jika wajahmu tampan dan aku bersyukur dapat melihatnya dari jarak sedekat ini," Naruto segera merubah apa yang seharusnya dikatakan ketika menyadari Sasuke menyembunyikan wajahnya yang memerah.

Naruto tersenyum sambil menatap Sasuke. Ia tak berbohong, Sasuke memang begitu rupawan bagaikan patung buatan Michelangelo dengan detil dan bentuk tubuh yang begitu indah dan sempurna. Perpaduan wajah feminine dan maskulin di wajah Sasuke membuatnya terlihat tampan sekaligus manis di saat yang bersamaan.

Jantung Naruto berdegup kencang dan wajahnya memerah. Ia menerka apakah Sasuke saat ini juga merasakan debaran yang sama? Ia sulit membayangkan jika pria seperti Sasuke merupakan lelaki yang lugu dalam pecintaan. Ia begitu amatir, namun meskipun begitu tetap menyenangkan. Naruto merasa diperlakukan bagai seorang tuan putri oleh Sasuke. Dan itu membuatnya mulai berpikir jika ia juga sebenarnya telah jatuh cinta pada Sasuke sebelum ia menyadarinya.

"Kau berpikir begitu, hn?"

"Ya. A-aku juga ingin bilang..." Naruto terdiam sejenak. Ia membuka mulut untuk mengucapkan suatu kalimat yang sebelumnya tak pernah dikatakannya pada Sasuke.

"Aku ingin bilang jika sebetulnya aku juga mencintaimu."

Jantung Sasuke hampir berhenti berdetak dan hati Sasuke seolah akan meledak akibat luapan perasaan. Inilah kalimat yang ditunggunya. Mendengar Naruto mengatakan jika ia juga mencintai Sasuke membuat Sasuke merasa bahagia.

Sasuke segera mengecup bibir Naruto dan perlahan mulai melumat bibir Naruto. Kali ini Naruto membalasnya dan membuka mulutnya untuk bertukar saliva dengan Sasuke. Hatinya dipenuhi perasaan pada Sasuke dan begitupun sebaliknya.

Lidah Sasuke mulai bergerilya di rongga mulut Naruto dan menyentuh langit-langit mulut Naruto hingga membuatnya geli dan menghembuskan nafas keras. Ia hampir melepaskannya, namun begitu menikmatinya di saat yang sama.

Mereka berdua berpelukan dan Sasuke memejamkan mata. Jantungnya berdebar keras dan ia menikmati ciuman sensual yang dibalas oleh Naruto. Ia telah memiliki hati Naruto seutuhnya dan tak sudi meninggalkan lelaki itu demi lelaki atau perempuan manapun.

Setelah berciuman hampir lima menit, Sasuke melepaskan ciuman dan tersenyum pada Naruto. Ia segera menutup tirai dan menggendong Naruto dengan gaya bridal style. Baginya tubuh Naruto sangat ringan.

Jantung Naruto semakin berdetak keras saat Sasuke menggendongnya. Ia dapat melihat wajah Sasuke dari dekat dan raut wajah itu begitu menenagkan. Tubuh Sasuke terlihat kuat dan otot-otot di lengan Sasuke yang menggendongnya menonjol dibalik kemeja yang dipakainya. Tubuh Sasuke begitu menawan dan begitu kuat, berada di dekat Sasuke membuat Naruto merasa aman.

Sasuke melepaskan kancing kemeja Naruto dan Naruto membiarkannya. Ia telah mempersiapkan diri untuk bercinta dan untuk malam ini Sasuke akan berkuasa sepenuhnya atas tubuhnya.

Kancing kedua terlepas dan memperlihatkan dada bidang Naruto yang membuat Sasuke semakin bergairah. Sasuke melepaskan kancing ketiga dan memperlihatkan bagian atas dari perut Naruto. Namun lelaki itu tiba-tiba terdiam.

Menyadari Sasuke yang tiba-tiba terdiam membuat Naruto bertanya-tanya dalam hati. Mengapa Sasuke terdiam? Dan jika diperhatikan raut wajahnya terlihat bersalah.

"Ada apa, teme?"

Sasuke tak segera menjawab. Lelaki itu terlihat fokus dengan pikirannya. Ia sebetulnya tak terlalu bergairah pada awalnya, namun ia mengajak Naruto melakukannya agar tak membuat lelaki itu heran karena mereka sudah lama tak melakukannya. Namun ia benar-benar bergairah saat sudah berciuman dengan Naruto dan melepaskan pakaian Naruto. Kejantanannya bahkan mulai menegang.

Namun di sisi lain Sasuke telah bersumpah pada dirinya sendiri. Ia adalah lelaki penuh dosa dan ia merasa dirinya telah terlalu banyak berbuat dosa sehingga ia tak ingin melakukan lebih banyak dosa. Ia tak ingin membiarkan dirinya kembali melakukan kesalahan di masa lalu. Ia harus mengubah kehidupan lama nya dan melakukan seks ketika ia telah mengikat janji suci pernikahan dan hanya melakukan bersama pasangan yang telah dinikahinya, itulah sumpah pada dirinya sendiri. Dan harga dirinya terlalu tinggi untuk membiarkan dirinya melanggar sumpahnya sendiri.

"Teme? Kau baik-baik saja?"

Menyadari panggilan 'teme' Sasuke segera tersadar. Teme adalah panggilan sayang yang ditujukan Naruto padanya dan dobe adalah panggilan sayang yang ditujukannya pada Naruto. Panggilan itu sengaja dibuat agar tak sama dengan kebanyakan orang. Dan hanya satu orang yang memanggilnya seperti itu.

"Hn? Aku baik-baik saja."

Sasuke segera menjauh dari Naruto dan berkata dengan suara pelan, "Maaf, aku tak bisa melanjutkannya, dobe."

Aneh, ini benar-benar aneh. Sasuke tak terlihat baik-baik saja dan sangat berbeda jika dibandingkan dirinya yang dulu selalu penuh gairah hingga mengajak Naruto melakukannya hampir setiap hari.

"Eh? Kenapa? Apakah aku kurang memuaskan untukmu, teme? Gomenasai."

"Tidak, kau sangat memuaskan. Namun aku tak bisa melanggar sumpah pada diriku sendiri."

"Sumpah? Kau bersumpah seperti apa, teme?"

"Aku bersumpah untuk tak melakukan seks lagi hingga aku menikah."

Naruto tersenyum mendengar ucapan Sasuke. Sepertinya Sasuke benar-benar telah berubah. Hingga pandangannya akan seks pun ikut berubah. Naruto merasa senang karena ia sendiri sebetulnya tak mengharapkan seks dalam hubungan romansa. Seks yang dilakukannya bersama Sasuke dan yang akan dilakukannya sekarang berbeda. Saat ini hubungan mereka tak lagi berbasis uang.

"Begitukah? Syukurlah. Kuharap kau dapat terus menjaga komitmen mu itu, teme."

Sasuke terkejut dengan reaksi Naruto dan segera meliriknya, "Kau tidak keberatan?"

"Keberatan? Mengapa aku harus keberatan?"

"Kita tak bisa melakukannya."

Naruto tertawa mendengar reaksi Sasuke. Sasuke pada dasarnya merupakan lelaki yang baik dan peduli pada orang lain. Dan lelaki itu telah menujukkan kepribadian aslinya pada Naruto belakangan ini.

"Tentu saja aku tidak keberatan. Aku menghargai apapun keputusanmu. Kau pasti berpikir jika aku munafik dan menjijikan. Namun sebetulnya aku mengharapkan hubungan romansa yang tulus. Dan aku melakukan seks hanya karena pekerjaan. Itulah alasanku untuk mengajarkan kedua adikku agar tak melakukannya sebelum menikah. Karena aku ingin mereka juga menemukan seseorang yang benar-benar menginginkan mereka."

Naruto merasa munafik telah mengatakan hal yang berkaitan dengan moral meskipun ia sendiri sama sekali tak bermoral.

Sasuke memeluk Naruto erat-erat dan menepuk-nepun surai pirang Naruto. Ia memeluk Naruto sangat lama hingga akhirnya mereka berdua melepaskan pakaian.

"Kau ingin mandi terlebih dahulu? Atau aku?"

"Kau saja, teme. Setelah itu giliranku."

"Atau kau ingin mandi bersamaku, hn?" Sasuke menyeringai jahil untuk menggoda Naruto.

"Tidak, teme. Kau harus menjaga komitmen pada dirimu sendiri," tolak Naruto dengan tegas.

Sasuke tersenyum dan segera mengacak rambut Naruto sebelum berjalan menuju kamar mandi dan membersihkan tubuhnya sambil membayangkan wajah Naruto yang tersenyum di benaknya dan ikut tersenyum.

.

.

Naruto dan Sasuke berbaring di tempat tidur setelah membersihkan tubuh dan Sasuke mengajaknya untuk makan malam di restaurant hotel. Naruto benar-benar kenyang dan perutnya terasa seolah akan meledak.

"Perutku benar-benar akan meledak," keluh Naruto sambil mengganti posisi nya menjadi menghadap Sasuke.

Sasuke terkekeh geli dan mengusap-usap kepala Naruto. Makan malam tadi memang menggunakan system All You Can Eat dan Naruto makan sangat banyak. Ia bahkan memegangi perutnya setelah selesai makan.

"Hn? Memangnya aku menyuruhmu makan sebanyak itu?"

"Ah! Jangan tertawa, teme!" pekik Naruto dengan jengkel.

Sasuke tertawa dan kini ia mengelus perut Naruto yang membuncit setelah makan begitu banyak. Ia makan tiga piring nasi, tujuh potong kue dan sembilan scoop ice cream. Benar-benar porsi makan yang luar biasa, bahkan menurut Sasuke sekalipun.

Perut Naruto terasa semakin sakit setelah Sasuke menyentuhnya dan ia segera berguling di kasur untuk menghindari tangan Sasuke. Naruto berguling hingga tanpa sadar ia terjatuh dari kasur.

Sasuke segera mendekati Naruto dan duduk di lantai serta mengulurkan tangan pada Naruto. Untunglah lantai dilapisi karpet sehingga tidak terasa sakit.

"Kau tidak apa-apa, dobe?"

Naruto segera bangkit berdiri sambil mengelus bokong serta kepala nya yang terasa sakit dan terkekeh.

"Hehe... aku tidak apa-apa, kok."

"Kau yakin?"

"Tentu saja. Lantainya sudah dilapisi karpet, jadi tidak terlalu sakit."

Naruto kembali ke kasur dan membaringkan dirinya. Bantal dan kasur yang empuk membuat rasa sakit di kepala dan bokong Naruto tak lagi terasa sakit.

Sasuke membaringkan tubuhnya di samping Naruto. Ia melirik Naruto dengan ekor mata, memastikan jika Naruto benar-benar tidak apa-apa seperti yang dikatakannya.

Ponsel Sasuke berbunyi dan Sasuke segera meraihnya. Ia membaca pesan itu dan tampak terkejut. Pesan itu berasal dari detektif yang pernah ia sewa dan kini kembali ia sewa untuk mengamati Naruko dan Kurama.

"Dobe, waktu itu kau pernah bertemu Naruko dan Kurama?"

"Ya, waktu itu aku bertemu di kedai es dan sepertinya mereka tidak menyadari keberadaanku karena aku duduk memunggungi mereka. Memangnya kenapa?"

"Kau sudah tahu kedua adikmu sekarang tinggal di asrama dan mencari pekerjaan, hn?"

"Ya. Kau sudah memberitahuku, teme. Memangnya ada apa? Mereka berdua sudah mendapat pekerjaan?"

"Hn."

Naruto segera menatap Sasuke dengan antusias. Ia bahkan lupa dengan kepala dan bokong nya yang masih agak sakit.

"Mereka bekerja sebagai apa? Dan dimana mereka bekerja?"

Sasuke menatap Naruto dan segera berkata dengan hati-hati.

"Kau tidak akan senang, dobe."

"Tidak akan senang? Apakah pekerjaan mereka tidak baik?"

"Saat ini Kurama bekerja part time di minimarket dengan gaji sembilan ratus ryo perjam tiga kali seminggu selama empat jam. Sementara Naruko bekerja sebagai pelayan di kelab malam dengan gaji seribu lima puluh ryo mulai dari pukul sembilan hingga tiga pagi selama lima hari setiap minggu. Hari ini merupakan hari pertama Naruko bekerja."

Tubuh Naruto melemas seketika. Ia merasa kesal dan marah hingga mengepalkan tangan erat-erat. Sasuke menunjukkan pesan dari detektif yang masuk ke ponselnya pada Naruto dan Naruto membaca tulisan-tulisan itu lekat-lekat.

Naruto hampir menangis, dada nya terasa berat. Ia tak rela membayangkan kedua adiknya menjalani kehidupan penuh penderitaan. Ia merasa jijik membayangkan lelaki menyentuh dada Naruko atau mengedipkan mata genit ketika Naruko membawakan minuman. Ia mual hanya dengan membayangkannya.

Naruto tak peduli apakah Kurama dan Naruko masih membencinya atau tidak. Namun ia benar-benar peduli pada mereka. Ia tak ingin mereka menjadi pelacur seperti dirinya. Ia yakin Naruko adalah gadis baik-baik dan tak mungkin mau tubuhnya disentuh lelaki hidung belang.

"Dimanakah alamat kelab itu? Ini sudah keterlaluan. Aku tak bisa terus berdiam diri dan mengamati mereka seperti ini," Naruto mengepalkan tangan dan menatap tajam. Tatapannya terlihat penuh amarah, kesedihan dan kekecewaan.

Ini bukanlah kali pertama Sasuke melihat Naruto menunjukkan emosi jika berkaitan dengan Naruko dan Kurama. Sasuke segera menepuk-nepuk punggung Naruto dan berusaha menenangkannya.

Dalam hati Sasuke merasa heran. Rasanya ia baru saja mengirim tiga ratus ribu ryo sekitar tiga minggu yang lalu pada Naruko. Naruto juga mengatakan jika ia memasukkan uang lima juta ryo ke rekening Naruko dan Kurama. Seharusnya uang itu sangat cukup bagi mereka, setidaknya untuk saat ini.

Detektif itu mengatakan jika tak lama setelah Sasuke mengirimkan uang Naruko dan Kurama pergi ke bank untuk memprint buku tabungan mereka. Mungkin saja mereka menemukan sumber dari uang di rekening mereka dan tak menggunakannya lagi.

"Sabarlah, dobe. Kau tidak bisa gegabah seperti ini."

Kata-kata Sasuke sama sekali tak membantu dan membuat Naruto menatap tajam kearahnya. Sasuke tak memiliki adik, namun mungkin ia bisa mengerti perasaan Naruto jika melihat sikap Itachi yang kini cukup protektif padanya. Ia sendiri juga terkejut membaca pesan dari detektif itu dan jika Naruko dan Kurama adalah adiknya, maka ia akan membawa paksa kedua anak itu untuk pulang.

"Kau pikir aku bisa terus diam dan mengamati mereka seperti ini? Kau tahu, mereka berdua dalam masalah dan tak ada yang bisa menolong mereka selain aku. Kau sendiri tahu kelab malam adalah tempat yang seperti apa, kan?"

Sasuke mengangguk, "Hn. Aku tahu. Bagaimana jika malam ini aku pergi ke kelab itu dan mengamati Naruko?"

"Eh? Jangan, teme. Aku saja yang pergi."

Sasuke mengelus rambut Naruto dan mengecup dahi pemuda itu.

"Kau beristirahat saja, dobe. Aku tidak akan melakukan apapun disana. Jangan khawatir padaku."

"Tidak. Ini adikku dan aku tak ingin merepotkanmu karena urusan mereka."

"Mata ne," Sasuke melambaikan tangan sambil tersenyum pada Naruto serta mengambil dompet dan kunci mobilnya. Ia meninggalkan hotel dan menuju kelab yang diberitahu detektif itu serta menghubungi Gaara dan Neji untuk menghabiskan malam di kelab bersama.

.

.

"Sasuke, mengapa kau mengajak kami bertemu tiba-tiba?" ujar Neji ketika ia mendudukan diri di sofa.

Terdengar suara hingar bingar musik di kelab malam dan lampu yang berkerlap-kerlip. Banyak orang menari di lantai danse kelab. Sasuke merasa tidak nyaman di kelab yang menurutnya terlalu ramai, begitupun dengan kedua temannya. Namun ia harus berada di bagian kelab khusus untuk pengunjung umum jika ia ingin mengamati Naruko.

Neji setengah berteriak ketika berbicara dengan Sasuke. Namun Sasuke tak segera menjawab, iris onyx nya mencari sosok Naruko diantara para pelayan.

"Aku hanya sedang bosan," jawab Sasuke dengan asal.

"Bosan? Mengapa kau mengajak kami berada di tempat umum seperti ini, sih? Biasanya kau tidak pernah mau datang ke kelab jika tidak bisa mendapat tempat di lantai VIP," ucap Gaara dengan penuh keheranan.

"Aku hanya ingin mencoba suasana baru. Kalian tidak keberatan, hn?"

Seorang pelayan mengantarkan sebotol red wine dengan tiga buah gelas ke meja Sasuke. Pelayan laki-laki itu menuangkan wine ke dalam gelas. Setelah selesai, pelayan itu segera mengeluarkan sebuah menu berupa foto-foto wanita.

"Apakah tuan ingin memesan jasa hostess untuk menemani anda? Hari ini terdapat seorang hostess baru, ini fotonya," pelayan laki-laki itu menunjukkan foto Naruko dengan makeup tebal hingga wajahnya hampir tak dikenali. Satu-satunya yang dapat dikenali adalah warna rambut yang sama dengan Naruto.

Neji dan Gaara menatap Sasuke. Mereka berdua terlihat sangat ingin memesan hostess, namun Sasuke sering terlihat jengkel dengan Gaara dan Neji yang tampak menikmati kesenangan semu yang diberikan para hostess. Selain itu kedua temannya sering menatap tubuh hostess dan terkadang berpura-pura menyentuh tubuh hostess itu tanpa sengaja. Sasuke tak pernah mengatakan langsung, namun Neji dan Gaara sadar dan mereka tak pernah memesan hostess jika bersama Sasuke.

Sasuke segera menatap kedua temannya dan berkata, "Kalian pesan saja. Aku juga akan memesan malam ini."

Neji dan Gaara saling berpandangan, merasa aneh dengan sikap Sasuke. Neji kembali bertanya untuk meyakinkan, "Kau serius, Sasuke?"

"Hn."

"Kalau begitu kami pesan satu saja. Kau yang tentukan, Sasuke."

Tanpa berpikir panjang Sasuke segera menunjuk foto Naruko dengan tulisan Yoko-chan dibawahnya serta menatap pelayan itu, "Aku pesan yang ini."

Gaara dan Neji melirik foto hostess itu. Hostess itu terlihat masih sangat muda dan sepertinya juga masih amatir. Mereka biasanya tidak memesan hostess seperti itu, namun sesekali mereka juga ingin mencoba sesuatu yang baru.

"Baiklah, tuan. Akan segera saya antarkan."

Sasuke segera melirik Gaara dan Neji yang tampak bergairah dan membayangkan tubuh gadis itu. Jika gadis itu bersedia, mereka berpikir untuk mengajak gadis itu bermalam bersama setelah selesai bekerja, meskipun hal itu tak seharusnya dilakukan.

"Jangan lakukan apapun pada Yoko-chan. Dia adik kekasihku."

Neji dan Gaara seketika menoleh kearah Sasuke. Mereka berdua sudah tahu mengenai perubahan sikap Sasuke yang kini terkesan lebih lembut sejak memiliki kekasih. Mereka juga sudah tahu siapa kekasih Sasuke, namun mereka terkejut karena Sasuke memilih gadis itu.

"Baka. Kenapa kau malah memesan gadis itu? Untuk apa kami membayar kalau tak bisa menikmati kesenangan?" Gaara berdecak kesal.

Sasuke menatap Gaara dengan tajam dan berkata, "Kurasa kau bahkan tak tahu apa definisi hostess."

"Di kelab tidak ada peraturan dilarang meraba-raba, kok," timpal Neji sambil menyeringai sinis.

"Aku tak akan membiarkanmu jika kau berani melakukannya," ancam Sasuke pada Neji. "Dan kalian tak perlu membayar untuk gadis ini."

Neji dan Gaara merasa sedikit tidak enak pada Sasuke. Sasuke membayar penuh untuk gadis ini, namun mereka berdua ikut menikmati saat-saat ditemani gadis itu. Ketika Neji dan Gaara memesan hostess, biasanya Sasuke juga ikut membayar.

"Tidak apa-apa. Kami ikut menikmati waktu bersama gadis itu, kok," ujar Gaara dan Neji.

Naruko menghampiri meja mereka dengan menahan rasa gugup. Rambut pirang nya ditata dengan rapih dengan hiasa rambut yang berkerlap-kerlip. Ia mengenakan dress hitam ketat selutut. Ia bahkan menggunakan softlens berwarna hitam sehingga penampilannya terlihat berbeda dan ia membuat matanya terlihat besar dengan riasan dolly eyes.

Sasuke segera menatap Naruko dan jantung gadis itu berdegup kencang. Tubuhnya terasa kaku dan ia hampir berlari meninggalkan meja itu. Namun ia berusaha menahan profesionalitas, ia harus berpura-pura dan berharap agar Sasuke tak tahu jika ia meninggalkan rumah.

Naruko berharap agar Sasuke tak mengenalinya meskipun ia sendiri mengenali Sasuke. Ia segera mengalihkan pandangan pada dua lelaki disamping Sasuke dan tersenyum lembut.

"Selamat malam, tuan-tuan," ujar Naruko sambil tersenyum meskipun jantungnya berdebar keras.

"Senang bertemu dengan kalian. Namaku Yoko dan malam ini aku akan menemani kalian," Naruko mengucapkan kalimat yang telah dilatih berkali-kali dan tersenyum.

Sasuke mengamati Naruko dan tersenyum. Gadis itu bertemu pandangan dengannya, namun segera mengalihkan pandangan. Jika gadis itu sedang menyamar malam ini, maka ia pun juga akan menyamar dan melindungi Naruko tanpa sepengetahuan gadis itu.

.

.

Naruko merasa benar-benar lelah saat ini. Kemarin ia minum dua gelas alkohol dan ia bersyukur karena dapat tiba di rumah dengan selamat. Ia bersyukur karena Sasuke sama sekali tak mengenalinya dan tak ada kejadian apapun.

Naruko merasa ingin berhenti bekerja dan mencari pekerjaan lain. Di hari kedua bekerja, ia merasa benar-benar malas untuk bekerja. Ia merasa sangat takut mengalami seperti apa yang dialami rekan-rekan kerja nya. Terkadang mereka mendapat klien yang suka meraba tubuh mereka atau menggoda mereka dengan senyum atau tatapan mesum. Mayoritas rekan kerja Naruko terlihat biasa saja dan tidak keberatan, namun berbeda dengan Naruko.

Kurama sudah bekerja sejak seminggu yang lalu dan kini ia jarang berinteraksi dengan anak itu. Mereka mendapat kamar yang berbeda di asrama dan Naruko jarang bertemu dengannya.

Kemarin malam Naruko tidak bisa kembali ke asrama saat subuh dan akhirnya menginap di Capsule Hotel, sejenis hotel berbentuk kapsul yang dapat disewa dengan harga murah. Semalaman ia menangis tanpa bersuara di capsule hotel. Ia tak pernah mengira jika kehidupan diluar sana begitu sulit.

Naruko benar-benar menyesal telah bersikap kasar pada Naruto. Semula ia jijik dengan Naruto, namun kini ia sadar jika lelaki itu memang kakak yang hebat dan bertanggung jawab pada keluarga.

Naruko saja yang sebetulnya masih memiliki uang di rekening merasakan kekhawatiran setiap hari dan ia menjadi lebih pemarah saat menghadapi Kurama dan menyesal setelahnya. Ia kesal karena Kurama terkadang begitu menuntut meskipun ia sendiri tak tega melihat Kurama bekerja hinga memalsukan umur. Naruko juga menangisi kehidupan dan ketakutan meskipun tak seorangpun menyentuh tubuhnya.

Sementara Naruto harus bersekolah sekaligus menghidupi tiga orang dan menyekolahkan Naruko dan Kurama di sekolah swasta terbaik yang mahal serta memberikan uang jajan yang cukup untuk makan siang di kantin sekolah yang harga nya lebih mahal dibandingkan kantin sekolah negeri ketika ia sendiri berusaha menghemat dan menabung uang untuk biaya kuliah Naruko hingga tubuhnya begitu kurus bagaikan kekurangan gizi.

Tak hanya itu, Naruto masih begitu sabar menghadapi kehidupan dan sepanjang ia mengenal Naruto, ia hanya pernah satu kali melihat Naruto marah. Biasanya Naruto selalu menutupi segalanya sambil tersenyum dan mengatakan segalanya baik-baik saja dan mereka tak perlu khawatir.

Naruko sama sekali tak bisa melakukannya. Ia tak bisa mengatakan semuanya baik-baik saja pada Kurama sambil memasang senyum palsu yang terkesan begitu nyata hingga Kurama dan Naruko sempat percaya jika Naruto benar-benar baik-baik saja. Dan ia yang harus menghidupi dirinya dan Kurama saja mengalami kesulitan meskipun ia mendapatkan bantuan uang dari Sasuke. Kemarin Sasuke bahkan memberikan uang tips lima puluh ribu ryo.

Sementara tak ada seorangpun membantu Naruto sebelum bertemu Sasuke. Sasuke sendiri memberi uang pada Naruto karena ia menjajakan tubuhnya. Jika Naruto tak menjajakan tubuhnya, maka tak seorangpun memberikan uang padanya. Dan Naruko tak bisa membayangkan bagaimana perasaan yang sebetulnya dirasakan Naruto setiap hari.

Malam ini Naruko kembali berangkat ke kelab malam dengan shinkansen. Ia menahan diri untuk tak menangis sepanjang perjalanan dan mendengarkan lagu. Ketika shinkansen berhenti di stasiun tujuan, Naruko keluar dari kereta sambil berjalan pelan. Ia sangat takut dan ia tak bisa mengharapkan siapapun.

Naruko terus berjalan menuju kelab yang belum buka. Ia telah membawa pakaian ganti di dalam tas dan hiasan rambut serta kosmetik. Ia membuka pintu kelab dan masuk ke dalam serta menuju ruang ganti yang terdapat di lantai tiga.

Hari ini Naruko mengenakan dress putih dengan payet berkilau dan kembali menata rambutnya. Hari ini ia sengaja menggerai nya dan menyisir dengan rapih. Ia memakai kosmetik di wajahnya dan setelah ia memastikan wajahnya sudah sempurna, ia menaruh barang-barang di dalam lokernya.

Seorang wanita berusia dua puluh awal yang merupakan rekan kerja Naruko berpapasan dengannya dan tersenyum.

"Wah, kau cantik sekali, Yoko-chan."

Naruko tersenyum pada wanita itu. Wanita itu sangat cantik dan Naruko tak percaya jika ia berusia dua puluhan jika wanita itu tak menyebutkan usia saat memperkenalkan diri. Wanita berambut coklat dengan tubuh sexy dan dada besar itu mengaku jika ia bernama Rumi, namun Naruko tak yakin jika itu adalah nama sebenarnya.

"Tidak. Kau jauh lebih cantik, Rumi-senpai."

Rumi tersenyum pada Naruko dan berkata, "Kau bisa menjadi hostess terkenal, lho. Kemarin aku sempat melihatmu dan aku mengerti jika kau gugup. Namun kau harus lebih menutupinya dan bersikap sewajar mungkin. Bersikaplah seakan para tamu itu adalah sahabat-sahabatmu dan lakukan hal-hal yang membuat merka senang. Ingatlah, pekerjaan kita ini 'menjual mimpi'."

Naruko menganggukan kepala. Kemarin hostess senior dan mama-chan (manager wanita) memang memberikan pengarahan pada Naruko. Namun ia masih merasa gugup ketika mempraktikannya.

"Arigatou gozaimasu, Rumi-senpai."

Rumi mendekati wajahnya ke telinga Naruto dan setengah berbisik, "Ini hanya saran dariku. Namun jika kau bertemu klien yang menyentuh tubuhmu meskipun mereka berpura-pura tidak sengaja, kau harus tetap tersenyum dan jangan bersikap seolah kau keberatan. Selama di kelab, kita harus mengedepankan kenyamanan dan kepentingan klien. Lalu jika ada klien yang mengajakmu douhan (kencan di siang hari, biasanya tanpa seks) maka sebaiknya kau terima saja. Itu tips agar kau cepat menjadi hostess top di kelab ini."

Rumi tersenyum pada Naruko yang menurutnya manis. Ia sedikit kasihan pada gadis high school yang sepertinya gadis lugu dan bukan tipe gadis yang menjadi hostess demi mendapat uang agar bisa hidup mewah dan membeli barang-barang mahal. Ia sendiri akan pensiun tahun depan dan mengejar impian sebagai wanita karier yang bekerja di kantor meskipun saat ini ia adalah hostess top di kelab. Maka ia tak keberatan memberikan tips pada Naruko yang baru saja hendak memulai karier sebagai hostess.

Naruko merasa ingin menangis mendengar ucapan Rumi. Awalnya Naruko berpikir bekerja sebagai hostess hanyalah mengantarkan minum atau makanan seperti pelayan restaurant, hanya saja gaji nya lebih besar karena harus bekerja di kelab malam.

Tak ada pilihan bagi Naruko selain berusaha menjadi hostess top dan bertahan demi uang. Ia dihadapkan pada situasi yang sama dengan Naruto dan ia memilih jalan yang tak jauh berbeda. Kini ia juga menjadi sama menjijikannya seperti Naruto.

.

.

Naruto berangkat menuju kelab yang diberitahukan Sasuke ketika jam menunjukkan pukul sepuluh. Kemarin Sasuke mengatakan jika ia pergi ke kelab bersama kedua teman nya dan ia dengan sengaja menyewa jasa Naruko. Naruko terlihat agak gugup, namun kedua teman Sasuke terlihat sangat puas dengan gadis itu dan bahkan membelikan beberapa gelas alkohol.

Naruto segera memparkir mobilnya dan memasuki kelab itu setelah melewati pemeriksaan keamanan. Sasuke akan tiba ke kelab dalam lima belas menit dan Naruto segera masuk serta duduk di bar.

"Aku pesan segelas martini," ujar Naruto pada bartender.

Tatapan Naruto mengarah ke sekeliling ruangan itu. Ia hanya pernah sekali pergi ke kelab malam ketika teman-teman mengajaknya dan saat itu ia libur karena kelab juga sedang libur.

Naruto dengan cepat menemukan Naruko yang sedang melayani seorang pelanggan laki-laki sendirian. Ia berusaha menahan diri untuk tetap duduk diam dan mengamatinya meskipun ia merasa kesal.

Tempat Naruko melayani pelanggan dan tempat Naruto duduk tidak begitu jauh. Naruto mengamati Naruko dan lelaki tua yang berusia enam puluh awal itu sambil meminum martini pesanannya. Naruko tertawa dan lelaki itu sejak tadi mengamati belahan dada Naruko.

Naruto telah menghabiskan martini nya dan ia memesan gelas martini kedua. Ponsel Naruto berbunyi dan terdapat sebuah pesan dari Sasuke.

From : Teme

Maaf, dobe. Mobil ku tidak bisa di starter dan aku baru saja berangkat. Aku meminjam mobil onii-san ku.

Naruto tak menjawab pesan Sasuke. Ia tak ingin menganggu Sasuke yang sedang mengemudi dengan mengirimkan pesan atau menelpon.

"Kyaaa! Tolong aku!" terdengar suara teriakan Naruko.

Para pengunjung kelab segera melihat kearah Naruko. Lelaki tua itu telah mabuk dan kini membaringkan tubuh Naruko di sofa. Lelaki itu mencium leher Naruko dan tangan nya masuk ke dalam pakaian Naruko serta meremas payudara Naruko dengan satu tangan sambil menahan tangan Naruko dengan tangan lain nya.

Naruko meronta-ronta dan hampir menangis. Ini merupakan pelecehan dan beberapa hostess senior serta mama-chan telah mengatakan untuk menolak jika klien sampai mencium leher dan meremas payudara.

Laki-laki tua itu sudah mabuk dan kini ia menyingkap rok Naruko dan celana dalam Naruko hampir terlihat ketika laki-laki itu tiba-tiba tersungkut dan kepala nya membentur meja.

Naruko terbelalak ketika ia bertemu pandang dengan Naruto yang segera menuju meja itu dan menyelamatkannya sebelum petugas keamanan datang. Ia sudah pasrah dengan apapun yang akan dilakukan lelaki tua itu sebelum siapapun menyelamatkannya.

Lelaki tua itu segera bangkit berdiri dan berbalik. Ia telah mabuk dan tenaga nya sangat kuat Ia meninju wajah Naruto hingga memerah dan Naruko hanya dapat membelalakan mata. Ia takut dan terkejut.

"Jangan sentuh gadis itu dengan tanganmu, brengsek!" bentak Naruto dengan emosi yang telah menguasai pikirannya. Ia bahkan tak peduli jika sebetulnya ia tak terlalu menguasai kemampuan bela diri dan tenaga nya sama seperti rata-rata pria lain yang seusia dengannya.

Naruto benar-benar emosi. Ia meninju wajah lelaki tua itu dan menendangnya, serta beberapa kali melayangkan tinju ke tubuh dan kepala lelaki tua bertubuh besar itu.

"Kau pikir siapa dirimu, bocah kurang ajar?!"

Naruto melirik Naruko yang tampak ketakutan dan berkata, "Pergilah, Yoko-chan."

Naruko terkejut, ia tak mengira Naruto bahkan mengetahui nama samarannya di kelab. Naruko tak dapat berpikir dan ia segera menghampiri para hostess lain.

Lelaki tua itu mengambil botol minuman beralkohol dan menghantamnya berkali-kali ke kepala Naruto hingga kepala Naruto berdarah. Merasa tak puas, ia bahkan menendang tubuh Naruto dan menginjak-injaknya. Naruto tak bisa melawan, kepala nya terasa pusing dan sakit. Lelaki tua itu sangat kuat karena sedang mabuk dan Naruto tak bisa bergerak. Ia berusaha bangkit bediri, namun lelaki tua itu menendang dada Naruto.

Semua orang memandang lelaki tua itu dan mulai terjadi keributan di kelab. Beberapa petugas keamanan segera menghampiri lelaki tua itu dan menahannya serta membawanya pergi. Beberapa pelayan kelab menghampiri Naruto yang hampir pingsan dengan kepala yang terus berdarah dan nafas yang sesak dan segera memanggil ambulance.

Naruko segera menghampiri Naruto dan mengenggam tangan Naruto sambil menangis. Ia tak peduli jika setelah ini ia akan dipecat dari pekerjaannya sebagai hostess ataupun pakaiannya yang basah terkena daraha atau tumpahan cairan.

"Kau.. tidak apa-apa, Naruko?" gumam Naruto dengan suara yang hampir tidak terdengar meskipun musik telah berhenti. Kepala Naruto berputar-putar dan ia bahkan tak bisa melihat wajah Naruko dengan jelas.

Naruko tak berani memeluk tubuh Naruto dan ia hanya mengenggam tangan lelaki itu erat-erat. Ia masih tak habis pikir, bagaimana bisa Naruto menanyakan dirinya setelah kondisinya seperti ini?

"Tolong... bertahanlah, Naruto-nii," ucap Naruko sambil meneteskan air mata.

Tatapan Naruto semakin buram dan hal terakhir yang dilihatnya adalah Naruko yang menangis sambil mengguncang bahu nya. Perlahan ia memejamkan matanya dan mendengar suara teriakan Naruko di telinganya.

-TBC-

Author's Note :

Author update fict ini karena udah memenuhi target review di fanfiction.net . Jadi, target review untuk chapter depan 700 review di ffn.

Oh ya, kemungkinan besar chapter depan itu chapter terakhir. Thanks buat review n



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top