2

Baca 👉 vote 👉 coment biar author gak ngenes, ya, karyanya gak ada yang mengapresiasi. Gak bayar kok, di jamin gratis kasih vote dan komen😷.
Dan buat yang gak dapet diskon ebook aku angkat tangan, hihi.. Gak tau tuh kenapa google pilih kasih gitu. Tapi emang kadang ada beberapa kasus.
Oh, iya cerita ini beda dengan yang pernah di bandingkan ya. Aku jamin gak nyesel meski temanya sama. Tema sama itu umum, yang dilarang itu menjiplak, dan inj tuangan imajinasiku.
Mm, cerita ini mature juga. Wkwk, tar aku sensor sebagian dan hanya akan ada di ebook/pdf dan buku.
Untuk buku, kisaran harga 90k, dengan tebal hal 300-an. Makin murah?? Yah kan biar kalian beli, hihi. Tar dapat bonus 3 extra sama gift cantik lagi. Hayo gimana gak untung tuh.

❤Happy Reading❤


Scarlett mematut diri untuk terakhir kalinya di depan cermin, untuk ke sekian kalinya di rumahnya di adakan acara makan malam untuk menyambut keluarga calon suami yang di persiapkan orang tuanya.

Tarikan nafas panjang terdengar, rasanya langkahnya begitu berat saat menapaki satu persatu anak tangga untuk mencapai lantai bawah. Suara tawa dari orang-orang yang berbincang dari ruang tengah terdengar, sebelum akhirnya berubah hening oleh kedatangannya, dan bukan tatapan kagum yang menyambutnya melainkan tatapan terkejut seperti adegan sepuluh kejadian yang sama.

Ia duduk di kursi kosong yang telah di siapkan berhadapan dengan pria yang menatapnya dengan kening berkerut. Kepalan tangannya di balik lengan bajunya mengencang, sekuay tenaga ia bersikap biasa saja dan tak terlihat gugup, menyunggingkan senyum walau ia yakin terlihat di paksakan.

Yah, ia tak memiliki harapan pria di depannya ini mau menikahinya. Tak menunggu mereka keluar dari rumahnya pun Scarlett tau apa yang akan terjadi nanti, melihat pria itu tak mengatakan sepatah kata pun, hanya sesekali menjawab pertanyaan yang di ajukan padanya seperti dirinya.

Andai saja ia bisa seceria dan sepintar adiknya yang pandai bergaul dan mencairkan suasana hingga mudah sekali di sukai orang lain, mungkin ia tak akan semenyedihkan ini.

Para tamu mulai keluar dari rumah dan mereka semua__ia dan keluarganya kini terdiam, menunggu dengan antipasi telepon datang untuk membatalkan perjodohan. Tanpa saling berkata-kata pun mereka masing-masing bisa menebaknya dari air muka pria tadi.

Suara dering ponsel memecah kesunyian, namun bukan ponsel ayahnya seperti biasanya, itu adalah ponsel yang tergeletak di atas sofa, tempat pria itu__calon suami yang di pilihkan orang tuanya tadi duduk, kini berbunyi dengan keras. Tampaknya ponsel itu tertinggal, dan mau tak mau karena paksaan sang ayah ia harus bergegas menyusul keluarga yang baru saja keluar tadi untuk mengembalikan ponsel itu.

Tepat saat Scarlett keluar ia menemukan mereka masih berada di depan mobil mereka dan tampak ... berdebat.

"Apa kalian sudah gila! Ingin menikahkanku dengan gadis jelek seperti itu?! Yang benar saja." Suara itu terdengar jelas di telinga gadis itu.

Ia hanya mampu mematung di tempatnya, mendengarkan perdebatan mereka, bagaimana pria itu menghinanya dan bagaimana orang tua pria itu terus meyakinkan jika menikahinya tak seburuk itu, karena mereka membutuhkan dukungan ayahnya untuk memenangkan sebuah kasus yang kini menjerat putra sulung mereka.

"Kau bisa menceraikannya setelah kakakmu terbebas nanti. Kami mohon, mengertilah." Ibu pria itu kembali membujuk putranya yang terlihat begitu emosi.

"Yang benar saja?! Dia yang bermasalah dan aku yang harus kalian korbankan! Aku menolaknya! Aku tidak akan pernah menikahi wanita buruk rupa itu! Menjijikan!"

Genggaman Scarlett pada ponsel di tangannya menguat, ia hanya mampu berdiri di sana bahkan sampai mereka bertiga pergi. Ia merasa marah namun tak dapat meneriakan kemarahannya karena ia tak memiliki cukup keberanian, ia juga tak bisa mempermalukan ayahnya jika ia memaki pria itu, jadi yang bisa dilalukannya hanya diam seperti orang bodoh.

"Apa kau bodoh?! Kenapa kau membiarkan mereka pergi begitu saja setelah menghinamu?!"

Suara berat dengan nada dingin dari belakangnya mengejutkan gadis itu. Scarlett berjenjit dan sontak berbalik menatap pria yang berdiri tak jauh darinya, hanya terpisah pagar yang memisahkan rumah mereka.

Suasana hatinya sudah buruk. Ia tau jika pada akhirnya rencana perjodohan kali ini akan batal seperti sebelum-sebelumnya, tapi mendengar sendiri bagaimana penghinaan yang ditujukan padanya rasanya sangat buruk, dan lebih buruk saat ia tak berdaya dan hanya mampu diam saja seolah tak mendengarnya. Ia pun tau jika ia bodoh. Namun, mendengar pria ini mengatainya secara terang-terangan di depan wajahnya, ia merasa tersinggung!

"Itu bukan urusanmu!" Ia melotot dan berharap membuat wajah segalak mungkin sebelum berbalik pergi meninggalkan pria yang menatapnya dengan alis terangkat dan terlihat sedikit geli. Ia bersumpah sempat melihat sudut bibir pria itu berkedut meski wajahnya tetap datar seperti sebelumnya.

Apa-apaan pria itu?! Sapaan pertama yang ia dapat dari tetangga barunya adalah kata-kata pedas. Ternyata selain dingin dan tampan dengan mata tajam, pria itu juga bermulut tajam. Persis seperti Arron yang ada di novel My Sexy Man karangan penulis bernama MissQuenn.

(Note : Yang punya kontak aku dan pernah baca SW aku pasti nyadar siapa si Miskin di sini 😂)

Ia mungkin tak bisa membalas kata-kata pria yang telah menghinanya tadi karena takut mencoreng nama baik ayahnya. Namun, bukan berarti ia tak bisa membalas sedikit saja pria itu. Lagi pula jika bukan demi adiknya ia pun tak sudi menikah dengan pria pendek yang dari wajahnya saja sudah bisa ia tebak tipe-tipe pria manja yang mengandalkan kekayaan orang tuanya. Jadi ia melampiaskannya pada ponsel ditangannya. Ia mebantingnya hingga hancur menjadi beberapa bagian dan menginjaknya dengan segenap kekuatan, membayangkan jika ponsel itu adalah si pemilik sialannya.

Terlalu fokus pada balas dendamnya ia melupakan tetangga menyebalkan tapi juga tampan, yang ternyata tengah menonton aksi konyolnya dengan wajah penuh minat. Malu bercampur perasaan semakin kesal pada pria itu ia memilih mengacungkan jari tengahnya sebelum benar-benar berbalik pergi masuk ke dalam rumah.

**

Ini adalah hari minggu, sejak pagi tadi Scarlett sudah bersiap, seperti hari minggu-minggu biasanya ia dan keluarganya akan pergi bersama ke gereja. Saat ini mereka tengah berada di meja makan untuk sarapan sebelum berangkat.

"Ayah, aku tidak ingin menikahi pria itu." Scarlett memberitahu ayahnya yang baru saja ikut bergabung dengan koran ditangannya.

Tatapan mereka semua sontak mengarah padanya. Dengan wajah santai ia menjelaskan. "Aku mendengar secara langsung pria itu menghinaku semalam."

"Bagaimana ia menghinamu?" yang bertanya adalah ayahnya, dari air mukanya Scarlett tau sang ayah tengah menahan kemarahannya, melihat dari cengkraman yang menguat pada koran di tangannya.

"Dia mengatakan tak sudi menikahi wanita buruk rupa sepertiku dan ia juga mengatakan aku menjijikan."

Suasana benar-benar hening. Charlotte yang biasanya terlihat membencinya pun karena dirinya yang menghalanginya untuk menikah dengan tunangannya pun terdiam dengan wajah marah. Yah, mungkin adiknya memang kesal padanya karena dirinya menghalangi kebahagiaannya tapi bukan berarti senang mendengar orang lain menghinanya. Terbukati oleh kata-kata yang diucapkan adiknya itu.

"Dia pikir siapa dia, mengatakan hal seperti itu! Ayah, aku dengar jika anak sulung keluarga itu tengah tersandung kasus, jangan pernah membentu mereka! Biarkan saja sodara pria brengsek itu membusuk do penjara."

Scarlett memangdang adiknya penuh rasa terimakasih, meski adiknya kembali berpura tak acuh setelah mengatakannya.

Ayah mereka mengangguk tanpa kata. Ia melihat ibunya menepuk pundak ayahnya untuk sedikit meredakan kemarahannya dan itu berhasil, ayahnya sedikit tersenyum pada istrinya itu meski wajahnya masih datar.

"Ayo, kita berangkat."

Mereka semua keluar dari rumah dengan perasaan sedikit lebih baik. Namun, seketika membeku melihat pemandangan yang di suguhkan tetangga baru mereka.




Tbc..

**

18 April 2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top