T W O | Awal yang buruk.
Mawar POV
S A T U Tahun Kemudian.
Bel istirahat berbunyi dengan kencangnya.
Aku berjalan keluar kelas bersama Hana, sahabatku.
Kami duduk dipinggir lapangan.
"Ata! Ata!" Seisi sekolah meneriaki nama pria yang sangat bersinar kalau lagi dilapangan, tapi redup kalau masalah pelajaran.
Aku dapat melihat jelas Ata sedang berlari kesana kemari bermain basket.
"Makin hari Ata makin keren ya? Makin bersinar!." Bisik Hana padaku. Aku segera meliriknya, sejak kapan dia puji-puji Ata? biasanya selalu dicemooh.
"Bukannya pernah ada yang bilang sama gue 'Ngapain sih masih aja mau deket-deket sama bad boy kaya Ata, suka gonta-ganti pacar, nilainya jelek, cuek pula." Kataku memperagakan bicaranya Hana. Ia terkekeh.
"Itukan setahun lalu, waktu masih kelas satu, waktu dia belum bersinar kaya gini." Katanya menyenggol pundakku.
"Berenti bilang 'bersinar' deh. Geli dengernya." Kataku pura-pura merinding. Hana menatapku tertawa.
Hana adalah sahabatku selain Ata. Berbeda dengan Ata yang sudah menjadi sahabatku dari kecil karena kita tetanggaan, kalau Hana adalah teman satu bangku dari kelas satu SMA.
"Mawar!!" teriak cewek-cewek cantik memelukku dari belakang. Aku tersenyum menyapa mereka.
"Udah makan?" Tanya mereka satu persatu.
Ya, beginilah kalau disekolah. Menjadi salah satu anggota kelompok genk yang popular di sekolah, ketua cheerleaders, ranking pertama dalam dua tahun berturut-turut, hanya satu sih kekurangannya, status single yang masih melekat. Percaya atau enggak, aku belum pernah pacaran sama sekali. Bukan selera terlalu tinggi, apalagi bukan karena ga ada yang pdkt, tapi ada sebuah rahasia kecil yang belum terungkap.
Beda sama Ata, di awal tahun sekolah awalnya dia masih pendiam, tapi lama kelamaan play boy nya mulai terdengar, gak salah sih, Ata tuh lumayan ganteng, meskipun kulitnya hitam manis, dia punya pesona yang menbuat wanita tertarik sama dia, jadi wajar banyak yang suka, tapi dia itu banyak tingkah, dia bukan pria bodoh seperti yang dikenal banyak orang, terbukti dia dulu sering banget ngajarin aku belajar sejak SD sampe SMP dia selalu jadi urutan pertama dan aku berusaha mati-matian ngalahin dia, dan gak tau kenapa, tiba-tiba aja dia jadi kaya gini. Seisi sekolah sempet geger ngira kalau aku sama Ata pacaran waktu ketahuan sering berangkat sekolah bareng, dan mereka semua bilang Ata gak pantes buat aku. Tapi semuanya jelas begitu aku bilang aku sama Ata itu sahabatan, dan kita tetanggaan.
Akhir-akhir ini Ata jadi sering jadi bahan gossip cewek-cewek disekolah. Akibat permainan basketnya. Sekarang dia udah jadi ketua tim basket pria, jadi ada nilai tambah buat dia, meskipun nilainya masih belum meningkat sedikitpun.
Seperti sekarang aja nih, tiba-tiba semuanya jadi ngomongin orang yang lagi main basket itu. Kalau dulu aku selalu diomongin, jangan mau deket-deket sama Ata. Sekarang, aku dibilang beruntung bisa deket sama Ata.
Begitulah manusia, mudah berubah.
Aku hanya tertawa mendengar percakapan yang sama sekali gak penting.
Mereka semua seolah mencari apa saja keahlian Ata lainnya yang akan membuat semua orang tercengang lagi, apa kesukaannya, dan sebagainya.
Namun...
tiba-tiba aja pandanganku buram.
...//...
Lagi-lagi harus dilarikan kerumah sakit.
Kali ini aku terbangun dengan pemandangan berbeda.
Ayah, Bunda dan Bang Marvel terlihat muram mendengarkan penjelasan dokter dipinggir ranjang.
Mereka belum menyadari kebangunanku.
Terdengar dengan samar.
"......semakin memburuk."
Percakapan itu dihentikan saat Bang Marvel menyenggol lengan ayah.
Spontan semua menatapku.
Bunda tersenyum menatapku, sedang ayah berjalan bersama dokter keluar.
Bang Marvel tersenyum, tak seperti biasanya.
Bunda berjalan mendekatiku, dan memelukku erat.
"Bunda janji, semuanya akan baik-baik aja. Bunda janji." Bisik Bunda dalam pelukan. Pelukannya semakin erat.
"Bun.." Panggilku. Bunda tak menjawab. Pelukannya semakin erat dan kemudian terdengar isakkan.
Aku menatap Bang Marvel, ia hanya tersenyum.
Aku benar-benar gak suka dengan suasana ini.
...//...
Semuanya masih terdiam bahkan setelah berjam-jam didalam ruangan.
Ayah berkali-kali keluar masuk ruangan tanpa sepatah katapun sembari member sinyal bahasa tubuh pada Bunda.
Hingga malam tiba, dan aku mulai muak melihatnya.
"Sebenernya Mawar kenapa si Bun?" kataku kesal.
Bunda menghampiriku lagi, ingin mengelus kepalaku.
Aku menepisnya, bukan aku tak sopan. Aku hanya lelah setiap pertanyaan ku hanya dijawab dengan helayan tangannya atau pelukan atau tangisan atau juga senyuman yang tak aku mengerti.
Bunda melirik Ayah.
Ayah mendekati ranjangku.
"Jangan yah, bukan sekarang." Bang Marvel mendekati ayah.
Ayah hanya menghela nafasnya.
Ia memberikanku sebuah amplop coklat besar berlogo rumah sakit diluarnya.
Aku mengerutkan keningku. Lalu membuka amplopnya.
Aku melihat hasil pemeriksaan seluruh tubuhku. Aku menghela nafasku begitu melihat sebuah kertas putih tertulis dengan banyak nya penjelasan-penjelasan ilmiah yang tak ku mengerti, namun aku dapat memastikan bahwa ini bukan sesuatu yang baik.
Aku menghela nafasku menatap Ayah, meminta penjelasan.
"Mawar..." ayah memulai kalimatnya.
"Yah..." potong Bang Marvel yang Nampak kesal.
"Maaf Marvel, namun lebih cepat lebih baik." Ayah menatap lemah Bang Marvel, sedang ia terlihat kesal dan berlalu keluar ruangan.
***
Author Notes:
Maaf membuat berita duka secepat ini, diawal-awal chapter. :')
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top