T H R E E | Kenapa sakit?
Mawar POV
Hari demi hari ku lewati di rumah sakit.
Seminggu penuh sudah menjalani hari-hari paling menyebalkan dalam hidupku.
Kenapa juga semua ini terjadi setelah satu tahun lamanya berlalu.
Bodoh juga baru menyadari sakit kepala yang hampir setiap hari kurasakan ternyata sesuatu yang membahayakan.
Terlebih sakit punggung yang ku kira hanya pegal karena melakukan berbagai aksi akrobat sekedar split, heelstretch, scorpion atau melompat diudara.
Aku tak ingin membahas apa penyakitku, atau berapa lama lagi aku akan hidup?
Mendengarnya saja membuatku ingin melompati pagar pembatas ini sekarang juga.
Aku menatap langit yang begitu cerah.
Akankah besok aku masih bisa melihat sinarnya?
"Kenapa masih disini? Panas tauk." Katanya memayungiku. Aku segera menolehnya.
"Cuma setangkai?" aku menatap bunga matahari yang ia bawa.
Ia duduk disebelahku, dengan segera ku sandarkan kepalaku yang terasa berat dibahunya, sembari memainkan bunga yang baru saja ia bawakan.
"Satu persatu kan jadi banyak." Tawanya. Aku selalu bertanya hal yang sama setiap ia memberikan setangkai bunga matahari padaku, namun dia selalu punya banyak jawaban, entah ada angin apa kemarin ia bilang, tangannya hanya sanggup membawa setangkai, belum lagi jawabannya yang super aneh, bahwa bunga matahari yang ia lihat hari itu hanya satu tangkai yang indah, sedang lainnya tidak.
"Setiap hari kesini gak bosen?" tanyaku. Ia menggeleng dengan memperlihatkan giginya.
"Setiap hari nginep disini gak bosen?" tawanya lagi. Aku hanya terkekeh mendengar ucapannya.
"Gak sama Jasmine?" tanyaku melihatnya sekarang sendirian. Dia menggeleng.
"Kenapa si selalu tanya dia? Jelas-jelas setiap gue kesini selalu sendirian." Kesalnya menggeser pundaknya membuat kepalaku terjatuh.
"Lagi marahan?" ledekku. Dia hanya mendengus kesal. "Setiap marahan sama pacar, larinya ke aku. Giliran lagi asik, lupa sama aku." Tawaku meledeknya. Ia mengelus rambutku.
"Sejak kapan gue lupa sama lo? Ngaco deh!." Katanya mendengus kesal.
"Sejak kapan sih Ata jadi play boy?" kataku meledeknya.
"Kenapa si semua orang bilang gue playboy? Gue kan cuma cepet dapet pacar setelah putus, bukan punya banyak pacar! Sekarang kenapa juga lo harus ikut-ikutan?" katanya menggembungkan sebelah pipinya.
"Aku cuma nanya, temen-temen tuh nanya ke aku, kenapa kamu jadi playboy? Apalagi mantan-mantan kamu tuh, sering deketin aku cuma mau tanya-tanya tentang kamu. Bete aku." Aku mengerutkan bibirku.
"Gue bukan playboy." Katanya ketus.
"Bad boy?" celutukku.
"Mawar......" panggilnya melirikku jengah. Aku hanya tertawa melihatnya. "Lo kan tau gue gak seburuk itu."
"Tapi yang mereka lihat, kamu tuh gak sebaik yang aku lihat." Aku mengacak rambutnya.
"Perduli banget sama omongan mereka." Katanya memayunkan bibirnya.
"Mulai sekarang kamu harus perduli sama mereka." Kataku menepuk pundaknya.
"Kan ada lo, yang selalu mengerti gue." Katanya menaik turunkan alisnya.
"Kita kan gak akan selamanya bareng Ta." Aku menatap langit yang setengahnya tertutupi payung.
"Enak aja, kita harus bareng-bareng terus lah. Kemanapun lo pergi, gue akan ada di samping lo." Ata mengacak rambutku. Ia tersenyum dengan sangat lembut.
"Berarti kalau nanti aku dikubur, kamu harus ada disamping aku ya." Ledekku.
"Dih ogah amat. Kenapa juga sih harus bahas gituan disini. Bikin horror!" Katanya berdiri. Dia menjulurkan tangannya. "Yuk! Udah mau tengah hari nih. Panas tauk." Aku segera meraih tangannya untuk bangun.
"Kenapa si suka banget deket-deket sama matahari? Biasanya cewek kan sebel sama matahari." Tanya Ata menutup payungnya. Berjalan menuruni tangga.
"Kenapa Ta? Takut tambah hitam ya?" Tawaku. Dia hanya melirikku sinis. "Kan aku udah bilang, aku suka sama matahari." Lanjutku.
"Gue tau, lo itu suka bunga matahari, tapi bukan matahari yang di langit juga, itu kan panas." Aku hanya tersenyum mendengar ocehannya. "Tau gak bunga yang paling aneh itu bunga apa?" katanya menatapku serius.
"Aku." Kataku kesal. Ah ini sih kebiasaan Ata kalau lagi ngomongin tentang bunga. Dia tertawa.
"Lo mah penghianat, mana ada mawar sukanya sama matahari." Katanya mengacak rambutku.
...//...
"Dari atap lagi?" Tanya Bunda yang sedang merapihkan ranjang. Aku hanya tersenyum menggaruk kepalaku yang tak gatal.
"Bun, kenapa sih Mawar suka banget matahari?" Tanya Ata membanting tubuhnya di sofa. Bunda hanya tertawa tiap kali Ata menanyakan hal itu.
"Bunda salah kasih nama kali ya?" Tanya Ata yang kini menuang minuman dingin.
"Itu makanannya dimakan sebelum dingin." Bunda tak menjawab pertanyaan Ata. Aku segera duduk disebelahnya.
"Coba tiap hari mami Ata bisa masak kaya bunda. Ah, Ata jadi anak bunda aja deh." Katanya kini mulai melahap makanan buatan bunda yang ada dimeja. Orang tua Ata sibuk urusan bisnis, jadi jarang dirumah. Hampir tiap hari Ata kerumah, sampai-sampai ikutan panggil Bunda.
"Kalau Ata nikah sama Mawar kan Ata bisa jadi anak bunda." Ledek bunda kali ini.
"Boleh juga." Katanya mengangguk-angguk.
"Bercandanya gak lucu." Aku bangun dari sofa dan berjalan ke ranjang.
"Kok Mawar pergi? Sini duduk samping calon suami." Katanya memukul sofa disampingnya yang kosong.
"Pantesan aja anak bunda jomblo terus ya, galak sih." Ledek bunda.
"Salah Bun, Mawar mah banyak yang suka, tapi dia mah sok jual mahal, makanya jomblo terus." Tawa Ata.
"Sok tau deh Ata." Kataku sembari memainkan handphone diatas ranjang.
"Kalau Ata, Ata suka gak sama anak bunda?" Tanya bunda membuat ruangan hening sebentar.
"Hahahaha!" tawa Ata menggema dalam ruangan. "Ya enggak lah Bun, Ata kan tau Mawar kaya gimana dari kecil. Dulu aja pernah mandi bareng, masa bisa suka?!. Dia mah disekolah aja sok cantik, pinter, baik, padahal kalo dirumah kan cengeng, terus jorok jarang mandi." Tawa Ata sekaligus bunda bersamaan.
"Sst.. Ata jangan bilang temen-temen di sekolah ya." Ledek Bunda.
Tiba-tiba saja dadaku sesak.
Bukan, bukan sebuah sakit yang biasa ku rasakan.
Wajahku memerah.
"Mawar ke toilet dulu." Kataku tanpa ekspresi berlalu pada keduanya.
"Mawar kan toiletnya ada didalam." Kata Bunda melihat langkahku keluar ruangan.
"Yang diluar aja." Singkatku.
...
"Mau kemana?" Tanya Bang Marvel baru datang di depan pintu. Aku tak menjawab dan berlalu.
Aku menatap wajahku di cermin.
Bertanya pada diriku sendiri. "Kenapa sakit ya?"
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top