N I N E | Kedatangan Jasmine

Mawar POV.

Kembali pada kenyataan bahwa aku memang harus berada di tempat ini.

Aku menatap langit ruangan dan tersenyum miris.

Tepat dua hari lalu, aku dipindahkan ke rumah sakit Jakarta.

Tidak boleh ada yang menjengukku.

Mungkin karena saat itu aku belum juga sadar.

Aku membangunkan diriku, duduk di kasur menatap ruangan yang kosong.

Entah mereka semua kemana.

Bahkan sejak bangunpun aku tak menemukan seorangpun menungguiku.

Apakah mereka semua terlalu sibuk? Ah kenapa juga aku menyusahkan mereka. Kenapa aku menjadi beban seperti ini?

Bahkan aku tak melihat Ata sedetikpun. Kemana dia?

Grek.

Pintu ruang kamarku tergeser pelan.

Seseorang muncul di balik gorden kamar rumah sakit.

"Jasmine?" Tanyaku heran sekaligus terkejut.

"Hai Mawar. Seneng bisa lihat kamu sudah sadar." Katanya yang entah benar atau tidak. "Ini titipan dari Ata." Ia memberikan sebuket bunga matahari berwarna-warni. Aku tersenyum menatapnya.

"Ata gak pernah kasih aku bunga secantik itu." Kataku terkekeh. Megingat Ata hanya memberikan ku jenis bunga matahari berwarna orange. Jamine tersipu malu dan menggaruk kepalanya yang tak gatal. Sekarang aku dapat melihat aura cantiknya.

"Maaf ya Mawar." Katanya padaku. Aku menaikan kedua alisku. "Ini semua karena aku." Ia menatapku menyesal.

Aku tersenyum dan mengambil bunga ditangannya. "Kenapa?" tanyaku dengan ramah.

Ia duduk di bangku yang ada dipinggir ranjang. "Ata." Katanya memulai penjelasan. "Aku yang minta dia menjauh dari kamu." Ia memilin bajunya tampak menyesal. "Aku egois, sampai harus memisahkan persahabatan kalian. Aku terlalu cemburu begitu tau setiap hari Ata jenguk kamu waktu dirumah sakit. Aku sengaja minta anterin kesana sini, supaya dia gak ada waktu lagi buat kamu." Kali ini mata Jasmine mulai memerah.

Jamine menatapku. "Kamu tau kebun belakang sekolah? yang dibilang angker sama anak-anak sekolah?" Katanya tiba-tiba. Aku segera mengangguk. Ia tersenyum menghapus air matanya yang hampir terjatuh. "Entah sejak kapan, tapi dua tahun lalu waktu gak sengaja lagi cari kelinciku yang lari kedalam pepohonan disana karena rumahku gak jauh dari sana, disana tamannya jadi indah banget. Tapi belum ada yang tau kalau dibalik pepohonan yang terlihat angker ada taman bunga yang indah banget. Iseng aku tunggui tiap hari taman itu, dan aku menemukan seseorang dengan pakaian kotor penuh tanah merawat semua bunga disana. Ada seorang pria yang rajin datang kesana. Menanam satu bunga yang mekarnya mengikuti arah matahari." Jasmine menghela nafasnya.

Aku memberikan secangkir minum yang ada di meja dekatku. Ia tersenyum menggeleng.

"Disanalah pertama kali aku bertemu Ata." Katanya membuatku mengerutkan keningku. "Suatu hari aku memberanikan diri menyapanya. Dan perbincangan pertama kami terasa sangat kaku. Dia cuek dan lebih asik merawat bunga-bunganya. Sampai ia bertanya satu hal padaku." Jasmine tersenyum menatapku. "Apa yang lo sukai didunia ini?" Jasmine menatapku lebih dalam.

"Kamu jawab apa?" Tanyaku heran.

"Bunga matahari." Katanya tersenyum miring. Aku membesarkan kedua bola mataku. "Saat itu juga, dia menyatakan perasaannya padaku. Jujur, aku kaget. Tapi entah, aku langsung menerima dia."

Jasmine menghela nafasnya. "Aku gak pernah cemburu dia lebih suka basket dari pada aku, aku gak cemburu waktu dia deket sama temen cewek lainnya. Tapi, aku hanya cemburu sama kamu." Katanya menatapku.

"Karena aku baru tau, kalau kamu juga suka matahari." Katanya kembali ingin menangis. "Aku baru tau kalau bunga-bunga yang dia tanam disana bertahun-tahun setiap harinya adalah untuk kamu." Kali ini Jasmine membiarkan air matanya menetes.

"Jasmine." Panggilku.

"Aku takut Mawar." Kata Jasmine menunduk. "Aku paham betul tatapan Ata ke kamu." Lanjutnya.

"Ata gak mungkin suka sama aku. Malam itu Ata bilang, kalau sayang nya dia ke aku hanya sebatas persahabatan. Dan aku yakin dia lebih sayang kamu." Kataku berusaha menenangkan Jasmine.

Mungkin aku pernah membencinya, mengira dia merebut Ata dariku.

Namun pada kenyataannya, Ata menyayangiku bagai seorang sahabat.

Dengan sangat jelas aku dapat mendengarnya.

Dan apalah arti sebuah taman bunga kalau dihati dia bukan aku?

Lantas perasaanku? Siapa pula yang mengetahuinya? Tak ada seorangpun yang mengetahuinya, bahkan diriku sendiri.

"Tapi aku tau kalau Ata-"

"Jasmine?" Panggil Ata yang datang masuk ke dalam ruangan. Ata mengambil lengan Jasmine. Menariknya keluar ruangan.

Aku menghela nafasku.

Membiarkan keduanya menyelesaikan masalahnya masing-masing.

Aku tak mau masuk dalam hubungan keduanya.

Bagiku, kisahku dan Ata sudah berakhir.

Persahabatan. Hanya itu.


***


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top