F I V E | Menunggu Ata

Mawar POV.

Aku menatap langit yang mulai memberikan guratan kemerahan.

Matahari nampak tenggelam dan menghilang diatas sana.

Cahayanya memudar melewati tiap celah-celah jendela kamar.

[ Ta, hari ini aja please temenin yuk cari buku. ] - mawar.

Aku memutar-mutar lagi ponselku, menunggu jawabannya.

Ponselku bergetar, tanda masuk line.

[ Sorry hari ini gak bisa, Jasmine minta temenin nonton. ] - Ata.

[ Kemarin kan udah temenin dia ke salon, masa hari ini gak bisa Ta? ] - mawar .

[ Besok aja gimana? Janji deh 😁✌️*emoticonpeace* ] - Ata.

Aku membanting ponselku ke kasur.

Lagi-lagi sibuk pacaran.

Gak salah sih, dia menghabiskan waktunya dengan pacar barunya itu.

Kali ini gak bisa dipungkiri, cukup lama juga hubungan keduanya.

Walaupun sering ngeluh berantem, toh dia belum putus juga.

Gak kaya yang sebelumnya.

...//...

Seminggu sudah dari waktu dia janji mau antar aku beli buku.

Toh, hari ini pun dia sama sekali ga nongol, gas sms, bbm, line, wsapp, atau apapun.

Yang ada, hanya update path bareng Jasmine.

Ata terlihat lebih senang jalan sama Jasmine belakangan ini.

Pacaran sebelumnya, dia gak pernah update.

Terlebih nemenin ke salon atau belanja gak jelas.

Tapi sekarang coba tengok, siapa yang rela pulang malam demi nganterin pacar dulu.

Aku duduk di bangku taman sembari menikmati teh hangat buatan Bunda.

Kenapa akhir-akhir ini aku merasa kehilangannya?

"Kenapa? Rumah Ata gak akan lari kok kalau diliatin terus." Sapa Bang Marvel yang datang membawa selimut menutupi tubuhku. Aku mendengus kesal menatapnya. Ia membetulkan posisi selimutnya pada tubuhku, lalu duduk disampingku.

"Ata belum pulang juga bang? Kan udah jam 11 malem." Kataku tetap menatap rumah Ata.

"Cemas atau cemburu?" kata Bang Marvel meledekku. Aku segera menatapnya tambah kesal.

"Sejak kapan aku suka dia? Hih." Kataku sembari menyeruput tehku.

"Abang juga gak bilang kamu suka dia." Katanya meledek. Aku meliriknya kesal, dia hanya tertawa dan mengelus rambutku.

"Kalau emang sayang, ungkapin aja. Dari pada suatu hari nyesel." Katanya tiba-tiba. Aku melirik Bang Marvel.

"Abang lagi ngomongin siapa sih? Aku gak ngerti ah." Aku segera bangkit. Namun Bang Marvel menarik lenganku untuk duduk kembali.

"Abang sayang sama Mawar." Katanya memelukku, membuatku sangat terkejut. "Abang janji. Kapanpun Mawar butuh seseorang untuk cerita, atau apapun itu. Abang akan selalu ada buat Mawar." Katanya masih memelukku. Aku menarik nafasku yang terasa sesak. Bang Marvel belum pernah bersikap seperti ini sebelumnya, dia selalu noyor, jewer, jitak atau melakukan kekerasan padaku. Dia gak pernah bilang sayang sekalipun.

"Abang..." panggilku pelan. Dia masih terdiam memelukku. Sesekali terdengar suara isak nafasnya yang sesak. Ia masih menyembunyikan wajahnya dibalik punggungku. Aku menahan air mata yang ingin jatuh dengan sekuat tenaga.

"Maafin abang jadi cengeng gini." Katanya mulai melepas pelukannya pelan. Ia nampak salah tingkah dan menghapus air matanya dengan cepat. Aku tersenyum menatapnya.

"Mawar baik-baik aja kok bang." Kataku tersenyum lagi, ia menatapku.

"Abang tau." Katanya tersenyum juga.

"Boleh peluk sekali lagi?" kataku ragu. Ia tertawa dan membuka lebar tangannya. Aku segera meraihnya dan memeluknya lagi. Ini pertamakalinya aku berpelukan dengan abang yang menyebalkan ini. Rasanya aku gak akan pernah mau menukar abang ini dengan pria paling tampan sekalipun didunia.

"Ka-kalian ngapain?" Tiba-tiba suara berat itu memutus kekhusyuan pelukanku dan bang Marvel. Aku dan bang Marvel segera melepas pelukan dan menatap asal suara.

"Yailah ganggu suasana aja!" bentak Bang Marvel pada Ata yang menunjukan wajah polos sekaligus kebingungan.

"Kalian beneran saudara kandung kan? Kalian bukan saudara tiri yang saling jatuh cinta?" katanya dengan wajah serius. Aku dan Bang Marvel saling tatap dan tertawa terbahak-bahak. Bang Marvel menggenggam tanganku, kemudian memberikan wajah ter-seriusnya pada Ata.

"Kalau gue saudara tiri yang jatuh cinta sama adik sendiri seperti yang ada dipikiran lo gimana?" ledek Bang Marvel.

"Serius? Demi apa?" kali ini Ata benar-benar menunjukan wajah serius tanpa tawa sedikitpun. Aku dan Bang Marvel saling tatap dan kemudian memutar kedua bola mata kami. Bangkit dari kursi taman, dan beranjak pergi.

"Eh.. serius?" Tanya Ata yang masih mematung. Aku dan Bang Marvel meninggalkan dirinya di halaman belakang rumah sembari tertawa geli.

Lega walaupun hanya melihat Ata sebentar.

***


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top