5. TAHAP SELANJUTNYA

Saat ini mobil sedan hitam metalik milik Denish sudah sampai dihotel keluarga mereka seperti tujuan tante Mira, Denish dan juga Mawar. Mereka akan membantu Rachel menata ruangan yang akan dijadikan tempat berlangsungnya pertunangan Rachel dan Gio. Rachel sebagai anak pengusaha sukses dan Gio adalah anak menteri pasti akan sangat meriah acara ini pikir Mawar.

Sebelum sampai dihotel GEORGE ini Mawar sudah menelepon Alya dan menyuruhnya untuk langsung ke hotel, dan ternyata Alya sudah sampai lebih dulu dari Mawar.

"Sayang bagaimana persiapan ruangannya sudah beres?" Tante Mira_ Mama Rachel bertanya kepada Rachel yang sedang berkecak pinggang dan berkeringat.

"Sudah hampir semua Ma. Tinggal bunga dan lilinnya yang aku belum selesaikan biar tim ku istirahat sebentar."

"Oh baiklah, lalu apa yang bisa kami bantu?"

"Lebih baik kita mengecek hasilnya saja nanti setelah selesai. Kalau saat ini tidak ada yang harus dikerjakan." Rachel menjawab dengan serius.

"Kamu habis maraton Chel?"

"Apaan sih lo kak, gue capek makanya kayak gini."

"Kenapa harus capek-capek banget kalau lo punya tim yang bisa diandalkan, ingat besok hari pertunganan lo, lebih baik sekarang lo spa deh." Denish mengomeli adiknya.

"Ntar aja selesai ini gue spa, gue bisa panggil orang spa-nya kerumah juga."

"Eh Chel, Alya mana ya? Kok gue gak liat dia disini dari tadi." Mawar bertanya karena dia heran saat ini dia tidak melihat Alya sama sekali padahal mereka berada di sebuah meja yang berada diruangan ini.

"Oh....Alya tadi kebelakang, ketaman selesai bantu gue pasang dekorasi tadi dia bilang mau ke taman belakang hotel ini."

"Oh, gue kira dia pulang lebih awal." Mawar menjawab dengan lega.

"Ngapain pulang? Gue tadi udah nemenin Alya ke rumahnya buat ambil peralatan dia buat besok. Jadi malam ini lo dan Alya bermalam dirumah gue."

"Loh kok gitu? Gue gak bisa Chel."

"Ya elah Mawar, lo bakal tidur dikamar sendiri kok disalah satu kamar tamu gue." Rachel menjawab, karena dia tau Mawar punya kebiasaan aneh, dia gak bisa tidur berdua dengan orang lain.

"Tapi kan gue juga belum ambil peralatan gue, gue tidur diapartemen gue aja deh ya." Mawar merasa tidak enak harus tidur dikamar asing baginya.

"Masalah itu lo gak usah khawatir, lo bisa diantar sama kak Denish ke apartemen loe sekarang biar gue, Mama dan Alya yang cek hasil dekorasi ruangan ini. Lagian kak Alex sebentar lagi juga datang kesini."
Sekarang Mawar hanya bisa pasrah menuruti Rachel, yah....biarlah dia anggap ini salah satu pengorbanan untuk teman baiknya itu.

...

"Kak, apa kakak mau aku buatkan kopi ? Dari tadi kakak sudah mengemudi terus, pasti capek banget kan ?" Saat ini Mawar yang diantar Denish ke apartmentnya tadi sudah sampai dan mereka berada diruang tamu.

"Boleh," jawab Denish dengan senang hati mendapatkan kopi buatan Mawar.

"Ya sudah aku buat dulu, kalau kakak mau hidupkan tv  silakan kak." Mawar berbicara dengan menundukan kepalanya, Denish tersenyum melihat Mawar, walaupun dia lelah sekali hari ini tapi dia bahagia karena ada Mawar selalu didekatnya.
Denish duduk disofa ruang tamu milik Mawar, lalu mengambil remote tv yang terletak dibawah meja.

Mawar yang didapur membuat kopi hangat untuk Denish tersenyum sendiri. Mawar berjalan keruang tamunya membawa nampan yang diisi kopi dan cake . Baginya ini pertama kali seorang Pria datang bertamu ke dalam apartemen nya.
"Ini kak kopinya, kakak tunggu disini dulu ya Mawar mau kekamar dan mengambil peralatan Mawar."

"Oke." Denish menjawab dengan senyumnya.
Mawar mandi dengan cepat sekali karena dia tidak ingin membuat Denish menunggunya lama. Dia mengambil mini kopernya. Memasukan gaun yang digunakan besok, sepatu berhak tinggi,pakaian dalam dan peralatan lain yang dibutuhkannya.
Sekarang Mawar hanya memakai tank top warna hitam dan celana pendek selututnya, rambutnya yang masih sedikit basah diikatnya asal saja. Memakai minyak kayu putih,handbody,lip balm,dan parfumnya. Ritual rutin yang selalu dia lakukan sehabis mandi.

Dia keluar kamar dan menemukan Denish yang sudah terbaring disofanya.
Mawar mendekati Denish dengan sangat pelan, dia meletakkan bawaannya dilantai.
Mawar berlutut tepat didepan wajah Denish. Pasti pria ini sangat lelah pikir Mawar, dia mengelus pipi Denish, lalu...

"Kamu ngapain?" Denish membuka matanya dan Mawar hampir ingin melompat karena terkejut.

"Aku pikir kakak tidur, lalu aku ingin ambil itu tadi em...itu...ada binatang tadi di pipi kakak."

"Oh ya? Maaf, aku ketiduran . kamu sudah siap?"  Denish melihat Mawar dari ujung rambut sampai ujung kaki Mawar. Mawar menggunakan tank top hitam dan celana jeans biru selutut .

"Apa kamu punya jaket?" Denish bertanya.

"Ada kak, tapi kenapa?"

"Lebih baik kamu pakai jaket, dari pada seperti ini, aku tidak suka ada orang lain yang melihat kulit putih mulusmu itu." Denish menjawab sambil berjalan dan mendekati Mawar, sekarang mereka berhadapan Mawar merasa jantungnya akan copot saat ini. Karena Denish begitu dekat dengannya.

"Aku sudah bawa cardigan kok kak. Mawar menunjukan cardigan putih yang terletak dilantai."

"Satu lagi, lebih baik rambut mu yang basah ini biarkan terurai."
Denish membuka ikatan rambut awar. Tapi pandangan mata mereka tetap terkunci.
"Mawar?"

"Ya kak!" Mawar menjawab.

"Bolehkah aku memilikimu?"

"Maksud kakak,"  Mawar bertanya dengan posisi mereka yang sangat dekat. Lalu Denish melingkarkan tangannya dipinggul Mawar.

"Bolehkah aku menjadikanmu milikku Mawar? Aku menyukaimu."
Mawar terdiam, lalu menjawab. "Untuk itu sepertinya kita lebih baik berteman saja Kak," kata Mawar pada akhirnya.

"Kenapa?" tanya Denish. Jika memang alasannya karena Mawar memiliki kekasih maka dia akan melepaskan Mawar. Namun, jika Mawar masih sendiri dia akan terus mencoba meluluhkan hati wanita ini. Ini pertama kalinya dia begitu menginginkan seorang wanita.

"Kakak bertanya maukah aku menjadi kekasih bukan? Dan aku sudah menjawabnya, mengapa aku menolak biarlah itu aku yang tahu. Maaf sepertinya kita sudah terlalu lama disini. Aku tidak ingin Rachel atau keluarga kalian berpikir yang tidak-tidak. Jika kakak ingin berteman dengan ku, aku tidak masalah, tapi tak lebih dari itu."

Ini adalah kalimat terpanjang Mawar saat bersama dengan Denish, harusnya Denish sadar diri dan berhenti untuk berharap. Namun, yang terjadi adalah dia seolah tertantang untuk mendapatkan Mawar. Ya, mereka memang baru dua kali bertemu jadi wajar kalau Mawar tidak menerimanua saat ini.

...

"Kenapa kalian lama sekali?" Rachel langsung bertanya saat melihat Mawar dan Kakak nya itu bergabung diruang keluarga mereka.

"Lama ya? Sepertinya tidak." Denish memasang wajah tak bersalah kepada adiknya itu.
Mawar yang dari tadi diam dan melihat Denish sekarang berjalan menuju tempat Rachel yang sedang duduk sambil menonton siaran tv.

"Alya mana sih Chel?"

"Dia ada dikamar, sudah tidur dari tadi. Katanya biar bisa fresh buat besok."

"Oh gitu ya?" Mawar menjawab dengan bibir mengerucut. Sudah karna Alya dia jadi tidur di rumah ini, malah Alya tidur lebih dulu dan tidak menunggunya. Menyebalkan!.

"Loe udah makan belum?" tanya Rachel dan Mawar menggelengkan kepalanya.

"Kak Denish lo gimama sih? Kok gak bawa Mawar makan diluar dulu tadi," teriak Rachel agar Denish yang berada dikamarnya mendengar suaranya. Kemudian tiba-tiba Denish sudah tampak menuruni anak tangga.

"Iya ini juga gue mau ngajak Mawar makan diluar. Gue mau ganti baju dan mandi dulu. Masa dari pagi gue pakai jas terus, gerah tau!!"

"Cie...cie....yang mau Diner." Rachel mengusili Mawar yang menunduk saat Denish menatapnya.

"Kalian mau makan dimana?" Mama Denish bertanya.

"Dimana yang cocok aja sih Ma." Denish menjawab seadanya.

"Ayo Mawar." Denish menatap Mawar dengan lembut. Mawar bangkit dan berpamitan kepada kedua orang tua Denish.

"Pria ini benar-benar tidak mau menyerah." Pikir Mawar didalam hati.

...

Denish dan Mawar sudah selesai makan dan sekarang kembali ke rumah keluarga Denish. Saat makan dicafe yang tak jauh dari rumah Denish, Mawar selalu tersenyum karena perlakuan Denish. Denish yang menarikkan kursinya, Denish yang bercerita tentang dirinya, Denish yang mengelap sudut bibirnya dengan jari Denish. Semuanya seperti mimpi bagi Mawar. Denish pria yang mapan, baik, tampan, sopan, dan juga lembut. Satu lagi, kata Rachel Denish juga tidak play boy seperti Alex.

Alex memang setelah acara ulang tahun Rachel pernah mengirimkannya pesan, tapi mungkin karena tidak dia balas jadi Pria itu tidak lagi pernah menganggunya.

"Mawar," suara Denish mengejutkan Mawar yang sedang melamun.

"Eh iya kak. Ada apa ?"

"Kita sudah tiba di depan pintu kamar kamu, apa kamu tidak ingin tidur ?
Atau mau aku temani tidurnya ?"
Mawar langsung berubah masam menatap Denish.

Denish tertawa dia lucu melihat ekspresi Mawar saat ini "Sorry, hanya bercanda. Masuklah, besok pasti akan sangat melelahkan."

Denish berjalan mendekat kedepan Mawar mengecup puncak kepala Mawar dengan lembut.

"Good night sweety." Denish berkata sambil mengusap lembut pipi Mawar. Kali ini rasanya Mawar lelah menolak pesona Denish, terlebih mata biru milik pria yang kini tersenyum untuknya itu begitu menghanyutkan.

"Iya kak." Mawar menjawab lalu sebuah tinju dia berikan ke perut Denish tapi tidak terlalu kuat.
"Sudah aku bilang jangan sentuh aku sembarangan!"
Mawar menutup langsung pintu kamar yang sudah disiapkan untuknya. Denish malah mengaduh sambil ingin tertawa.

"Aduh mawar perutku sakit." Denish memegangi perutnya yang lumayan sakit.

"Rasakan !" Mawar menjawab dari dalam kamarnya.
Lalu Denish tertawa senang dan berjalan kearah kamarnya. Ini adalah cara Denish untuk lebih sering berkomunikasi dengan Mawar, agar mereka juga jadi lebih dekat.
Tanpa Denish dan Mawar tahu kalau Alex memperhatikan tingkah keduanya.

Alex yang berada didepan skat teras atas rumah keluarga George ini sekarang melangkah menuju kamarnya juga.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top