MOOT: Bab 1
BAB 1
↭↭↭
Kedua mata elangnya menatap tajam setiap penjuru hutan. Kedua telinganya menajamkan indra pendengarannya. Seakan ia selalu mewaspadai keadaan sekitar ralat pria dengan wajah tampan maha sempurna itu selalu siaga satu.
Dari arah selatan, tiga ekor serigala dengan bentuk tubuh sedikit lebih besar dari pada umumnya berlari cepat menuju hadapannya. Ketiga serigala itu mengaung dengan aungan yang keras mampu membuat setiap pendengarnya bergidik ngeri, karna ketakutan.
"Semua masalah sudah di atasi oleh Black. Para serigala yang memberontak sudah di bawa menuju sel terbawah, Alpha." Lapor salah satu serigala dengan warna abu-abu gelap yang berada di tengah.
"Perintahkan beberapa penjaga di sekitar perbatasan untuk tetap memantau. Dan, sisanya kembali ke pack,"suara Alphanya membuat siapapun merasa tertimidasi sekaligus terhipnotis secara bersamaan. Tak akan ada yang bisa berkutik di bawah aura pimpinan sepertinya.
"Baik Alpha. Apa Alpha akan kembali ke pack atau--"Pria itu menatap tajam serigala berbulu abu-abu itu. Dan, seperkian detiknya ia menatap tanpa arti banyaknya pepohonan rindang di sana.
"Aku masih harus mengurusi sesuatu. Sebaiknya kalian cepat kembali."
Detik itu juga ketiga serigala itu hilang bagaikan di telan bumi. Pria tadi berjalan cepat menuju mobilnya. Dengan perasaan kosong dirinya mengendarai kendaraan beroda empat itu dengan kecepatan di atas rata-rata membelah hutan yang berkelok-kelok menuju pesisir.
'Mungkin kau bisa mencoba mencari mate-mu di daerah lain. Bisa saja Moon Godness memberikan mate yang berbeda daripada yang lain, melihat pack apa yang kau pimpin saat ini...'
Lagi-lagi pria itu teringat ucapan sahabatnya itu. Terkutuklah, Oscar! Karena ucapannya bisa membuat dua dampak sekaligus.
Pertama, dirinya tersadar akan kebodohannya yang terlalu fokus di satu alam.
Kedua, ia tahu sahabatnya itu mengucapkan asal dan seakan kalimat terakhir mengejeknya.
Berbeda?
Definisi apa yang bisa di berikan dalam kata 'berbeda' ?
Memang seperti apa matenya nanti?
Biarkan Yang Maha Kuasa, yang menjawab.
↭↭↭
Wanita itu berjalan dengan anggunya di sekitar bibir pantai. Deru ombak yang tenang sesekali menghantam kedua kaki jenjangnya yang tak memakai alas apapun. Kedua bola matanya yang indah dan menghanyutkan memandang tenang sekelilingnya, hanya ada dirinya di sana. Terpaan sinar bulan, membuat rambut panjangnya yang berwarna perak-pun berkikauan.
Tubuh mungilnya yang membentuk indah terlihat tampak jelas dengan gaun tanpa lengan yang tipis berbahan lutra itu, kain yang hanha di gunakan oleh para dewa-dewi serta para petinggi bangsa immortal. Mungkin jika para adam melihat, kedua bola mata mereka di liputi api gairah.
Sesekali ia bersenadung kecil menikmati keindahan alam, yang di ciptakan oleh sang pencipta. Di temani angin malam yang membuat kedua matanya terkantuk dan sedikit merasakan hawa dingin yang menusuk setiap rusuknya.
"Alampun mengerti.."
"Indahnya hamparan sinar di atas lautan.."
"Menunjukan cantiknya dirinya.."
"Diselimuti kabut malam..."
"Membuat setiap makhluk lupa segala hal.."
"Seperti diliputi aura cinta..."
"Bisakah ku tunggu takdir..."
"Di temani alam yang bernari..."
"Hooo...oo...o.."
↭↭↭
'MATE!'
'MATE!!'
'MATE!!!'
"Grrr..."pria itu menggeram saat wolf di dalam tubuhnya berseru nyaring. Saat ini dirinya berada di pantai, duduk santai di atas kap mobilnya. Menikmati cahaya bulan, yang sangat terang ditemani angin malam yang seakan berusaha membuatnya tidur. Awalnya begitu! Namun, saat dirinya mulai terlelap. Ia kembali terjaga saat panca indera-nya menghirup aroma vanilla dicampur lemon saat bersamaan samar-samar harum air lautan juga tecium, yang membuat dirinya mabuk seketika. Di saat itu juga Lucious wolfnya berteriak keras di pikirannya.
Sambil menyerukan kata mate beberapa kali. Membuat dirinya menggeram kesal.
'Hei bodoh! Cepat cari mate kita! Jangan sampai kita kehilangnnya! Grr....'Lucious menggeram marah.
"Diamlah! Tanpa kau menyuruhku aku akan mencarinya!"
Dengan cepat pria itu berlari menuju ujung pantai dimana banyak bebatuan besar disana. Di ujung sana ia melihat seorang wanita yang berdiri menghadap langit.
Kedua matanya membelakak lebar, kala melihat wanita itu mulai mandang ke bawah, ke arah permukaan laut. Membuat pikiran negatif-pun menggelayuti pikirannya.
"Apa yang sedang dia lakukan disana! Grrmm.."
↭↭↭
( IFY .POV. )
Aku mendesah pelan. Perasaanku benar-benar sedang kacau. Buktinya diriku menginjakkan kedua kakiku ke dunia atas. Hal yang tak biasa aku lakukan. Mengubah ekor menjadi sepasang kaki cukup menguras tenagaku, yang membuatu terkadang mengalami pusing dikepala. Ah, pastinya di kepala, memang gejala pusing bisa di rasakan di daerah tubuh mana lagi selain di kepala. Ck..
Aku memandang langit malam, yang sepertinya mulai diganti oleh fajar buktinya bulan yang tadinya terang benderang kini mulai memudar atau aku salah? Entahlah..
Saat ini harusnya aku memikirkan nasib rakyatku. Apa aku yang harus memikul tanggung jawab atau semua itu harus ku serahkan pada adikku?
Mengingat aku belum memiliki mate.
Ah, mengingat itu membuatku mendesah frustasi. Karena jika mengingat prihal mate maka aku akan mengingat perbincanganku dengan salah satu orakel berpengalaman di istanaku.
Kini aku memandang birunya lautan. Dan, deru ombak yang bergoyang dengan tenang. Saatku ingin mendudukkan diriku. Aku merasakan sepasang lengan kekar dan berotot memelukku erat dari belakang. Yang membuat detak jatungku berdetak dengan cepat, bahkan tanpa sadar aku menahan nafas.
Aroma yang memabukan dan membuatku nyaman tercium dari seseorang di belakangku. Tapi siapa?
"Apa yang kau lakukan disini sweatheart?"
Seketika itu tubuhku menegang, saat suaranya berbisik pelan di permukaan leher jenjangku. Memberikan sensasi aneh yang belum pernah kurasakan sebelumnya.
"Siapa kau?"
Oh, hanya itu yang bisa terucap dari mulut manisku sekarang.
↭↭↭
REPUBLISH :
Saturday - March 03, 2018
FIRST PUBLISH :
24 MAY 2016
Amour, VeeWillson
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top