MFG 9 - You Have To..
Keesokan harinya...
Pagi hari yang cerah dan penuh tawa nampaknya tak berlaku untuk keluarga Rivera hari ini.
Ya, itu karena mereka mendapati Lucy yang sudah pergi pagi-pagi sekali dan tidak ikut sarapan bersama mereka. Bukan sekali ini memang Lucy melakukan itu. Hanya saja mereka semua terbiasa mendengar celoteh pagi Lucy yang terdengar ceria dan menyenangkan setiap harinya. Jadi terasa berbeda jika wanita cantik itu tidak ada disana bersama mereka sekarang.
"Kau yakin mengantarkan Lucy ke kantor tadi. Kau tidak salah alamat, 'kan ? Tapi untuk apa dia pergi ke kantor sepagi itu ?" ucap Nathan pada kembarannya yang terlihat kesal dan masih mengantuk disebelahnya itu.
"Kau fikir aku sebodoh itu hingga salah alamat ? Dia memang minta padaku untuk mengantarkannya ke kantor tadi. Bilang saja kau iri karena Lucy meminta tolong padaku, 'kan ? Itu salahmu sendiri karena terlalu keras kepadanya." ucap Connor yang tak terima dituduh oleh Nathan disana.
"Sudah Connor, jangan bertengkar. Selain memintamu mengantarnya ke kantor, apa Lucy mengatakan sesuatu yang lainnya, sayang ?" ucap Lara bertanya pada putranya.
"Entahlah, mom. Aku tidak begitu mendengarkan karena masih mengantuk tadi pagi. Tapi kurasa Lucy mengatakan sesuatu dalam bahasa perancis. Jika Daddy yang mendengarnya, pasti dia akan tahu Lucy bicara apa saat itu." ucap Connor yang entah bagaimana langsung membuat Adrian yang mendengarnya disana merasa semakin bersalah karenanya.
Nathan yang melihat kembarannya berbicara sembarangan lagi tanpa berfikir dulu, akhirnya melemparnya dengan satu buah anggur yang mendarat tepat didahinya.
"Apa-apaan kau ini ? Apa lagi salahku kali ini ?" ucap Connor tak terima sambil menatap kesal Nathan disana.
Nathan tidak menjawabnya, ia hanya memberi kode pada kembarannya itu dengan melirik sedikit Daddynya yang tertunduk lesu diujung meja makan. Dan nampaknya Connor disana langsung mengerti apa maksud kembarannya itu.
Ya. Itu adalah kebiasaan Adrian dan Lucy saat keduanya ingin membicarakan sebuah rahasia hanya berdua saja. Sebelumnya itu adalah kebiasaan Adrian bersama Papanya. Dan saat tahu hal itu, Lucy langsung ingin melakukan hal seperti itu juga dengan Daddynya yang masih berlangsung sampai sekarang. Keduanya suka sekali berbicara berdua dengan bahasa perancis meski saat sedang bersama orang-orang rumah lainnya. Menurut Lucy menyenangkan rasanya membuat anggota keluarganya yang lain merasa penasaran dengan apa yang tengah dibicarakannya dengan Daddynya. Hihi..
"Aku akan mampir ke kantornya saat jam makan siang, nanti. Kuharap dia tidak marah lagi padaku saat itu. Aku merasa amat sangat bersalah padanya karena semua kekacauan yang terjadi." ucap Adrian dengan wajah yang masih tertunduk lesu disana.
"Lebih baik jangan ke kantornya, Daddy. Kudengar dia sudah dipermalukan oleh teman-temannya karena tidak bisa magang diperusahaan Daddy, jadi jika Daddy datang kesana nanti pasti________"
"Maksud Nathan jangan mengganggunya saat bekerja, sayang. Kau tahu dia sedang kesal. Jadi jika kau mengganggunya dan membuat Lucy membuat keributan di kantor, pasti akan buruk nanti." ucap Lara yang merapikan ucapan putranya agar suaminya itu tidak tersinggung disana.
"Baiklah kalau begitu. Aku akan memikirkan cara lain untuk meminta maaf padanya." ucap Adrian yang kemudian semua orang disana tak bersuara lagi dan memilih memulai sarapan pagi mereka. Kecuali Adrian sendiri yang terlihat tengah memikirkan sesuatu dibenaknya sambil mengaduk-aduk makannya.
'Kira-kira apa yang mungkin sedang diinginkan putriku itu saat ini ? Apa aku bisa menyogoknya dengan barang lagi atau itu akan membuatnya bertambah marah padaku nanti ? Entahlah. Lihat saja nanti.'
• • • • •
"Kurasa hari ini bos tidak akan mengganggumu karena kemarin kau sudah membuatnya kesal." ucap Catherin saat ia dan Lucy saat ini tengah makan siang direstoran didepan kantor.
"Ya, bagus kalau begitu. Aku akan membuatnya kesal saja setiap ada kesempatan." ucap Lucy yang mengundang tawa kecil dari Catherin disana.
"Kau adalah wanita yang aneh. Disaat semua wanita mendambakan pria seperti bos untuk berada disisinya, kau malah berusaha menjauhinya. Tapi menurut sepengetahuanku, kasus yang seperri ini nantinya pasti akan berakhir bahagia. Kau pasti akan menjadi kekasih bos cepat atau lambat. Aku yakin itu." ucap Catherin yang membuat Lucy tertawa mengejek disana sebelum mengatakan,
"Aku dan Anthony ? Kekasih ? Kau pasti sudah gila, Cath. Itu adalah hal yang________"
"Akan segera terjadi."
Suara seseorang yang menyambung ucapannya itu sontak saja membuat Lucy menengok kesamping dan siapa sangka jika wajah Anthony sedekat itu dengannya disana.
"Apa yang kau lakukan disini ?" ucap Lucy sambil berusaha menutupi kegugupannya saat wajah Anthony sedekat itu dengannya.
"Tentu saja aku mau makan disini. Memangnya kenapa ? Apa restoran ini milikmu sehingga aku tidak bisa makan disini ?" ucap Anthony yang kemudian duduk dikursi kosong yang berada satu meja dengan Lucy disana.
"Ya, terserahlah. Kalau begitu silahkan saja. Aku dan Catherin juga mau pergi. Ayo, Cath." ucap Lucy yang kemudian berdiri tapi,
"Duduk kembali dan temani aku dulu sampai selesai disini. Ada hal yang ingin kubicarakan denganmu juga. Kau bisa menyuruh temanmu untuk pergi duluan." ucap Anthony sambil memegang pergelangan tangan Lucy guna mencegah wanita itu pergi meninggalkannya.
"Aku tidak mau berdua disini denganmu. Suasana hatiku mulai membaik beberapa jam belakangan dan kumohon jangan ganggu aku setidaknya untuk hari ini." ucap Lucy yang kemudian melepaskan tangan Anthony yang mencekal pergelangan tangannya disana tapi,
"Baiklah jika itu maumu. Padahal aku ingin memberikan berita bagus yang mungkin akan membuatmu senang. Pergilah kalau begitu." ucap Anthony yang sengaja ingin membuat Lucy tinggal disana dan tentu saja dia berhasil.
"Kau pergilah dulu, Cath. Aku ingin tahu berita bagus apa yang dibawanya untukku. Tapi kurasa dia hanya membual saja. Sampai nanti, ya." ucap Lucy yang kemudian akhirnya menurut untuk menemani Anthony disana karena iming-iming yang menggiurkan tadi. Ya, siapa yang tidak ingin mendengar berita bagus ?
"Jika ucapanmu tadi hanya alasan agar aku mau tetap disini, kedepannya aku tidak akan mau percaya lagi padamu." ucap Lucy memperingatkan Anthony yang terlihat santai melihat buku menu disana.
"Menurutmu apa yang harus kupesan sekarang ?" ucap Anthony yang menurut Lucy hanya mengulur waktunya saja disana.
"Terserah padamu. Kau yang mau makan, 'kan ?" ucap Lucy asal dengan setengah kesal.
"Besok kau akan ikut aku ke Monaco sebagai asisten pribadiku untuk sementara waktu. Itulah berita baik yang ingin kukatakan padamu." ucap Anthony santai yang mengundang respon tak biasa dari Lucy disana.
"Berita baik katamu ? Itu adalah berita buruk. Bukankah aku sudah bilang jika aku tidak mau dan tidak sesuai dengan bidang itu. Jika hanya ini yang ingin kau bicarakan, aku akan pergi saja sekar________"
"Bukankah itu adalah tawaran yang cukup menggiurkan. Jika kau bisa menjadi asisten yang baik untukku, mungkin saja aku akan berbaik hati dan mengajakmu singgah sebentar di Santorini. Kudengar disana indah sekali saat musim panas seperti ini." ucap Anthonya dengan tersenyum simpul penuh misteri saat melihat Lucy terdiam disana seperti sedang memikirkan sesuatu.
Ya, sebenarnya Lucy sedikit tertarik dengan tawaran Anthony barusan. Santorini. Siapa yang tidak ingin pergi ke pulau eksotis dan cantik itu ? Pasti menyenangkan menikmati pemandangan laut yang luas dengan udara sejuknya yang asri disana. Tapi, sayangnya ia harus pergi dengan Anthony kesana. Jadi,
"Maaf tapi jawabanku adalah Tidak. Aku lebih baik tidur di rumah daripada pergi liburan berdua saja denganmu. Kau makan sendiri saja disini, ya. Aku pergi." ucap Lucy yang kemudian angkat kaki darisana meninggalkan Anthony yang terdiam ditempatnya merasa kesal sekaligus tak percaya jika Lucy menolak tawarannya begitu saja.
'Dia adalah satu-satunya wanita gila yang pernah kutemui selama ini. Bagaimana dia bisa menolakajakanku seperti itu begitu saja. Entah mengapa aku merasa tersinggung karena penolakannya itu. Sial.'
• • • • •
Malam harinya...
"Kau yakin tidak mau kuantar sampai rumah ? Kenapa kau turun disini ?" ucap Catherin pada Lucy yang hari ini pulang kantor bersamanya itu.
"Aku mau membeli sesuatu dulu dan pulang setelahnya. Tidak apa, aku bisa naik taksi nanti. Terima kasih, ya. Kau berhati-hatilah diperjalanan pulang. Dah..." ucap Lucy yang kemudian turun dari mobil Catherin dan melambaikan tangannya sebentar mengantar kepergian teman barunya itu.
'Aku akan makan malam dimana ya ? Yang jelas aku sedang tidak ingin makan dirumah dan bertemu dengan Daddy dulu. Setidaknya tidak hari ini. Mungkin besok.' batin Lucy dalam hati.
Wanita itu kemudian berjalan menyusuri trotoar jalanan NY yang ramai seperti malam-malam biasa. Hingga beberapa saat kemudian entah bagaimana bisa ia berhenti didepan restoran Italy yang biasa dikunjunginya bersama Daddynya saat keduanya pergi berdua saja.
'Kurasa aku terlalu merindukan Daddy hingga kakiku menuntunku kemari. Sudahlah, lebih baik aku makan disini saja. Aku juga sudah lapar.' batin Lucy dalam hati.
Tapi sebelum masuk kedalam, Lucy melihat ada seorang ibu-ibu yang sepertinya sedang gusar didepan pintu restoran. Biasanya Lucy sama sekali tidak peduli dengan hal seperti itu. Sungguh. Tapi entah mengapa wanita itu mengingatkannya pada Mommynya jadi, karena kasihan ia menghampiri wanita itu dan menanyakan apa masalahnya.
"Permisi nyonya, ada masalah apa ? Saya lihat anda terlihat gusar sejak tadi." ucap Lucy pada wanita itu.
"Ponselku kehabisan daya. Suamiku bilang akan datang kesini tapi entah mengapa dia belum sampai juga. Aku khawatir padanya dan tidak tahu harus berbuat apa." ucap wanita itu yang membuat Lucy tersenyum kecil disana.
"Ini, pakai saja ponselku untuk menelfon suami anda." ucap Lucy sambil menyodorkan ponselnya disana.
"Terima kasih, dear. Aku tidak tahu masih ada gadis baik sepertimu didunia ini. Aku pinjam sebentar, ya." ucap Wanita itu ramah lalu kemudian terlihat melakukan panggilan diponsel Lucy.
"Halo, Papa dimana ? Papa baik-baik saja, 'kan ? Astaga ! Papa membuat mama khawatir. ........."
Lucy hanya diam dan menunggu disana setelahnya. Samar-sama ia mendengar perbincangan wanita itu ditelfon dan merasa semakin rindu pada orang tuanya. Sungguh. Ia ingat Mommynya juga pernah berada diposisi yang sama seperti wanita itu saat Daddynya terlambat pulang saat itu. Ia ingin segera pulang saja rasanya.
"Ini, dear. Terima kasih. Oh ya, namaku Carolina. Kau bisa memanggilku Carol saja. Dan siapa namamu ? Apa kau juga akan makan disini ? Kau datang bersama siapa ?" ucap wanita itu yang tentu saja membuat hati Lucy sedikit perih rasanya.
'Ya.. ini adalah tempat makan yang biasa didatangi bersama dengan keluarga. Seharusnya aku mengajak Catherin tadi kesini. Setidaknya aku tidak akan terlihat menyedihkan dengan datang kesini sendiri.' batin Lucy dalam hati.
"Aku Lucy. Ya aku datang untuk makan disini. Keluargaku sedang sibuk jadi, aku datang sendiri. Kalau begitu saya permisi." ucap Lucy yang entah mengapa wanita itu mencegahnya pergi.
"Tunggu. Bergabung saja bersama kami. Aku dan suamiku pasti akan senang jika kau bergabung. Juga anggap saja ini sebagai ucapan terima kasihku padamu karena kau sudah berbaik hati tadi." ucap wanita itu dengan senyuman ramah yang Lucy sendiri tidak bisa menolaknya tapi,
"Terima kasih tapi, tidak perlu. Saya sudah terbiasa makan sendiri jadi________"
"Kenapa kau jual mahal sekali ? Makan malam saja bersama kami. Apa masalahnya ? Sekalian saja aku kenalkan kau pada orang tuaku." ucap seseorang yang Lucy tidak menyangka akan bertemu dengannya saat itu.
"Kau mengenalnya, boy ? Tapi kenapa bicaramu kasar sekali padanya. Dia sudah berbaik hati pada Mama dengan meminjamkan ponselnya tadi. Jaga sikapmu." ucap wanita itu pada putranya yang baru saja datang bersama suaminya disana.
"Maafkan Papa datang terlambat, Ma. Ini karena membujuknya hari ini sangatlah sulit daripada yang terkhir kali. Dan ya, siapa dia Anthony ? Apakah dia kekasihmu ?" ucap seorang pria yang seumuran Daddynya yang diyakininya adalah Papa Anthony.
Ya. Lagi-lagi dan lagi ia harus bertemu pria itu. Kenapa disetiap tempat ia selalu bertemu dengan Anthony ? Itu sungguh tidak masuk akal.
"Bukan, saya bukan kekasihnya. Saya hanya pegawai magang di kantornya. Saya_______"
"Itu memang benar, Pa, Ma, tapi kurasa tidak lama lagi dia akan menjadi kekasihku. Dan ya, dia adalah putri keluarga Rivera." ucap Anthony menambahkan penjelasan Lucy disana.
"Oh benarkah ? Maaf tentang apa yang terjadi diperusahaan keluargamu ya, dear ? Kudengar ada beberapa pegawainya yang berkhianat dan membuat perusahaan keluargamu berada dalam masalah besar. Sudah, sekarang lebih baik kau makan bersama kami. Ini adalah permintaan seorang ayah. Jadi aku harap kau tidak akan memberikan banyak alasan seperti putraku tadi. Ayolah." ucap Papa Anthony yang tentu saja setelah mendengar iru Lucy tidak bisa berkata apa-apa lagi disana.
Orang tua Anthony kemudian berjalan masuk bersama kedalam restoran dengan saling merangkul mesra meninggalkan Lucy dan Anthony yang berdiri dengan dengan jarak yang cukup dekat disana.
"Jika tahu kau akan menunduk seperti ini karena kehadiran orang tuaku. Sudah sejak kemarin aku membawamu kepada mereka dan mengklaimu sebagai kekasihku. Itu pasti seru." bisik Anthony jahil yang membuat Lucy menatap pria yang sudah berjalan duluan itu dengan sinis dari belakang.
'Aku tidak akan menjadi kekasihmu sampai kapanpun. Tidak akan.'
• • • • •
Comment and Vote Guys ❤
Thanks for reading
LailaLk
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top