MFG 65 - Last Chance Is Over Here
"Kau yang akan mati, ANTHONY !!!"
Stanley langsung dengan cepat mengambil pisaunya dan berbalik untuk menusuk Anthony disana dan,
"SELAMAT TINGGAL, ANTHONY !!!"
• • • • •
Tes
Tes
Tes
Tetes demi tetes darah Anthony terlihat menetes mengalir dari tangannya yang tadi berhasil menahan pisau yang hendak menusuk perutnya itu dan,
"Apa yang kau _____"
Brukkk
Anthony mendorong tubuh Stanley mundur hingga genggaman pria itu dipisau tadi terlepas.
"Kau tahu kenapa orang-orang menyebutku mesin pembunuh ? Karena aku tidak memerlukan senjata apapun untuk melenyapkan mereka. Menurutku bagian paling menarik adalah melihat mereka mati dengan senjata kesayangan mereka sendiri. Dan sepertinya setelah ini adalah giliranmu Stan," ucap Anthony kemudian terlihat memegang pisau yang sudah melukai tangannya itu dengan tangannya yang satu lagi.
Stanley berjalan mundur.
"Anthony, kumohon jangan bunuh aku. Baiklah aku akan mengatakan semuanya. Tentang kakak istri mu itu, sebenarnya bukan aku yang melakukannya. Demi menyelamatkan kekasihnya, dari yang kudengar dia melakukan perjanjian dengan_____"
Dorrr
Anthony terlihat diam saja saat tubuh Stanley langsung luruh ke lantai setelah menerima tembakan dikepalanya oleh seseorang yang,
"Hai, Anthony. Lama tidak berjumpa. Bagaimana kabarmu ? Apa_____"
"Kau tahu cara kerja pemburu ? Apakah mereka akan diam saja saat target incaran mereka diambil orang ? Kenapa kau disini dan bagaimana kau bisa disini, aku sangat tahu jika semua yang kau lakukan ini adalah untuk_____"
"Menurutmu apa aku bisa melepaskan seseorang yang sudah membuat kembaranku frustasi hingga akhirnya bunuh diri ? Kau tahu apa yang sudah dilakukan pria itu pada Gwen ? Dia menelantarkan Gwen karena alasan tidak menginginkan anak yang sedang dikandung kembaranku itu. Kau pikir aku bisa diam saja ?" ucap orang itu menatap tajam Anthony seolah ingin pembenaran atas tindakannya.
Anthony diam.
Perlahan dia berjalan mendekati orang itu dan,
"Sejak kapan kau mulai memperhatikan saudara kembarmu seperti itu ? Bukankah kau sendiri yang dulu menelantarkannya ? Lalu apa selanjutnya ? Kau ingin membunuhku juga disini ? Kalau begitu lakukan. Aku akan memberimu kesempatan langka ini. Merasa lah terhormat karena______"
Ucapan pria itu terhenti karena tiba-tiba orang yang ada didepannya itu langsung menciumnya tanpa permisi.
"Apa yang kau lakukan ??!! Menyingkir dariku, REBECCA !!!"
Anthony terlihat marah atas perlakuan wanita didepannya itu dan akhirnya mendorong wanita itu menjauh darinya.
Ya, dia adalah seorang wanita yang bernama Rebbeca.
"Kenapa Anthony ? Tidakkah kau merindukanku seperti aku yang merasa sangat merindukanmu sampai ingin mati rasanya. Kau tahu, aku mengamatimu dan keluargamu dari jauh selama ini dan kupikir inilah saatnya mengambilmu kembali dari wanita itu. Biarkan dia bersama anak-anakmu dan kita, kita akan______"
"Kubiarkan kau hidup untuk menjauh selamanya dariku, Becca. Kau tahu jika hubungan kita dulu hanya sebatas teman, 'kan ? Kau lah yang terlalu berharap padaku disini. Dan kau tahu, kembaranmu itu bukanlah wanita baik-baik seperti yang kau pikirkan. Seharusnya kau tidak meninggalkannya hidup sendirian seperti itu hingga membuatnya berakhir disarang para bandit tua tak bertanggung jawab yang hanya memanfaatkan tubuhnya untuk mendapat kepuasan. Kau pikir pria mana yang mau menerima wanita seperti itu ? Kembaranmu itu frustasi karena perbuatannya sendiri. Bukan karena_____"
"Tidak. Kau berbohong. Kau sedang berusaha membodohiku saat ini, iya 'kan ?" ucap Rebbeca tak percaya.
Anthony menatap wanita didepannya itu malas sebelum akhirnya membalikkan badannya dan,
Lagi-lagi Rebbeca tiba-tiba memeluk Anthony tanpa permisi tapi kali ini dari belakang.
"Anthony... aku sungguh sangat mencintaimu. Kumohon kembalilah padaku. Ayo kita hidup bersama. Sekarang aku masih memintamu dengan baik-baik saat ini, Anthony. Jika aku sudah marah dan kehilangan kesabaran, aku pasti akan melakukan cara paksa dengan membunuh istri dan AAAAKKKKHHHHHH_______"
Sreeett
"Memikirkannya saja sudah salah, Becca. Jangan melibatkan keluargaku disini. Bahkan demi mereka aku rela mengorbankan nyawaku sendiri. Selamat tinggal," ucap Anthony kemudian melepaskan tubuh Rebbeca yang sudah lemas itu hingga jatuh luruh kelantai.
Anthony terlihat tersenyum kecil melihat pisau milik Stanley tadi menancap dalam dileher Rebbeca.
"Lihatlah kalian berdua. Sepasang kekasih gila yang tak pernah puas akan sesuatu. Aku sudah melepaskan kalian sejak lama dengan harapan kalian akan mengerti jika aku adalah orang yang pemaaf. Tapi dengan menyuruh Simon datang kerumahku secara terang-terangan seperti itu, adalah tanda jika kalian telah mengumumkan deklarasi perang. Inilah akibat dari aksi bodohmu itu. Dan lihatlah ... kalian nampak cocok sekali dari atas sini. Karena aku baik, aku akan melakukan penghormatan terakhir untuk kalian sendiri. Sebentar," ucap Anthony kemudian terlihat berjalan santai melewati satu persatu mayat atau mungkin juga ada orang yang masih hidup disana. Tapi ia tak peduli.
Tujuannya adalah dipojok ruangan itu. Terdapat 2 jerigan besar penuh bahan bakar.
"Permisi, aku boleh minta ini, 'kan ? Terima kasih," ucap Anthony sendiri seperti orang gila.
Anthony kemudian terlihat menuangkan bahan bakar itu keseluruh ruangan itu dengan sedikit kesulitan karena berat.
Setelah dirasa cukup, ia berhenti sebentar dan entah mengapa tiba-tiba mendekati salah satu tubuh pengawal Stanley yang tergeletak disana.
"Ini dia,"
Anthony kemudian terlihat menggeret keluar 2 jerigen tadi dengan sedikit bersusah payah.
Seperti bocah yang mendapat mainan baru, Anthony terlihat menuangkan bahan bakar itu dengan senang. Di dinding, lantai, ia membuat bangunan itu sekarang berbau menyengat bahan bakar disegala penjuru ruangan.
Hingga akhirnya dia sampai diluar. Dilemparkannya jerigen kosong yang dipegangnya itu asal dan terlihat ia melihat situasi sekelilingnya dulu sebentar sebelum,menyalakan korek api yang tadi diambilnya dari saku salah seorang bawahan Stanley dan,
Boom
Api perlahan merambat masuk dengan cepat mengikuti jejak bahan bakar yang sudah dituangkan Anthony dimana-mana tadi dan seketika itu juga langsung membesar.
Api itu membakar semua yang ada didalam bangunan itu dengan cepat membuat Anthony tersenyum karenanya.
'Matilah bersama para pecundang itu, Simon. Kau sudah berpihak pada orang yang salah, lagi dan lagi. Selamat tinggal, bodoh.' batin Anthony dalam hati.
Karena tahu jika sebentar lagi akan timbul keributan dengan kedatangan pemadam kebakaran karena mungkin salah seorang warga melaporkan kemunculan asap yang membumbung tinggi itu, akhirnya Anthony memutuskan untuk segera pergi dari sana tapi,
Anthony terlihat terkejut saat ternyata ada seseorang yang masih bisa berlari keluar dari dalam bangunan tua itu melewati api begitu saja. Nekat sekali.
"Panas !!!!!!!!!"
Anthony yang merasa iba akhirnya langsung menggiring orang itu menuju sungai kecil yang tidak jauh dari sana.
"Terima kasih, tuan. Terima kasih."
Anthony melihat orang itu dengan tatapan dinginnya. Ia mencoba mengingat siapa pria itu dan,
"Kau yang tadi disuruh Stanley pergi untuk menghidupkan sakelar cadangan, 'kan ? Wah, nampaknya kau beruntung sekali." ucap Anthony kemudian terlihat berbalik akan pergi tapi,
"Tuan, tolong saya. Biarkan saya menjadi pengikut anda mulai sekarang. Saya memiliki istri dan anak yang harus saya hidupi. Tolong saya, tuan.. tolong..." ucap pria itu terlihat putus asa sambil merangkul kaki Anthony.
Anthony terlihat sekali jika tidak peduli pada pria itu tapi,
"Baiklah. Tes pertama mu dimulai sekarang. Jika kau bisa melewatinya aku janji akan menjamin kehidupan keluargamu tercukupi hingga kau menyelesaikan tugas ini, kau siap ?" ucap Anthony terlihat tersenyum licik disana. Itu berbahaya.
"Baiklah, tuan. Apa yang harus saya lakukan ?" ucap pria itu terlihat menaruh harapan besar pada Anthony.
"Pegang ini dan katakan pada polisi yang mungkin akan datang kesini nanti jika kau adalah pelaku dari kejadian ini. Apa kau bisa melakukannya ?" ucap Anthony yang tentu saja langsung membuat pria itu terlihat takut dan ragu.
"Aku bisa saja membuat kejadian ini tidak pernah terjadi karena para polisi dan pihak pemerintah disini berteman baik denganku. Aku hanya ingin memastikan sampai dimana kesetiaan mu padaku dan_____"
"Baiklah, saya akan melakukannya."
Anthony tersenyum mendengar itu. Satu lagi orang bodoh yang hanya haus akan uang terjebak olehnya.
"Siapa namamu ?" tanya Anthony pada pria itu.
"Finix,"
"Baiklah. Kau tahukan harus bagaimana menangani masalah ini ? Kita tidak pernah bertemu dan kau tidak mengenal ku. Jelas ?" ucap Anthony pada pria bernama Finix itu, yang kemudian dijawab angguk kan pasti oleh pria itu.
Mengetahui jika semua sudah beres disana, akhirnya Anthony langsung bergegas pergi dan ingin segera pulang untuk mencari tahu bagaimana dan dimana istri juga anak-anaknya sekarang.
"Greg, kau bisa mendengar aku ? Dimana Liona dan anak-anakku sekarang ? Aku akan____"
"Akan kutanya sekali lagi DIMANA PRIA ITU SAAT INI ? Kau tahu dimana dia, 'kan ? JAWAB AKU !!"
Anthony terlihat langsung gugup seketika saat mendengar suara istrinya itu didalam alat komunikasinya bersama Greg.
'Jadi sedari tadi Greg menonaktifkan alat komunikasi ini karena tidak mau aku mendengar omelannya ? Ini bahaya. Sepertinya aku akan berada dalam masalah sebentar lagi.'
• • • • •
"Jangan mencoba merayuku lagi, aku tidak akan mau memaafkanmu. Kau dengar ? Tidak akan. Sungguh An, kau tidak bisa dipercaya sama sekali. Aku kecewa padamu. Dan ya, jangan dekati anak-anakku lagi. Sudah pergi sana !"
Blam
Lucy sangat marah.
Ya, tentu saja. Setelah tahu suaminya itu ternyata melakukan pekerjaan gelapnya lagi, Lucy langsung saja merasa tidak terima karenanya.
Ia merasa, kepercayaannya tak dihargai sama sekali oleh suaminya itu. Ucapannya yang menyuruh Anthony untuk menjauhi dunia gelap itu nyatanya tak digubris suaminya sama sekali. Ia sangat kecewa disana.
Sedangkan Anthony, dia hanya bisa berdiri diam tak bergerak sama sekali didepan pintu kamar itu.
Ia merasa bersalah. Sangat amat bersalah.
"Tuan, semuanya sudah bersih dibawah. Apa ada yang harus saya lakukan lagi ?"
Anthony berbalik dan mendapati Greg disana.
"Tidak ada. Terima kasih sudah menjaga keluargaku, ya. Kau bisa kembali ke markas, Greg." ucap Anthony terlihat lesu dan tak bersemangat.
Sebenarnya Greg ingin menjawab dan mengatakan sesuatu tapi, saat melihat Anthony nampak bersedih seperti disana ia langsung mengurungkan niatnya.
Akhirnya pria itu pergi tanpa berucap sepatah katapun, meninggalkan Anthony yang masih setia sendiri disana.
Anthony merasa lelah dan lemah. Entah karena apa tapi sepertinya ia membutuhkan istirahat.
Dilihatnya sekali lagi pintu kamar yang tadi ditutup oleh istrinya itu, sebelum akhirnya ia memutuskan untuk pergi turun kebawah.
Ya, tujuannya adalah untuk tidur dikamar tamu bawah. Malam ini ia memang mengaku salah dan akan membiarkan istrinya itu untuk menangkan dirinya terlebih dahulu. Akan percuma juga jika dia berusaha membicarakan semua hal ini sekarang, disaat istrinya tengah diliputi amarah besar seperti itu.
'Kepalaku terasa pening sekali, apa karena tanganku yang berdarah ini ? Sudahlah, mungkin dengan tidur aku akan membaik, nanti. Oh ya, tunggu sebentar.' batin Anthony dalam hati.
Perlahan, Anthony membuka pintu kamar putrinya itu dengan hati-hati untuk melihat Gaby seperti biasa sebelum dia pergi tidur.
"Putri Daddy yang manis... mimpi indah, sayang." ucap Anthony kemudian mengecup kening putrinya yang terlihat terlelap sambil memeluk boneka teddy kesayangannya itu.
Anthony kemudian terlihat mengendap keluar tanpa suara dan pergi ke lamar baby kembarnya yang ada disebelah.
"Aku merasa disini sedikit lebih dingin. Penghangat ruangan disini bekerja, 'kan ? Pakai selimut kalian dengan benar, anak-anak." ucap Anthony sambil membenarkan selimut baby kembar nya itu dengan hati-hati.
Setelah dirasa cukup memandangi si kembar, akhirnya Anthony memutuskan untuk pergi keluar dari sana dan langsung turun kebawah untuk melakukan tujuan awalnya tadi.
Tidur.
Setiap langkah menuruni tangga, Anthony terlihat terlihat sedikit sempoyongan entah karena apa.
Tapi pria itu tidak selemah itu. Nyatanya Anthony masih bisa sampai dikamar tamu dengan sisa tenaga yang dimilikinya dan membaringkan diri di ranjang.
'Aku pusing sekali...' batin Anthony dengan mata yang sudah mulai tertutup disana.
Jika bisanya Anthony memang selalu mengobati lukanya dulu sebelum pulang untuk mengelabuhi istrinya, kali ini tidak. Ya, karena Lucy sudah tahu semuanya tadi dari Greg.
Anthony juga tidak menyalahkan bawahannya itu, tadi dia mendengar sendiri jika Greg memang didesak oleh Lucy untuk bicara. Ya, mau bagaimana lagi. Semua sudah terjadi.
'Selamat malam, sayang.'
• • • • •
"Ssshhhh..."
Anthony mendesis didalam tidurnya saat merasakan perih pada tangannya yang terluka.
Perlahan ia membuka matanya dan perlahan pandangannya yang awalnya kabur menjadi jelas.
"Apa yang kau lakukan, Sayang. Sudah biarkan saja. Ini______"
"Diam."
Anthony seketika diam saat istrinya itu terlihat sekali jika masih kesal namun juga masih sangat peduli padanya.
"Ini sudah hampir pagi, tidurlah lagi, kau akan lelah nanti." ucap Anthony berusaha menghentikan Lucy yang terlihat masih mengobati tangannya itu.
Dan bukannya jawaban yang didapatkan Anthony, Lucy malah terlihat menangis disana.
Perlahan airmata wanita cantik itu menetes sambil tetap memasangkan perban pada luka suaminya itu.
"Sayang, aku_____"
"Aku memintamu berhenti bukan karena aku membenci pekerjaanmu, An. Sejak aku mengetahui semua tentangmu aku menerima semua yang ada didalam hidupmu ini atas kemauanku sendiri. Aku tulus. Aku melarangmu dan memintamu berhenti karena aku takut kehilanganmu. Aku tidak ingin melihatmu terluka seperti ini. Hatiku terasa terluka karenanya. Tidakkah kau mengerti itu ? Apa permintaanku berlebihan ?" ucap Lucy sambil menatap suaminya itu setelah selesai memakaikan perban.
Anthony seketika bangun dan langsung membawa istrinya itu kedalam pelukannya.
"Maafkan aku, sayang. Kumohon jangan menangis. Malam ini adalah terakhir kalinya aku melakukannya. Semuanya sudah berakhir. Tidak akan ada ancaman lagi didalam hidup kita kedepannya. Aku tidak ingin karenaku kau dan juga anak-anak menjadi dalam bahaya. Karenanya aku_____"
"Jangan pernah sembunyikan apapun lagi dariku. Bukankah kau pernah berjanji untuk itu ? Apa susahnya untuk mengatakan yang sebenarnya ? Aku merasa seperti orang asing saat kau menyembunyikan segalanya dariku seperti ini. Aku tidak menyukainya." ucap Lucy kemudian menangis didalam pelukan Anthony membuat pria itu bingung harus melakukan apa lagi untuk menenangkan istrinya itu.
"Baiklah. Maafkan aku. Aku akan berterus terang tentang APAPUN kepadamu mulai sekarang, sayang. Bagaimana ? Apa ini bisa membuatmu merasa lega ?" ucap Anthony yang masih terus berusaha menghibur istrinya itu.
Lucy menghentikan tangisannya dan memberikan sedikit jarak antara keduanya disana.
"Kau selalu mengingkari ucapanmu sendiri. Tidak perlu berbicara manis hanya untuk menghiburku. Aku baik-baik saja." ucap Lucy terlihat kembali memasang raut wajah kesalnya kemudian merapikan kotak obat yang dibawanya tadi.
'Astaga... apalagi yang harus kulakukan ? Tuhan, tolong aku.' batin Anthony dalam hati.
"Kau mau pergi ? Bukankah kau datang kesini untuk menyusul tidur disebelahku ? Kau tidak bisa tidur tanpaku, 'kan ? Jangan menahan keinginan hatimu seperti itu, sayang. Kemarilah." ucap Anthony terlihat menggoda istrinya yang saat ini sudah berada diambang pintu itu dan,
"Kau pria brengsek." ucap Lucy dengan masih tetap berdiri ditempatnya disana.
"Aku tahu dan aku akan berusaha memperbaiki diriku dengan bantuanmu. Karenanya jangan pergi. Disini cukup luas dan akan terasa hampa untukku tidur sendiri. Tidurku tak senyenyak saat mendekapmu dalam pelukanku." ucap Anthony masih berusaha membujuk istrinya dengan segala usahanya itu dan,
Lucy terlihat berbalik dan Anthony bisa melihat mata berkaca-kaca istrinya itu disana.
"Aku mencintaimu, Sayang. Selalu." ucap Anthony yang akhirnya berhasil membuat Lucy kembali dan langsung memeluknya erat disana.
"Kau masih brengsek. Jangan senang dulu karena aku memelukmu seperti ini." ucap Lucy kemudian merenggangkan sedikit pelukannya untuk menaruh kotak obat itu dinakas yang ada didekatnya.
"Yaya baiklah. Aku_____ Apa ini ??" ucap Anthony saat merasa Lucy menempelkan sesuatu dikeningnya.
"Itu kompres anak-anak. Aku merasa kau sedikit demam. Karena aku malas ke dapur untuk mengambil air hangat, jadi gunakan saja itu dulu. Sudahlah ayo kita tidur. Kau harus istirahat. Atau apa kau mau aku panggilkan dokter dulu untuk______"
"Kenapa aku memerlukan dokter saat obatku ada disini ? Cukup dengan melihatmu tersenyum aku pasti akan langsung_____ Awww... sakit, Sayang." ucap Anthony mengaduh kesakitan saat hidungnya ditarik paksa oleh istrinya itu.
"Bukankah hidung pinokio akan memanjang saat berbohong ? Ucapanmu tadi juga bohong, 'kan ? Karenanya aku bantu memanjangkan hidungmu, An. Senyumku adalah obat ? Yang benar saja. Orang penuh logika sepertimu tidak akan mengatakan hal seperti itu. Kau belajar kata-kata itu dari siapa ? Kakak Connor pembual itu ?" ucap Lucy kemudian terlihat mengambil posisi berbaring disana.
Anthony langsung mengikuti istrinya ikut berbaring dan memeluk Lucy erat dari belakang seraya berkata,
"Kau matahariku."
"An.. sudahlah."
"Kau malaikat tak bersayap yang dikirimkan Tuhan untukku."
"Hmm.."
"Kau bintang hatiku."
"Oh astaga !!"
"Kau______"
Karena tak tahan akhirnya Lucy langsung mencium Anthony disana dengan perasaan menuntut dan juga setengah kesal yang menjadi satu.
"Diam dan tidurlah sekarang. Jangan menjawab, cukup mengangguk saja." ucap Lucy yang kemudian membuat Anthony mengangguk senang sambil tersenyum lebar disana.
Mungkin karena sudah mendapatkan sebuah ciuman ? Haha.
"Bagus. Kemarikan tanganmu. Ini untuk berjaga-jaga agar kau tidak bisa menyusup keluar diam-diam lagi nanti. Aku masih tidak percaya padamu. Selamat tidur, Big Baby Boy." ucap Lucy sebagai penutup sebelum akhirnya ia menutup mata dan perlahan terlelap dipelukan hangat suaminya itu.
Sedangkan Anthony ia terlihat begitu amat senang karena istrinya itu sudah memaafkannya hingga rasanya ia tidak ingin tidur malam itu.
'Terima kasih sudah membawanya kembali padaku, Tuhan. Aku tahu kau tidak sejahat itu. Terima kasih sekali lagi. Terima kasih.'
Bersambung.....
• • • • •
Ihihihi....
Maaf lamaaaaa heheh 😁😁😁😁😁
Comment and Vote Guys ❤
Thanks for reading
LailaLk
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top