MFG 61 - I Wont Let You Go

"Menangislah, tidak apa. Semua masalah memang memerlukan tempat luapan amarah tapi tidak dengan merusak dirimu sendiri. Setidaknya sayangi dirimu dan hidupmu. Jangan membuat dirimu sendiri menyesal karena bertindak gegabah," ucap Nathan yang saat ini terlihat memeluk Adelle yang sedang menangis itu dengan penuh kasih sayang. Sambil sesekali menepuk punggung wanita cantik itu pelan.

"Aku tidak tahu lagi harus bagaimana, kak. Tuntutan keluargaku padaku terlalu tinggi. Entah mengapa tapi aku merasa mereka menjadi memperlakukanku berbeda setelah aku berubah seperti ini. Dulu hanya kak Darriel dan kak Lucy saja yang mau menerimaku apa adanya. Maksudku tidak ada lagi orang yang mau tulus menerimaku seperti mereka. Semua orang yang kutemui terasa bersikap palsu kepadaku. Apa yang salah pada diriku sebenarnya ? Hiks ..." ucap Adelle yang terlihat masih memeluk Nathan erat disana.

Ya, semua masalah itu berawal saat tadi Adelle memaksa Nathan untuk mengantarnya kedalam club terkenal ditengah kota. Tentu saja Nathan menolaknya mentah-mentah mengingat adiknya sendiri tadi sudah berpesan untuk menjaga Adelle baik-baik.

Dan disinilah mereka sekarang. Didaerah pelabuhan kapal yang sepi hanya berdua berteman angin laut.

"Sudahlah. Kau sudah besar, 'kan ? Kau harus belajar untuk menghadapi masalahmu karena itu adalah bagian penting untuk menjajaki kedewasaanmu nanti. Berusahalah berdiri sekokoh mungkin diatas kakimu sendiri sehingga tak ada seorangpun yang bisa menumbangkanmu. Kau menyukai Lucy, 'kan ? Contohlah sikap tegarnya. Bukankah dulu bahkan dia memiliki penyakit aneh ? Tapi dengan lebih memberanikan diri dia bisa mengalahkan penyakitnya itu, 'kan ? Hal yang sama bisa terjadi padamu jika kau menjadi sedikit lebih berani. Jangan dengarkan mereka. Ini adalah hidupmu, milikmu, sepenuhnya dibawah kendalimu. Mereka tidak berhak mengaturmu," ucap Nathan panjang membuat Adelle disana jujur saja merasakan sedikit tenang disana.

Adelle mengeratkan tangannya yang saat ini melingkari pinggang Nathan.

"Terima kasih, kak," ucap Adelle kemudian menangis terharu disana karena merasa Nathan sudah mau memperlakukan sebaik itu.

"Sekarang kita harus bagaimana ? Aku tidak mungkin membawamu pulang dalam keadaan menangis seperti ini. Orang rumah akan mencincang tubuhku, nanti. Apalagi Lucy. Jika menurutmu adikku itu baik hati, kau salah besar. Kurasa ada sebuah monster yang bersarang didalam dirinya dan menunggu untuk bangun kapan saja," ucap Nathan terlihat berusaha membuat Adelle tersenyum dan berhasil.

Wanita cantik itu tersenyum kecil sebentar sebelum akhirnya melepaskan pelukannya pada Nathan. Jelas sekali terlihat rona merah dipipinya saat ini.

"Aku yang akan menjelaskan kepada mereka, nanti. Aku akan mengakui segalanya. Aku tidak akan membiarkan kakak disalahkan," ucap Adelle dengan tersenyum manis membuat Nathan salah tingkah saat melihatnya.

"Tidak, tidak. Kurasa aku tahu kita harus kemana, sekarang. Ayo ikut aku," ucap Nathan yang kemudian terlihat menarik tangan Adelle untuk ikut bersamanya.

Ya, Nathan ingat sesuatu tentang pelabuhan tempat mereka berada saat itu.

"Kita akan kemana, kak ? Udara terasa dingin sekali disini," ucap Adelle sambil terlihat merangkul dirinya sendiru dengan satu tangannya yang bebas.

Mendengar itu Nathan langsung berhenti dan berbalik. Tentu saja ia langsung menjadi tidak tega melihat gadis cantik itu terlihat kedinginan seperti itu.

"Lain kali jika sudah tahu kalau dirimu itu tidak tahan dingin, jangan memakai baju minum bahan seperti ini. Kenapa semua wanita sangat keras kepala dan seenaknya saja, sih. Aku sungguh tidak mengerti," ucap Nathan selama memakaikan jaket miliknya pada Adelle disana.

Adelle tersenyum kecil mendengar itu.

"Kakak Lucy pasti sangat bahagia selama hidupnya karena memiliki pria yang pengertian seperti kakak disampingnya," ucap Adelle dengan nada suara sedikit bergetar seperti hendak menangis membuat Nathan beralih menatap gadis itu secara terang-terangan setelah dirinya selesai memakaikan jaket pada Adelle.

"Jika kau mau aku juga bisa memberikan perhatian sebesar yang kuberikan pada adikku itu kepadamu juga. Kau tinggal mengatakannya saja," ucap Nathan dengan nada seriusnya membuat Adelle menjadi salah tingkah karena merasa berbunga-bunga didalam hatinya.

Ya, baru pertama kali itu dia mendengar seorang pria mengatakan sesuatu dengan serius padanya. Tanpa mengharapkan sesuatu apapun darinya.

"Sudahlah, ayo. Aku ingat ada satu Yacht milik keluargaku yang sepertinya ada disini. Kita akan menginap saja disana malam ini. Besok pagi baru kita pulang. Kau tidak keberatan, 'kan ? Lagipula hanya itu pilihan yang cukup masuk akal untuk kita sekarang. Atau mungkin kau mau tidur didalam mobil saja ?" ucap Nathan yang terlihat dengan hati-hati dan sabar menuntun Adelle untuk mengikutinya.

"Aku ikut kakak saja," ucap Adelle dengan masih tersipu malu karena entah mengapa berada didekat Nathan menimbulkan sensasi aneh didalam dirinya.

Tapi ia tidak akan berharap lebih kepada pria yang sudah baik padanya itu. Sikap baiknya tidak akan Adelle salah artikan. Ya. Tentu saja ia harus begitu.

Nathan sendiri terus berjalan dengan santai sambil melihat kesana kemari dan mengingat-ingat dimana tepatnya yacht keluarganya terparkir.

Hingga, akhirnya ia berhasil menemukannya.

"Ini dia akhirnya kita sudah sampai. Tunggu disini sebentar, ya. Aku akan menyalakan lampunya dulu baru kau masuk," ucap Nathan yang kemudian terlihat langsung masuk kedalam yacht milik keluarganya itu.

Sementara Adelle menurut dengan tetap setia berdiri ditempatnya sampai menunggu Nathan selesai. Tapi disela-sela kegiatannya itu, tidak sengaja Adelle melihat dikejauhan sana ada 3 orang pria bertampang seram berjalan kearahnya, membuatnya sedikit takut dan merasa panik.

Adelle melihat kedalam yacht berharap Nathan segera keluar untuk menjemputnya, tapi harapan itu tak kunjung terwujud juga, sedangkan semakin lama 3 orang pria itu semakin mendekat kearahnya.

'Bagaimana ini ?' batin Adelle ketakutan.

Sekali lagi Adelle berniat untuk melihat apakah Nathan sudah selesai atau belum tapi,

"Hai, manis. Kau sendirian ?" ucap salah satu dari pria itu terlihat mencoba menggoda Adelle disana.

Karena takut Adelle diam saja namun berusaha untuk tetap terlihat tenang disana.

"Apakah kau perlu teman ? Kami siap menemanimu. Bukan begitu, kawan ?" ucap pria lainnya membuat Adelle semakin tidak nyaman dan ingin segera pergi melarikan diri darisana.

"Ya. Tentu saja. Kami akan dengan senang hati melakukannya. Bagiamana, cantik ?" ucap pria lainnya lagi sambil terlihat melangkah maju berusaha untuk lebih mendekati Adelle disana membuat wanita cantik itu spontan mundur.

"Tidak. Berhenti disana. Aku tidak sedang sendirian. Temanku sedang____"

"Jangan coba membohongi kami, sayang. Ayolah, kami juga sedang kesepian disini. Mungkin saja kita berempat bisa_____"

"Bisa apa ?"

Adelle spontan langsung memutar kepalanya mendengar suara Nathan tepat dibelakangnya membuatnya langsung berinisiatif bersembunyi dibelakang tubuh pria itu.

"Kenapa kakak lama sekali ?" bisik Adelle membuat Nathan menahan senyumnya mengetahui jika wanita itu sedang ketakutan sekarang.

"Ternyata kau yang bersamanya. Baiklah. Maafkan aku. Aku tidak tahu. Ayo kawan kita pergi. Jangan ganggu mereka," ucap pria yang berada paling depan itu sebelum akhirnya kemudian pergi darisana bersama kedua temannya.

"Kau takut kepada tikus-tikus kecil seperti mereka ? Penakut sekali," ucap Nathan mengejek Adelle membuat wanita itu terlihat mengerucutkan bibirnya kesal.

"Ayolah. Ini daerah baru untukku. Dan ya, bagiamana bisa mereka pergi begitu saja ? Apa kakak anggota geng atau semacamnya hingga mereka takut pada kakak ?" tanya Adelle terlihat tak percaya melihat cara Nathan mengusir 3 pria bertampang preman tadi dengan mudahnya.

"Ayo masuk. Aku akan menjelaskannya sambil jalan. Jadi dulu aku dan kembaranku bisa dibilang kami adalah dua bocah yang nakal sekali. Kami berdua suka berbuat iseng dan melakukan kekacauan bersama. Dan kurasa salah satu dari 3 pria itu tadi mengingat dan mengenalku. Mungkin saja dia pernah menjadi korban kejahilanku. Kalau tidak salah, dulu aku pernah hampir membunuh orang dengan menceburkannya kedalam laut ini saat akhir musim gugur. Bayangkan saja betapa dinginnya suhu air saat itu. Hati-hati," ucap Nathan terlihat perhatian dengan memegang tangan Adelle disana saat wanita itu hendak menuruni tangga.

"Terima kasih, kak. Dan ya, kedengarannya aku pasti pusing sekali jika berteman dengan kakak saat masih kecil dulu," ucap Adelle membuat Nathan tertawa kecil mendengarnya.

"Tapi aku tidak seperti itu, sekarang. Percayalah. Ya, siapa tahu kau mau menjodohkanku dengan seseorang. Katalan hal-hal yang baik saja tentangku pada orang itu ya. Seperti kalau aku tampan dan baik. Aku penyayang dan lembut. Yang semacam itulah," ucap Nathan kemudian terlihat menertawakan kekonyolannya sendiri karena sudah mengatakan semua itu.

Adelle sendiri juga tak kuasa menahan tawa karenanya.

"Baiklah. Aku bisa melakukannya," ucap Adelle kemudian terlihat berhenti berjalan saat Nathan juga berhenti disana.

"Baiklah, kau bisa gunakan kamar ini untuk tidur malam ini. Maaf jika kamarnya sedikit berantakan, ya. Karena kurasa sudah lama setelah terakhir kali keluargaku memakai yacht ini untuk______"

Ucapan Nathan terasa tersangkut ditenggorokan, saat melihat isi kamar itu setelah ia menyalakan lampunya disana.


"Hmm.. sudah lama tidak dipakai, ya ?" ucap Adelle menggoda Nathan membuat pria itu terlihat salah tingkah.

"Sungguh aku tidak tahu sama sekali tentang ini. Mungkin saja orang tuaku yang sering menggunakan yacht ini untuk_____"

"Haha.. lihatlah wajah kakak. Sudahlah aku mengerti. Aku hanya bercanda tadi." ucap Adelle terlihat menikmati wajah Nathan yang terlihat panik itu.

"Tapi lihatlah kamar yang begitu romantis ini. Bunga-bunga cantik ini dan juga lilin-lilin aroma itu. Bukankah sayang sekali jika tidak terpakai ? Bagaimana jika______"

"Tidak-tidak. Aku tidak mau." ucap Adelle bersiap melarikan diri tapi,

"Aaaaa... lepaskan aku, kak."

Nathan terlihat memeluk Adelle kuat dan diseretnya wanita cantik itu kedalam kamar.

"Apa yang akan kakak lakukan ?"

Adelle terlihat semakin panik saat melihat Nathan terlihat serius dan tak berniat sedikitpun untuk melepaskannya disana hingga,

Bruuk

Nathan membanting tubuh Adelle hingga jatuh terbaring diranjang membuat wanita cantik itu tentu saja langsung berniat kabur darisana tapi,

"Kau tidak akan bisa lari dariku, manis,"

Terlihat Nathan kini menindih Adelle yang ada dibawahnya. Mengunci pergerakan wanita itu agar tidak bisa kemana-mana.

"Lepaskan aku, ka. Kumohon,"

Nathan hanya diam saja tak bereaksi apa-apa.

"Ada syaratnya," ucap Nathan sambil menyeringai puas disana.

"Syarat ?" tanya Adelle bingung.

"Katakan ini dengan sungguh-sungguh 'Kakak Nathan yang tampan dan baik hati, tolong lepaskan aku' dan ya, jangan lupa tersenyum juga," ucap Nathan yang memang hanya berniat menjahili Adelle sejak awal. Ya, itu karena dia tidak terima sudah digoda oleh wanita cantik itu tadi.

Adelle terlihat berpikir sebentar sebelum,

"Jika aku tidak mau, bagaimana ? Kita lanjutkan saja kebagian berilutnya," ucap Adelle menantang dan dengan jahilnya ia mengangkat sedikit kepalanya untuk mengecup bibir Nathan disana.

Nathan menjadi salah tingkah. Ia tidak menyangka melihat Adelle lebih berani disana.

"Jangan membuatku kehilangan akal sehatku, Adelle. Sudahlah. Kau tidurlah. Aku akan tidur diluar. Panggil saja aku jika kau membutuhkan sesuatu." ucap Nathan kemudian bersiap bangun dan pergi darisana tapi,

Adelle langsung saja menarik leher kaos yang digunakan Nathan membuat pria itu kembali pada posisinya semula.

"Ayo kita lakukan itu, kak. Jadilah yang pertama untukku. Aku sungguh tidak keberatan. Aku percaya pada kakak," ucap Adelle kemudian merangkul leher Nathan dengan mesra disana, bermaksud agar pria itu tidak bisa pergi kemana-mana lagi.

"Maafkan aku, Adelle. Aku tidak bisa melakukannya. Beristirahatlah." ucap Nathan kemudian terlihat membuang mukanya sambil mencoba melepaskan rangkulan tangan Adelle dilehernya itu.

"Kenapa ? Apa yang salah padaku ? Apa aku tidak terlihat menarik ?" ucap Adelle terlihat melepaskan rangkulan tangannya kemudian membuang mukanya kesamping, merasa sedih karena Nathan menolaknya.

"Sungguh bukan seperti itu, Adelle. Aku sudah tidak muda lagi dan aku tidak ingin main-main diusiaku sekarang. Kau gadis yang baik jadi aku tidak akan melakukan apapun padamu karena memang kita tidak memiliki hubungan apapun sebelumnya. Akan terkesan seperti aku yang brengsek disini jika aku melakukannya denganmu. Kau mengerti maksudku, 'kan ?" ucap Nathan kemudian perlahan melepaskan tangan Adelle dan kemudian memilih duduk disamping Adelle disana.

Adelle pun juga bangun dan ikut duduk disana. Keduanya sekarang saling memunggungi satu sama lain.

"Kalau begitu jadilah kekasihku, kak."

Setelah hening beberapa saat, akhirnya Adelle berani berucap. Nathan tersenyum kecil mendengar itu.

Ia menoleh sedikit dan melihat Adelle tengah menunduk sambil memainkan jari didekatnya.

Dan bukannya segera menjawab petanyaan Adelle, Nathan malah berdiri dan berhenti tepat didepan wanita cantik itu. Memmbuat Adelle mendongak menatapnya.

"Tidak. Aku tidak mau menjadi teman, sahabat, ataupun kekasihmu," ucap Nathan membuat Adelle kembali menunduk merasa lesu.

"Jadilah pasanganku untuk selamanya. Menikahlah denganku," ucap Nathan sambil mengulurkan tangannya berharap Adelle segera meraihnya sebagai tanda setuju.

Adelle terlihat mendongak menatap Nathan sebentar sebelum,

"Ya. Aku mau," ucap Adelle yang kemudian berdiri setelah meraih tangan Nathan.

"Aku memang belum mencintaimu, sekarang. Saat ini aku hanya percaya bahwa kita akan cocok bersama. Apa kau percaya padaku ? Apa kau tidak masalah dengan itu ? Jika bisa buatlah aku jatuh cinta padamu secepatnya," ucap Nathan membuat Adelle tersenyum manis saat merasa pria itu merangkul pinggangnya mesra.

"Aku akan mencobanya, kak. Mari kita cari tahu apa arti cinta itu bersama," ucap Adelle kemudian mengecup pipi Nathan singat membuat pria itu tersenyum senang.

"Apa kau sudah makan ? Aku merasa lapar. Mungkin saja ada sesuatu yang bisa kita makan disini. Kau mau juga ?" ucap Nathan membuat Adelle menatapnya dengan penuh arti disana,

"Lalu kamar berbunga-bunga ini bagaimana ? Tidakkah kakak ingin menggunakannya ? Kita bisa_____"

"Jangan menggodaku lagi, Adelle. Atau kau akan menyesal karenanya, nanti." ucap Nathan kemudian terlihat melepaskan dirinya dari Adelle dan pergi keluar dari sana.

Tentu saja Adelle langsung mengikuti dibelakangnya.

"Aku tidak menggoda kakak. Aku berungguh-sungguh. Aku sudah_____"

"Aku tidak dengar. Lalalalalalala ..."

• • • • •

Ditempat Lucy dan Anthony...

"Katakan kau mencintaiku, An,"

"Aku mencintaimu, sayang,"

"Lagi,"

"Aku sungguh sangat mencintaimu,"

"Lagi,"

"Aku sangat, sangat dan sangat mencintaimu. Selalu sampai kapanpun,"

Lucy tersenyum kemudian memeluk suaminya itu dengan erat mendengar itu.

Saat ini keduanya sudah bersiap tidur dengan Anthony yang terlihat masih bersandar dikepala ranjang dan Lucy yang bersandar manja didadanya.

"Bisakah kau berjanji sesuatu padaku," ucap Lucy terdengar serius membuat Anthony menjadi sedikit bingung.

"Berjanji apa, hmm ?" tanya Anthony was was.

"Jika saat melahirkan terjadi sesuatu padaku, rawatlah baby kita ini dengan penuh cinta hingga didalam hidupnya nanti dia tidak akan merasa kesepian karena merindukan ibunya. Berjanjilah," ucap Lucy terdengar serius kemudia mengeratkan pelukannya tanda jika Anthony tak boleh mengelak darinya.

"Apa-apaan itu, sayang ? Kita akan membesarkannya bersama-sama. Aku tidak mau tahu. Tidak akan terjadi apa-apa padamu. Kau dan baby kita akan baik-baik saja," ucap Anthony membuat Lucy tersenyum dan mengecup dada bidang suaminya itu lama dan sengaja menyembunyikan wajahnya disana.

"Sebenarnya ada apa denganmu ? Kenapa tiba-tiba kau bicara seperti itu ?" tanya Anthony terlihat khawatir melihat tingkah aneh istrinya itu.

Anthony memeluk Lucy dengan penuh sayang, mencoba membuat istrinya itu tenang dan merasa nyaman untuk bercerita kepadanya.

"Sebenarnya aku bermimpi buruk pagi ini. Aku melihatmu menangis sambil memelukku yang terbaring tak bernyawa di rumah sakit, didepan para dokter dan suster yang menangani persalinanku. Kau terlihat sangat histeris karena terpukul atas kepergianku hingga tidak mau menerima anak kita. Aku tidak mau itu terjadi. Kau harus tetap menyayangi anak kita apapun yang terjadi nanti. Jika memang saat persalinan nanti terjadi sesuatu padaku, itu sama sekali bukan kesalahannya. Sekarang berjanjilah," ucap Lucy dengan masih tetap menyembunyikan wajahnya didada suaminya itu.

Anthony diam sebentar. Apalagi saat ia merasa kaosnya basah tanda jika istrinya itu tengah menangis.

"Jangan bicara hal yang belum pasti terjadi seperti itu, sayang. Tapi jika ini membantu menenangkan hatimu, baiklah. Aku pasti akan menyayangi anak kita apapun yang terjadi. Tapi sungguh tanpamu aku pasti tidak akan bisa hidup. Jadi kumohon berusahalah bertahan sampai akhir. Tetaplah bersamaku. Jangan pergi meninggalkanku lagi," ucap Anthony membuat Lucy yang tadinya menangis tanpa suara kini langsung terisak hebat.

"Sudahlah, sayang. Itu hanya bunga tidur. Itu tidak akan terjadi akan kupastikan itu. Tuhan tidak akan mengambilmu sebelum aku memeberikan seluruh kebahagiaan didunia ini untuk penebusan kesalahanku padamu dulu. Percayalah padaku. Semua akan baik-baik saja, oke. Jangan menangis lagi," ucap Anthony lagi membuat tangisan Lucy perlahan mereda.

Anthony terus mengecup puncak kepala istrinya itu tanpa henti, seolah mengatakan jika ia tidak suka dan tidak ingin melihat istrinya menangis seperti itu.

"Aku tidak mau tahu, besok pagi kau harus bangun duluan dan membuatkan sarapan untukku. Aku tiba-tiba ingin sarapan di kamar jadi tolong jangan terlambat tuan pelayan tampan," ucap Lucy yang tentu saja membuat Anthony tertawa geli mendapati suasana hati istrinya yang berubah-ubah dengan cepat itu setelah kehamilannya.

Menurutnya itu lucu.

"Siap nyonya cantik. Sekarang ayo kita tidur. Tapi bisakah kau lepaskan pelukannya sebentar karena aku mau melepas kaos ini. Atau nanti aku bisa masuk angin memakai kaos yang basah karena air mata ini," ucap Anthony yang tentu saja langsung mendapat tinjuan ringan didadanya dari istrinya itu sebelum akhirnya Lucy langsung tidur berbaring membelakangi Anthony disana karena kesal.

"Aku sangat mencintaimu. Mimpi indah, sayang."

Cup

Terakhir Anthony mengecup kening istrinya sebelum akhirnya memeluk Lucy dari belakang dan ikut tidur.

'Cintaku ini, akan selalu hanya untukmu meski maut mengambil paksa salah satu dari kita lebih dulu. Selamat malam, sayang,'

Bersambung.....

• • • • •

Lalalalalala...
Tututututututu...

Hayo hayo hayo...

Habis ini ucapkan selamat tinggal samaaaaaaa...

Jeng jeng jeng !

Sad ending ah 😅😅😅

Besok aku up lagiiiii !!!

Tungguin 🤗🤗🤗

Comment and Vote Guys ❤

Thanks for reading

LailaLk

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top