MFG 57 - Family Time
"Hentikan itu, An ! Jangan menggangguku ! Pergilah saja sana."
"Itu bukan aku, sayang. Berhenti memarahiku. Setidaknya buka matamu dulu dan lihat siapa pelakunya. Padahal aku diam saja sejak tadi. Lagipula bagaimana aku bisa bergerak jika kau memelukku seerat ini ? Lihatlah aku daritadi hanya sedang membaca buku pemberianmu dengan tenang disini." ucap Anthony membela dirinya disana.
Ya, hari itu masih pagi dan Lucy merasa kesal karena ada yang mengganggu tidur nyenyaknya.
Tunggu. Tidak.
Hari bisa dibilang sudah siang namun Lucy terlihat tak ingin bangun dari ranjang baru miliknya itu meski sebentar saja.
Dan Anthony ?
Pria itu bisa melakukan apa jika wanitanya itu memang sudah sangat keras kepala seperti itu. Bahkan semalaman ia diam saja saat harus merelakan tubuhnya untuk dijadikan sebagai guling oleh Lucy.
Hingga kebenaran jika Anthony lah yang butuh perawatan, terasa terlupakan disana.
Karena merasa sudah tak tahan lagi dengan gangguan bertubi-tubi itu akhirnya Lucy memutuskan untuk bangun dan melihat siapa pengganggunya sebenarnya disana.
"Mommy !!!!!!"
Lucy yang mulanya ingin marah langsung saja dibuat tersenyum saat tiba-tiba ia dikejutkan oleh putrinya yang melompat kedalam pangkuannya dan memeluknya erat disana.
"Dia bilang merindukanmu. Padahal sudah kubilang jika dia bisa sakit lagi jika datang kemari lagi. Tapi aku bisa apa menghadapi sikap keras kepalanya yang menurun darimu." ucap Nathan yang sebelumnya tadi memang menggendong Gaby sebelum akhirnya putri kecil itu akhirnya mau turun.
"Benarkah ? Putri Mommy ini rindu pada Mommy, hmm ? Lalu kenapa kau mengusir Mommy semalam ?" ucap Lucy terlihat berpura-pura merajuk membuat Gaby memasang wajah cemberutnya disana.
"Jika Mommy marah pada Gaby masih ada Daddy, 'kan ?" ucap Anthony mencoba menghibur putrinya disana membuat Gaby langsung menjadi ceria kembali dan bangun kemudian memberikan ciuman manis dipipinya disana.
"Apa Daddy sudah sembuh ? Apa masih sakit ? Apa Daddy disuruh dokter minum obat ? Bagaimana rasanya ? Apakah tidak enak ?" tanya Gaby kritis disana membuat Anthony dan Lucy terlihat diam sejenak sebelum akhirnya keduanya tertawa bersama.
Nathan sendiri yang melihat itu juga merasa bahagia karenanya tapi, entah mengapa ia menjadi ingat sesuatu.
Dan Lucy yang menyadari keanehan kakaknya itu tentu saja tak mau tinggal diam saja.
"Kau kenapa ? Oh ya, bagaimana urusanmu dengan Catherin ? Apa kau sudah bertemu dengannya ? Aku belum sempat menanyaimu kemarin." ucap Lucy yang kemudian terlihat turun dari ranjangnya itu berniat ingin mencuci mukanya disana, membiarkan Gaby bermain dengan Anthony.
"Aku pergi sebelum bisa berbicara dengannya. Aku hanya mampu melihatnya dari tempatku berdiri saat itu." ucap Nathan membuat Anthony dan Lucy langsung menatapnya tak percaya.
"Kau pengecut sekali, kak."
"Dia benar, Nath."
Nathan diam sebentar disana.
Dengan langkah lesunya kemudian ia terlihat berjalan mendekati sofa yang ada diruangan itu dan duduk disana sambil memijat keningnya.
"Aku harus bagaimana saat melihatnya bersama anak kecil dan juga Connor sedang tertawa bersama saat itu ? Ya, awalnya aku memang meyakinkan diriku jika yang kulihat itu tidak seperti yang kupikirkan hingga, aku memberanikan diri untuk melangkah mendekat dan mendengar semuanya. Mungkin itulah sebabnya ia mencampakkanku. Ya, kuakui aku memang tidak sebaik dan semenyenangkan Connor memang tapi, tidak bisakah dia mengatakannya langsung padaku apa kekuranganku sebenarnya daripada mencampakkanku seperti ini ? Tapi sudahlah. Mulai sekarang aku akan berhenti memikirkannya. Jika dia bisa melanjutkan hidupnya dengan bahagia, kenapa aku tidak." ucap Nathan terdengar penuh penderitaan dan keputus asaan disetiap katanya disana, membuat Lucy mengurungkan niatnya yang hendak pergi ke kamar mandi tadi dan langsung menghampiri kakaknya itu bahkan juga memeluknya erat.
"Jangan berfikir seperti itu. Kau spesial dengan caramu sendiri, kak. Mungkin saja orang belum melihatnya tapi aku tahu benar hal itu. Sudah jangan pikirkan hal ini lagi. Aku akan mendukungmu apapun pilihanmu, okey." ucap Lucy disana mencoba menenangkan kakaknya disana.
"Pengecut itu apa Daddy ?"
Anthony dan Lucy mencoba menahan tawanya disana saat mendengar pertanyaan berat dari gadis manis polos mereka itu dan saat keduanya hendak membuka suara untuk menjelaskannya, Nathan langsung mendahului mereka.
"Pengecut itu saat Gaby langsung lari saat sudah melakukan kesalahan. Yang benar adalah Gaby harus meminta maaf saat itu. Gaby mengerti sayang ?" ucap Nathan penuh pengertian memebuat gadis kecil itu mengangguk cepat.
"Gaby mengerti uncle." ucap gadis kecil itu kemudian terlihat kembali berbincang dengan Anthony disana.
"Jadi apa rencana kakak setelah ini ?" tanya Lucy yang diam-diam juga sebenarnya Anthony mendengarkan juga disana.
"Entahlah. Sepertinya aku akan mengambil proyek di London yang ditawarkan temanku itu. Aku ingin mengistirahatkan pikiranku sejenak disana." ucap Nathan yang langsung saja mendapat pelukan dari Lucy disana.
"Baiklah. Jaga diri kakak baik-baik disana, ya. Jika kakak merasa membutuhkan seseorang untuk bercerita nanti, telfon saja Gaby. Dia kan lebih bisa mendengarkan dariku." ucap Lucy mencoba menggoda kakaknya itu diakhir dan ya, itu cukup bisa membuat Nathan tersenyum disana.
"Kau memang adikku yang terbaik. Jangan khawatirkan aku, aku akan berusaha sebaik mungkin mengembalikan hidupku yang penuh hasrat dan semangat seperti dulu disana nanti." ucap Nathan yang kemudian memeluk adiknya erat disana.
"Tidak biasanya kakak diam saja saat aku belum mencuci muka dan memeluk kakak seperti ini. Biasanya kakak akan_______"
"Kau jorok sekali !! Asataga !!!! Pergi cuci mukamu dulu sana. Lagipula siapa yang membawa ranjang rumahan kedalam rumah sakit seperti ini dasar manja." ucap Nathan mengejek adiknya itu kemudian berdiri menjauh dari Lucy disana.
"Itu karena aku tidak punya tempat untukku tidur disini. Lagipula Anthony juga tidak keberatan, wleeek..." ucap Lucy kemudian berlari kedalam kamar mandi sebelum kakaknya berhasil menangkapnya disana.
Anthony tertawa kecil melihat tingkah kaka beradik itu. Sementara Gaby, ia terlihat sibuk melihat buku yang begitu mengundang rasa penasarannya disana.
"Kau tahan dengan wanita sepertinya ? Apa yang sebenarnya kau lihat dari adikku itu ?" tanya Nathan yang sebenarnya hanya ingin bercanda disana tapi,
"Mau bagaimana lagi ? Aku mencintainya. Jika kau tidak percaya ini buktinya." ucap Anthony yang kemudian menunjuk Gaby yang tengah asyik disebelahnya itu.
Nathan langsung saja menatap Anthony malas disana. Ya, itu adalah jawaban asal dan bodoh menurutnya. Tapi sudahlah.
"Gaby sayang, uncle pulang dulu ya. Nanti uncle akan menjemput Gaby saat sore. Gadis manis uncle tidak boleh nakal selama disini, ya." ucap Nathan yang langsung dijawab anggukkan cepat oleh Gaby disana.
"Dadah, uncle. Hati-hati, ya." ucap Gaby setelah mencium kedua pipi Nathan dengan manis disana.
"Katakan pada Lucy untuk berhenti berkirim pesan dengan Catherin. Aku tidak mau dia masuk dan ikut campur lebih dalam lagi. Biarkan ini selesai sampai disini saja. Aku pergi dulu." ucap Nathan kemudian berjalan pergi keluar dari ruang rawat Anthony disana.
"Daddy, ini apa ? Kenapa gambarnya tidak berwarna ? Boleh Gaby warnai ?" ucap gadis kecil itu lucu saat melihat gambar-gambar coretan hitam putih dinovel milik Daddynya itu.
"Jangan sayang. Nanti Daddy akan membelikan buku mewarnai yang banyak untuk Gaby, ya." ucap Anthony yangsempat membuat Gaby disana cemberut sebentar tapi,
"Tidak mau. Daddy sedang sakit jadi tidak boleh pergi. Gaby akan menjaga Daddy disini." ucap gadis kecil itu dengan nada suara yang terdengar mengancam sebelum kemudian menidurkan kepalanya dipangkuan Daddynya disana.
Anthony tersenyum manis melihat sikap putrinya yang protektif padanya itu.
"Daddy tidak akan pergi kemana-mana, sayang. Daddy akan menyuruh orang untuk membelinya. Gaby mau apa ? Bilang saja." ucap Anthony sambil mengelus rambut putrinya yang terlihat lebih panjang dari yang dilihatnya terakhir kali.
"Emmm... tidak mau. Saat Gaby sakit kemarin uncle dan Grandpa membelikan semuaaaaaaa yang Gaby mau agar Gaby minum obat dengan baik. Tapi Daddy jangan bilang Mommy, ya." ucap Gaby sambil terlihat menutup mulutnya menahan tawanya.
"Kenapa kalo Mommymu itu tahu, sayang ?" tanya Anthony yang sebenarnya sudah bisa menebak jawabannya disana.
"Hihi... Mommy akan memarahi Gaby karena terlalu banyak merengek, nanti." ucap Gaby yang ya, membuat Anthony langsung mencium kening putrinya itu sayang.
"Merengek memang bukan perbuatan baik, sayang. Itu sikap yang buruk. Mommy sudah benar jika tidak memperbolehkan Gaby terlalu banyak merengek seperti itu." ucap Anthony yang membuat Gaby menatapnya lugu dengan kedua bola mata besarnya yang lucu itu.
"Begitukah ? Jika Daddy yang mengatakannya, maka baiklah. Gaby tidak akan mengulanginya lagi. Tapi janji dulu jangan beritahu Mommy." ucap Gaby sambil mengangkat tinggi tangannya dan menunjukkan jari kelingkingnya yang kecil itu pada Anthony disana.
Anthony terlihat tersenyum kecil melihat tingkah lucu putrinya itu.
"Baiklah, janji."
"Janji apa ?"
Anthony terlihat terdiam sebentar disana saat tiba-tiba Lucy sudah berada tidak jauh didepannya sekarang.
"Janji agar Daddy tidak sakit lagi, Mommy. Karena Gaby tidak suka datang ke rumah sakit. Disini membosankan." ucap Gaby dengan bergaya seolah memang ia sedang bosan disana. Ya, agar Mommynya percaya tentu saja.
Lucy langsung saja menatap putrinya itu dengan mata menyipit curiga disana.
"Baiklah. Mommy percaya. Oh ya, sayang apa Daddy Darriel sudah menelfonmu ? Kenapa Mommy tidak bisa menghubunginya sampai sekarang ?" ucap Lucy yang entah mengapa tiba-tiba membicarakan tentang Darriel membuat Anthony merasa sedikit cemburu disana.
"Belum Mommy. Daddy tidak manelfon. Daddy melupakan Gaby. Daddy jahat." ucap Gaby dengan nada sedih yang bahkan sepertinya sudah siap menangis disana.
"Mungkin dia sibuk, sayang. Sudah biarkan saja." ucap Anthony pada Lucy membuat wanita cantik yang tengah menatap dirinya dipantulan cermin itu langsung berbalik.
"Ini aneh, An. Dulu, sesibuk apapun dia akan selalu menyempatkan waktunya sebentar untuk memberikan kabar padaku. Aku berusaha untuk tidak memikirkannya tapi aku tetap merasa khawatir." ucap Lucy merasa sedih dan ya, tentu saja putrinya juga disana.
Anthony yang melihat kedua kesayangannya itu sedih seperti itu tentu saja tak tinggal diam begitu saja.
"Bagaimana jika begini saja ? Aku akan menyuruh seseorang yang kukenal disana untuk mencari tahu bagaimana kondisi Darriel sekarang. Apa dengan begitu kau bisa tenang, hmm ?" ucap Anthony yang kemudian langsung saja membuat Lucy tersenyum senang dan menghampirinya disana.
"Terima kasih priaku yang tampan. Kau memang bisa diandalkan." ucap Lucy setelah memeluk Anthony dengan erat disana.
"Gaby juga mau peluk." ucap gadis kecil itu membuat Anthony langsung membawa putrinya itu kedalam pelukannya dengan erat.
"Katakan Gaby lebih sayang kepada siapa ? Mommy atau Daddy ?" ucap Lucy yang berniat jahil kepada putrinya itu.
"Emmm... siapa ya...." ucap Gaby dengan wajahnya yang terlihat lucu karena bingung memikirkan jawaban disana.
"Sayang Daddy saja. Jangan sayang Mommy." ucap Anthony yang tentu saja berhasil membuat Lucy merasa kesal saat mendengarnya.
"Kenapa begitu ? Kau jahat sekali." ucap Lucy tidak terima.
"Gaby mau adik lucu tidak ? Daddy bisa memberikan banyak adik lucu untuk Gaby. Sedangkan Mommy tidak bisa." ucap Anthony diriingi tawa kecil mengejek disana.
Lucy terdiam sebentar.
"Tunggu sebentar ?!! Oh, jadi kau mau membuat adik untuk Gaby bersama wanita lain, Hah ?!!!! Baiklah ayo kita lihat apa kau bisa melakukannya selagi aku masih hidup. Kurasa kau perlu diberikan pelajaran, tuan menyebalkan. Gaby siap membantu Mommy ?" ucap Lucy terlihat kesal sambil menatao Anthony dengan tatapan jahilnya yang menyeramkan.
"Membantu apa, Mommy ?" tanya Gaby yang memang tidak tahu apa maksud Mommynya disana.
"Menggelitiki Daddy nakalmu ini hingga dia merasa menyesal." ucap Lucy senangat dan kemudian langsung menghujani Anthony dengan gelitikan yang bertubi-tubi diseluruh tubuhnya disana.
Gaby yang mengira jika Daddy dan Mommynya sedang bercanda itu, langsung saja ikut andil menggelitiki Daddynya dengan jari-jari mungil miliknya itu.
"Geli sayang ! Hahahaha... baiklah-baiklah. Aku kan juga hanya bercanda tadi. Sudahlah. Hentikan semua ini." ucap Anthony yang sepertinya tak diindahkan oleh Lucy disana.
"Mommy, kasihan Daddy. Berhenti saja." ucap Gaby yang menyuarakan suaranya memihak Anthony disana.
Lucy akhirnya berhenti sesuai permintaan putrinya itu.
"Berterima kasihlah kepada putriku yang manis itu. Atau kau akan habis ditanganku." ucap Lucy mengancam dengan sorot mata yang serius, membuat Anthony menelan ludahnya susah disana.
"Tidak. Aku tidak akan berani macam-macam lagi sekarang, nyonya. Maafkan aku ya..." ucap Anthony yang kemudian memeluk dan mencium pipi Lucy dengan tiba-tiba disana.
Membuat Gaby tertawa kecil sambil menutup mulutnya melihat itu.
"Kenapa tertawa, princess ? Apa Gaby mau dicium juga ? Sini." ucap Anthony yang membuat Gaby langsung berangsur memeluknya dan mencium pipinya terlebih dahulu disana.
"Dia pasti menginginkan sesuatu jika menciummu dulu seperti itu." ucap Lucy yang saat ini memilih menyandarkan kepalanya dibahu pria yang dicintainya itu.
"Benarkah ? Jadi putri cantik Daddy ini mau apa, hmm ?" tanya Anthony yang terlihat menikmati kehangatan yang tercipta diantara mereka disana.
"Gaby mau...."
Lucy dan Anthony terlihat menunggu kelanjutan kalimat putrinya itu dengan sabar dan siapa sangka jika jawaban putrinya itu membuat keduanya cukup terkejut karenanya.
"Adik laki-laki."
Anthony tertawa keras mendengar jawaban Gaby disana sementara Lucy menghela nafas beratnya.
'Kurasa membiarkan Gaby terlalu dekat dengan Anthony adalah keputusan yang buruk. Sekarang aku kehilangan satu pengikut setiaku 😭'
Bersambung.....
• • • • •
Kalo kemarin aku minta ide cerita, sekarang kasih tahu coba siapa
Model yang cocok buat tokoh utama cowok dan cewek nya 😊😊
Kalo bisa sekalian yang serasi ya 😁
Comment and Vote Guys ❤
Thanks for reading
LailaLk
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top