MFG 55 - I Know, Babe
Niatnya update besok padahal 😅😅
Dasarnya kalo orang baik tuh susah 😁😁
• • • • •
.
.
Pagi harinya....
"Aku mencintaimu."
"Aku tahu."
"Kau terlihat sangat cantik sekali."
"Aku memang cantik."
"Kau sudah makan sarapanmu tadi ?
"Sudah."
"Sebenarnya kau sedang melakukan apa didalam ponselmu itu ! Jangan mengacuhkanku seperti ini. Aku kan baru saja sadar jadi_____"
"Jangan mengomel terus, An. Makan saja ini. Kau ini kenapa sih ? Aku sedang bertukar pesan dengan Catherin. Lihat ini. Aku sedang membicarakana hal yang serius dengannya." ucap Lucy setelah menyuapkan buah anggur dengan paksa untuk menghentikan Anthony yang mengomel terus sejak tadi.
"Hal serius apa memangnya, aku kan atasannya jadi_____"
"Maafkan aku boss besar, ini urusan wanita. Para pria tidak akan mengerti." ucap Lucy kesal berniat berdiri dari duduknya untuk pergi keluar sebentar tapi,
"Jangan pergi. Baiklah aku tidak akan mengganggumu lagi. Tapi tetaplah disini." ucap Anthony yang membuat Lucy tak tahan lagi menahan rasa gemasnya dan langsung mencubit pipi pria itu dengan sedikit kencang.
"Sikapmu ini terasa seperti anak kecil, An. Gaby saja tidak semanja dirimu. Sebenarnya aku ingin tanya sesuatu padamu dan aku ingin kau jujur tentang sesuatu padaku." ucap Lucy terdengar mulai mengarah kehal serius disana.
"Aku akan melakukan semua yang kau minta, sayang. Katakan apa yang harus kuakui sekarang ?" ucap Anthony terdengar santai sambil menatap wanita yang dicintainya itu lekat.
"Kau yakin ?" tanya Lucy memastikan.
"Tentu saja, sayang. Ada apa sih ?" ucap Anthony terdengar penasaran.
"Apa kau yang selama ini membantu Catherin bersembunyi dari kakak-kakakku ?" tanya Lucy sambil terlihat menatap Anthony menyelidik.
Anthony diam sebentar.
"Hahahah kukira hal apa yang sangat penting dan ingin kau ketahui." ucap Anthony terlihat tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya.
"Jawab pertanyaanku !" desak Lucy kesal.
"Baiklah-baiklah, jawabanku adalah tidak. Aku dulu memang pernah menawarkan bantuan secara penuh padanya tapi dia hanya menginginkan pekerjaan dariku. Diluar itu aku tidak membantunya apa-apa lagi. Kenapa memang ? Jangan terlalu mengkhawatirkannya. Dia mampu menanganinya sendiri dengan baik sejauh ini. Jangan mengganggunya, sayang. Connor dan Nathan pada akhirnya juga akan mengetahui keberadaannya sendiri nanti. Waktu mereka bertemu dan tahu semuanya pasti akan tiba nanti." ucap Anthony terlihat santai sekali saat mengatakannya membuat Lucy percaya jika pria yang dicintainya memang mengatakan yang sebenarnya.
"Tapi An, sebagai wanita aku tahu bahwa tidak semudah itu membesarkan seorang anak sendirian tanpa pria yang mendukungnya. Bahkan membayangkannya saja aku tidak bisa, An. Dia pasti mengalami banyak kesulitan selama ini. Kau sudah menggajinya dengan cukup, 'kan ?" ucap Lucy yang kemudian langsung menyimpan ponselnya diatas nakas dan merebahkan dirinya didekat Anthony disana.
Lucy menyandarkan kepalanya dengan nyaman didada pria itu.
"Tentu saja, sayang. Aku sudah menggajinya dengan sangat cukup. Bahkan saat aku menitipkan anjingku padanya saja dia meminta upah. Temanmu itu sungguh suka dengan uang. Dan ya, kurasa aku berhutang maaf dan terima kasih padamu karena sudah menjaga si manis Gaby itu dengan baik selama ini sebagai ibu tunggal." ucap Anthony sambil sesekali mengelus rambut wanitanya itu.
"Tidak, An. Dulu aku masih dibantu Darriel dan aku bersyukur akan hal itu. Tapi Catherin, dia_______"
"Ada apa dengan Catherin ?!"
Lucy langsung bangun dari posisinya saat ini saat mendengar suara kakaknya yang terdengar dingin tepat dibelakangnya itu.
"Kakak datang ? Bagaimana demam Gaby ? Apa dia baik-baik saja dirumah ? Oh ya aku mau_____"
"Jangan mencoba untuk lari dari pertanyaanku. Kau sedang membicarakan Catherin yang sama seperti yang kumaksudkan, 'kan ? Ada apa ini ? Apa yang tidak kuketahui disini ? Kau menyembunyikan sesuatu dariku, Lu ?" ucap Nathan menuntut jawaban adiknya disana.
"Tenanglah dulu, kak. Jangan buat keributan disini. Kita bisa bicara perlahan, 'kan ? Tapi sekarang katakan apa yang membuat kakak datang kesini. Kenapa mendadak sekali ? Kakak bilang mau bekerja pagi ini, 'kan ?" ucap Lucy yang kemudian turun dari ranjang rawat Anthony untuk mencoba menenangkan kakaknya itu.
"Ini. Gaby mengatakan untuk memberikan ini pada Anthony. Dia bilang sudah tidak sabar untuk bertemu Daddynya. Sekarang katakan apa yang tidak kuketahui tentang Catherin ? Bagaimana kau bisa tahu tentangnya padahal kau belum lama disini ? Dimana dia sekarang ? Kau memiliki nomornya ? Berikan padaku." ucap Nathan terlihat tidak sabaran disana.
"Jangan buat adikmu itu kesulitan dengan harus menjelaskan semuanya padamu, Nath. Jika kau ingin tahu semua jawaban yang kau butuhkan, pergilah ke kantorku dan carilah dia disana. Seseorang yang sedang lari bukan berarti mustahil untuk ditangkap, 'kan ? Mungkin jika sekali saja kau mau tertarik dengan dunia bisnis dan kantor, kau pasti akan menemukannya lebih cepat sejak dulu. Karena dia tahu jika kau tidak akan pernah mau masuk kedalam kantorku karena perselisihan kita sejak lama, selama ini dia bersembunyi ditempatku. Pergilah." ucap Anthony yang terlihat langsung mendapat tepukan dipundaknya dari Nathan.
"Terima kasih, kawan. Aku pergi dulu." ucap Nathan kemudian melesat pergi begitu saja darisana.
Setelah kepergian kakaknya itu Lucy terlihat langsung memutar badannya dan menatap Anthony tajam.
"Apa sayang ? Jangan melihatku seperti itu ? Aku hanya tidak mau dia mengganggu waktuku bersamamu disini. Kemarilah. Tidurlah disini lagi." ucap Anthony mencoba meluluhkan hati wanita yang sepertinya mau memarahinya itu.
"Kau sadar sudah membuat Catherin dalam masalah, hmm ? Dasar. Oh ya ini coba lihat apa yang diberikan putrimu." ucap Lucy yang kemudian kembali berbaring dengan posisi sama seperti sebelumnya didada pria yang dicintainya itu sambil memeluk perut Anthony dengan sangat nyaman.
"Baiklah, ayo kita buka hadiah dari tuan putri manis itu." ucap Anthony kemudian membuka sebuah amplop besar yang bergambar karakter anak-anak itu.
"Woah.. lihatlah. Apa dia suka menggambar sayang ?" tanya Anthony sambil tersenyum bahagia melihat hasil karya putrinya itu.
"Ya, dia sangat suka dengan warna warni yang cantik. Kau tahu kuda poni putih yang rambutnya berwarna seperti pelangi didalam film barbie. Putrimu itu memimpikan bisa memiliki kuda poni itu suatu saat nanti. Dia sungguh lucu sekali. Mana ada kuda poni yang______"
"Aku akan mewujudkannya."
Lucy terkesiap dengan ucapan Anthony dan langsung saja bangun menatap tak percaya pria itu disana.
"Hahaha.. jangan bercanda, An. Itu tidak lucu. Lagipula jika kau memang benar bisa mewujudkan hal itu, kusarankan untuk jangan terlalu memanjakan putrimu itu. Dia akan menjadi nakal dan tidak terkendali nanti." ucap Lucy mengingatkan Anthony disana.
"Bagaimana bisa aku mengabaikan keinginan putriku yang lihatlah, apa katanya disini. 'Aku akan cepat sembuh dan datang kesana, Daddy' aku sungguh tidak sabar ingin memeluknya sekarang. Kenapa dia tidak mau melakukan video call denganku, sayang ? Aku sungguh sangat merindukannya." ucap Anthony membuat Lucy menahan tawanya melihat tingkahnya yang lucu itu.
"Belajarlah sedikit dari putrimu itu. Kau sungguh lebih kekanakan darinya, An. Kau tahu selama ini Gaby tidak pernah sakit. Dia selalu mendengarkan semua ucapanku. Dia selalu menurut saat aku menyuruhnya makan buah dan sayur. Saat aku bilang tidak maka dia akan menurutinya. Bagaimana menjelaskannya ya, putrimu itu sama sekali tidak pernah membuatku repot ataupun merasa sedih selama ini. Dan ya, itulah yang sekarang dilakukannya kepadamu. Katanya, 'Aku tidak mau Daddy melihatku saat sedang sakit. Nanti Daddy bersedih'. Tidakkah menurutmu putrimu itu pintar ? Kau tahu siapa yang mengajarinya seperti itu ?" ucap Lucy yang kemudian mendongak untuk menatap Anthony disana.
"Yang kutahu tentu saja tidak mungkin dirimu, sayang. Jika Gaby menjadi sepertimu, dia pasti akan menjadi sangat cerewet sekali sekarang." ucap Anthony berniat menggoda wanitanya itu.
"Benar juga. Tunggu ?! Apa tidak sakit jika aku bertumpu didadamu seperti ini ? Aku bangun saja ya." ucap Lucy yang kemudian berniat bangun tapi Anthony menahan niatnya itu.
"Tidak. Aku sudah sangat baik-baik saja sekarang, sayang. Jangan cemas." ucap Anthony yang langsung memberikan pelukan hangat pada Lucy untuk menenangkan wanita cantiknya itu.
Lucy menghela nafas panjang.
"Aku sungguh tidak mau lagi melihatmu dengan penuh darah seperti itu, An. Kuharap itu adalah terakhir kalinya aku melihatmu celaka tepat didepan mataku. Aku tidak mau ada yang kedua kalinya. Kau dengar, 'kan ?" ucap Lucy terdengar serius membuat Anthony tersenyum kecil disana.
"Apa kau tahu alasanku bisa terluka seperti itu ?" tanya Anthony terlihat sedikit khawatir jika mungkin saja wanita yang dicintainya itu akan mengalami trauma nanti.
"Tidak. Tapi melihatmu terluka dengan Gaby yang berada dalam pelukanmu saat itu, pasti karena putrimu itu menyebrang sembarangan, 'kan ? Kurasa itu juga adalah salahku yang terus saja sibuk dengan cincin saat itu. Maafkan aku. Tapi sungguh cincin pemberian Darriel itu susah sekali dilepaskan. Lihatlah ini. Sampai meninggalkan bekas." ucap Lucy sambil memperlihatkan jejeran jari-jari cantiknya pada Anthony disana.
Anthony tersenyum kecil dan mencium satu persatu jari wanitanya itu.
"Yang terjadi biarlah terjadi. Aku sama sekali tidak menyesal harus mengalami semua ini, asal kau dan Gaby tetap sehat dan baik-baik saja. Aku akan lebih menyesal saat harus melihatmu atau putri kecil kita itu terluka tanpa bisa berbuat apa-apa. Ini sudah menjadi tugasku sejak dulu, hanya saja aku baru mampu melakukannya sekarang." ucap Anthony membuat Lucy bangun dan menatap prianya itu dengan tersenyum manis.
"Apa aku pernah bilang akan sangat sulit untuk mempercayaimu lagi setelah apa yang sudah terjadi diantara kita ? Sekarang aku ingin mencabut kata-kata itu dan aku ingin kau berjanji beberapa hal padaku." ucap Lucy terlihat memasang wajah seriusnya membuat Anthony pun akhirnya menyiapkan dirinya disana.
"Apa saja itu ?" tanya Anthony dengan alisnya yang sedikit terangkat.
Lucy tersenyum jahil sebentar sebelum berkata,
"Pertama, berusahalah untuk lebih percaya padaku terlebih dahulu sebelum menyakini ucapan orang diluaran sana tentangku. Berjanjilah." ucap Lucy yang langsung dijawab anggukkan penuh keyakinan oleh Anthony disana.
"Aku berjanji sayang." ucap Anthony lembut.
"Hihi.. saat wajahmu seperti ini kau persis Gaby. Baiklah, yang kedua sedikit sulit. Kau yakin bisa memenuhi janji ini ?" ucap Lucy hanya berniat menggoda Anthony saja disana.
"Aku pasti bisa melakukan apapun itu. Kau tinggal mengatakannya saja." ucap Anthony terdengar meyakinkan, membuat Lucy terlihat menahan tawanya disana.
"Kurasa aku tidak memiliki keinginan untuk memiliki anak lagi jadi, berjanjilah untuk tidak memaksaku dengan hal itu." ucap Lucy yang kemudian terlihat memainkan bibirnya berusaha menahan tawanya saat melihat ekspresi Anthony yang tiba-tiba saja menjadi sedih dan lesu setelah mendengarnya.
"Memangnya kenapa dengan anak lagi ? Aku bahkan ingin kita memiliki 5 anak. Aku ingin mengalahkan rekor Daddymu sebenarnya." ucap Anthony yang tentu saja membuat Lucy metapnya tak percaya.
"Kau bersungguh-sungguh dengan ucapanmu itu ? 5 anak ? Kau bercanda ya ?" tanya Lucy beruntun ditengah keterkejutannya itu.
"Emm.. baiklah jika kau keberatan bagaimana kalau 3 saja." ucap Anthony sambil terlihat menampilkan senyum manisnya membuat Lucy menatapnya menyelidik.
"Tunggu tuan tampan, memangnya apa ikatanmu denganku sehingga kau memaksaku memiliki anak lagi seperti ini ? Lihat ? Tidak ada cincin dijariku ini. Kurasa aku juga masih bebas untuk menikah dengan siapa saja sekarang. Benar, 'kan ?" ucap Lucy yang sebenarnya hanya berniat menggoda Anthony disana tapi,
Pria itu nampaknya langsung saja terbawa perasaan karenanya dan kemudian menangkup wajah cantik Lucy itu dengan kedua tangannya.
"Dengar, selama aku masih hidup akan kugagalkan semua pernikahan yang akan kau lakukan bersama siapapun pria lain itu. Aku pernah sekali kehilanganmu dan itu adalah kebodohan terakhir yang pernah kulakukan dalam hidupku. Jika kebodohan itu terulang kembali maka daripada hidup dengan penyesalan melihatmu bersama orang lain, lebih baik aku tiada, Luc." ucap Anthony terlihat bersungguh-sungguh saat mengucapkannya membuat Lucy merasa terharu karenanya.
Lucy mengelus lembut tangan Anthony yang masih setia menangkup pipinya itu.
"Kalau begitu nikahi aku lagi. Aku tidak ingin pernikahan mewah. Aku ingin kita hanya menikah digereja tanpa ada satupun undangan disana. Hanya ada keluarga saja. Semua orang diluaran sana hanya menganggap istrimu ini sudah tiada, tapi sebenarnya kau sudah memutuskan hubunganmu denganku sebelum kau membuatku tiada saat itu. Aku benar, 'kan ?" ucap Lucy dengan matanya yang berkaca-kaca membuat Anthony tak kuasa melihatnya.
"Aku akan melakukan semua keinginanmu sayang. Jika itu yang kau ingingkan maka itulah yang akan terjadi." ucap Anthony kemudian mencium kening wanita yang dicintainya itu sebelum akhirnya memeluknya erat.
"Dokter bilang jangan bergerak terlalu aktif dulu. Punggungmu yang tertusuk kaca dan besi mobil itu melum sepenuhnya sembuh. Kembalilah berbaring saja. Beruntung besi itu tidak menancap terlalu dalam, An. Sudahlah memikirkannya lagi membuat nafasku terasa berhenti." ucap Lucy yang terlihat memaksa Anthony untuk melepaskan pelukannya dan mendorong tubuh pria itu untuk kembali berbaring.
"Aku sungguh sudah baik-baik saja, sayang. Kau tahu, bahkan kurasa untuk membuat baby bersamamu sekarang saja aku masih bisa. Kau mau mencobanya untuk membuktikannya ?" ucap Anthony terlihat tersenyum jahil yang langsung saja diberikan hadiah cubitan dilengannya oleh Lucy disana.
"Membuat baby katamu ? Kau mau punggungmu patah karena memaksa bangun ? Sudahlah. Aku lelah sekali karena jarang tidur saat malam beberapa hari kemarin. Biarkan aku tidur sebentar dulu sekarang. Tapi jika butuh apa-apa bangunkan saja aku, ya. Rasanya aku bisa tenang sekarang saat kau sudah bisa bercanda seperti sekarang ini. Aku yakin kau akan segera membaik sebentar lagi. Oh ya, pembicaraan kita tentang berjanji tadi belum sepenuhnya selesai. Tunggu sampai aku bangun dan kita akan melanjutkannya nanti." ucap Lucy yang kini sudah berbaring disisa ranjang rawat Anthony yang masih cukup lebar untuk tubuhnya yang kecil itu.
Anthony tersenyum kecil dan mengelus punggung wanitanya itu guna membantunya untuk cepat tidur.
"Tidurlah. Kini biarkan aku yang menjagamu hingga kau bangun nanti. Maaf karenaku kau menjadi lelah seperti ini." ucap Anthony membuat Lucy yang sudaha memejamkan matanya itu menggeleng kecil seraya tersenyum.
"Itu karena aku mencintaimu. Aku sangat mencintaimu." ucap Lucy dengan mata yang terpejam dan tangannya yang terulur untuk memeluk Anthony disana.
"Aku tahu, sayang. Aku tahu." ucap Anthony senang kemudian mencium kening Lucy penuh cinta disana.
Setelahnya hanya keheningan yang ada diruangan itu.
Anthony terlihat hanya diam dan seolah tak bisa mengalihkan pandangannya dari Lucy meski sesaat saja.
Ia menyukai wajah tenang Lucy yang tengah tertidur itu.
'Aku mampu menerima semua musibah dan luka yang menghampirimu juga Gaby meski sebesar apapun itu, Luc. Aku memang mengalami koma selama 2 bulan ini, tapi kurasa itu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan semua penderitaan yang harus kau alami selama ini karenaku. Sekarang dan seterusnya adalah waktu dimana kau dan Gaby akan hidup tenang dan penuh kebahagiaan, Luc. Aku menjanjikan hal itu dan akan mewujudkannya sekuat tenagaku.'
Bersambung.....
• • • • •
Hayoooo.. seneng pasti kan aku update cepet 😁😁😁
Kalo kubuat Lucy gak bangun lagi itu pasti seru kan ya 😅😅😅😅
Iya
Jangan
Iya
Jangan
😈😈😈
Sorry kalo ini aku update2 terus. Beneran deh. Error soalnya tuh 😭
Comment and Vote Guys ❤
Thanks for reading
LailaLk
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top