MFG 53 - All I Want...

Pagi harinya...

Pagi ini Darriel datang ke rumah Anthony pagi-pagi sekali seperti permintaan Lucy dalam pesan yang dikirim wanita itu tadi malam untuk menjemputnya dan juga Gaby. Ya, keduanya akan pulang ke Eropa hari ini menggunakan penerbangan umum. Kenapa ? Karena Lucy yang memintanya. Memangnya siapa yang bisa menentang kemauan wanita itu ?

Pertama kali masuk kedalam kawasan rumah Anthony, Darriel sungguh dibuat kagum dengan bagaimana cantiknya penataan taman dan juga lampu-lampu yang menghiasi sekeliling rumah. Rumput hijau yang mengelilingi rumah Anthony, memberikan nuansa segar juga disana.

Tapi Darriel tidak heran melihat semua kemewahan itu, ia sudah tahu bagaimana Anthony dan bagaimana suksesnya pria itu dengan kerajaan bisnisnya. Belum ada satupun oranag yang bisa menyainginya dalam dunia bisnis selama ini. Entahlah, mungkin akan ada nanti.

Dan sekarang, Darriel terlihat tengah diliputi kebingungan ditempatnya berdiri disana. Pasalnya, sedari tadi ia mencoba menelfon Lucy untuk meminta wanita itu keluar bersama Gaby karena dia sudah sampai disana tapi, tak kunjung diangkat juga oleh wanita itu.

'Kurasa tidak akan sopan jika aku langsung masuk, 'kan ? Kemana sebenarnya dia ini ? Aku sebenarnya tidak masalah jika ketinggalan pesawat, itu malah bagus. Jadi dia bisa lebih lama disini bersama Gaby tapi, aku tidak mau menerima resiko terkena amukan singa betina itu. Aiisshhh.. susah sekali menelfonnya, sih. Dan ya, kenapa rumah ini sepi sekali ? Kemana para pelayan dan penjaga rumahnya ? Apa Anthony sengaja meliburkan mereka semua agar bisa berduaan saja dengan Lucy ? Cerdas juga dia, ya.' batin Darriel dalam hati.

Semakin lama mencoba, semakin Darriel merasa kesal. Karenanya dengan tanpa memikirkan etika dan sopan santun lagi, akhirnya ia memutuskan untuk langsung masuk saja kedalam rumah Anthony yang untungnya tidak terkunci ? Atau memang pintu rumah orang kaya terbuka dan terkunci secara otomatis ? Entahlah.

Awalnya Darriel dibuat kembali tenggelam dalam rasa kagumnya saat melihat interior rumah Anthony yang sungguh sangat menakjubkan. Tapi sekali lagi, mendapat amukan Lucy bukanlah hal yang diinginkannya.

Pertama Darriel mencari keberadaan Lucy dilantai bawah sampai kedapur dan juga kolam renang belakang Anthony yang sanagt luas disana, tanpa bersuara seperti seorang pencuri. Bukannya apa-apa, berjalan sendirian dirumah sebesar itu saat pagi-pagi buta sungguh membuatnya merinding. Dia seperti tengah melakukan tour disebuah istana, sekarang.

Karena tak menemukan Lucy dimanapun dilantai bawah akhirnya Darriel berniat untuk mencoba mencari Lucy dilantai atas tapi, ia sungguh sangat bersyukur melihat Gaby lebih dulu turun dari atas sana dengan langkah kecilnya, sangat terlihat hati-hati sekali sambil memeluk Max.

"Hey, princess.. kau baru bangun tidur ya ? Mana Mommymu, hmm.. ?" ucap Darriel pada Gaby saat gadis kecil itu langsung duduk dianak tangga yang tidak jauh darinya sambil menatapnya dengan wajah yang masih terlihat mengantuk sekali.

"Mommy dan Daddy sedang tidur disofa. Daddy... Gaby mau minum. Gaby haus." ucap Gaby sambil menggosok matanya disana.

"Kalau begitu ayo kita ambil minum, sayang. Mau Daddy gendong ?" ucap Darriel yang kemudian sudah bersiap hendak membawa gadis kecil itu kedalam gendongannya tapi,

"Tidak mau. Gaby mau jalan sendiri." ucap gadis kecil itu kemudian langkah kecilnya menuruni beberapa anak tangga terakhir, membuat Darriel menatapnya sedikit heran sebenarnya.

"Wow... sejak kapan kau sudah tidak mau digendong, hmm. Tapi bagus juga." ucap Darriel membuat Gaby tertawa kecil disebelahnya. Keduanya sekarang sedang bergandengan tangan dan berjalan menuju dapur bersama.

"Itu karena kemarin Gaby banyak sekali menonton film princess bersama Daddy. Dan semua princess di film itu tidak ada yang digendong. Saat Gaby bertanya pada Daddy kenapa, katanya para princess itu senang berkeliling sendiri diistana yang besar dan indah untuk mencari pangerannya. Gaby juga mau bertemu pangeran. Karena itu Gaby mau jalan sendiri sekarang." ucap gadis kecil itu membuat Darriel yang mendengarnya terlihat menahan tawanya disana.

'Wah.. baru sehari bersama Anthony dia sudah menjadi tidak begitu manja lagi sekarang. Apa kubilang, 'kan ? Anthony itu bisa menjadi pria dan ayah yang baik jika dia mau.' batin Darriel dalam hati.

"Tunggu, sayang ?! Kau bilang Mommy dan Daddy tidur disofa ? Bagaimana caranya ?" tanya Darriel saat menyadari keanehan dari ucapan Gaby padanya sebelumnya.

"Mommy dan Daddy tidur berpelukan seperti ini." ucap gadis kecil itu kemudian terlihat memeluk bonekanya dengan erat disana.

"Begitukah ? Wah bagus. Gaby tahu, itu artinya tidak lama lagi Gaby akan tinggal disini bersama Mommy dan Daddy. Gaby mau ?" ucap Darriel terlihat senang saat mengatakannya. Ya, tentu saja. Itu berita bagus jika ternyata Anthony dan Lucy bisa berbaikan dan berdamai dengan masa lalu mereka.

"Mau !!! Gaby sangat mau !!!! Tapi sekarang Gaby mau minum dulu. Daddy terus bertanya membuat Gaby semakin haus." ucap gadis kecil itu membuat Darriel tertawa kecil kemudian mengangkat Gaby untuk didudukannya dimeja pantry sementara ia menuangkan air untuknya disana.

Darriel terlihat tersenyum-senyum sendiri membayangkan bagaimana romantisnya Lucy dan Anthony tidur diatas sana tapi, apapun itu Darriel berdoa semuanya berjalan dengan baik.

'Tuhan, kumohon untuk membuat Lucy tetap berada disini bagaimanapun caranya. Jangan biarkan dia pergi dari negara ini lagi.' batin Darriel dalam hati.

Sementara itu...

Setelah menyelami mimpi panjang dan indah, Lucy terbangun dari tidurnya dengan air mata yang tanpa sadar mengalir. Ya, mimpinya nampak begitu sangat membahagiakan dimana ada dirinya, Gaby dan Anthony yang melihat sunset bersama dipinggir pantai yang indah dimana hanya ada mereka bertiga saja disana.

Lucy mendongak untuk menatap Anthony. Pria itu terlihat masih terlelap tapi, Lucy merasa aneh saat merasa tubuh Anthony terasa dingin dalam pelukannya, karenanya dengan perasaan cemas Lucy langsung mencoba membangunkan pria itu.

"An.. bangun." ucap Lucy sambil mencoba bangun disana.

"Ehhm..." jawab Anthony bergumam disana membuat Lucy menghela nafasnya lega.

"Kenapa tubuhmu terasa dingin ? Kau semalaman kedinginan ya ? Maafkan aku, ya. Sebentar akan kusiapkan air hangat untukmu mandi." ucap Lucy yang langsung berniat turun dari sofa itu tapi,

"Tidak papa. Aku baik-baik saja. Kemarilah. Peluk aku lebih lama lagi. Karena nanti kau tidak akan bisa memelukku seperti ini lagi. Tunggu, apa yang kulihat ini ? Kau menangis ?" ucap Anthony saat berhasil mengurung Lucy kembali dalam pelukannya.

"Tidak. Aku tidak menangis. Hanya saja aku bermimpi indah tadi. Sangat indah." ucap Lucy sambil terlihat mengeratkan pelukannya disana.

"Aku sungguh bahagia bisa bersama lagi denganmu seperti ini. Jika mungkin, bisakah aku memintamu untuk tetaplah disini. Sebenarmya berat bagiku untuk membiarkanmu pergi lagi." ucap Anthony yang memang berkata jujur disana.

Lucy sendiri sebenarnya juga tidak mengerti kenapa dirinya merasa ingin pergi ke Eropa secepatnya. Ia sungguh tak tahu ada apa sebenarnya dengan dirinya kali ini. Ia merasa sesuatu akan terjadi jika dia terlalu lama disana. Entah apa itu.

"Nanti jika Gaby bangun dan melihat kita seperti ini bagaimana ? Aku malu." ucap Lucy sengaja mengaligkan topik pembicaraan tapi tetap saja dengan wajahnya yang memerah karena malu.

Anthony tertawa kecil melihat itu.

"Jam berapa ini ?" tanya Anthony sambil terlihat tak sedikitpun ingin bergerak disana membuat Lucy kesal karena merasa terjepit.

"Aku tidak tahu. Aku kan disini bersamamu. Tunggu. Aku harus mengejar penerbanganku, An !! Lepaskan aku. Aku harus mandi dulu, sekarang." ucap Lucy yang memberontak ingin dilepaskan dan Anthony akhirnya membiarkan saja wanitanya itu bangun dan turun dari sofa.

"Kenapa terburu-buru sih ?! Kau bisa pakai jet ku jika memang ketinggalan pesawat !" ucap Anthony sedikit berteriak berharap Lucy mendengar dimanapun wanita berada sekarang.

Tapi tidak ada jawaban.

Anthony menghela nafas panjangnya karena merasa diabaikan disana. Setelahnya ia langsung bangun dan duduk untuk meregangkan otot-otot tubuhnya yang kaku karena tidur disofa semalaman.

"An !! Gaby tidak ada dikamarnya ?!! Bagaimana ini ?" ucap Lucy saat tiba-tiba datang dengan wajahnya yang terlihat jelas tengah khawatir disana.

"Apa ?!!! Tenanglah, jangan panik begitu. Ayo kita cari dia dibawah, ya." ucap Anthony yang berusaha untuk tetap tenang agar Lucy tidak semakin panik disana. Meski sebenarnya ia takut putrinya itu kenapa-kenapa.

Anthony terlihat berlari mengikuti Lucy dibelakang untuk mencari keberadaan Gaby dibawah. Keduanya terlihat menuruni tangga dengan cepat seolah tak mau membuang waktu untuk mencari keberadaan putri mereka itu.

"Tidak boleh. Ini untuk Daddy Anthony dan Mommy. Daddy tadi, 'kan sudah makan."

"Sedikit saja, ya. Boleh ya."

"Aaaaa !!!! Tidak boleh."

Mendengar suara pertengkaran dari arah dapur, Lucy dan Anthony langsung berlari kesana dan langsung menghembuskan nafasnya lega melihat Gaby dan Darriel tengah duduk manis dimeja makan.

"Selamat pagi." ucap Darriel dengan tersenyum lebar penuh arti dengan alisnya yang naik turun berniat menggoda Lucy dan Anthony disana.

Anthony dan Lucy terlihat kikuk serta saling lempar pandangan satu sama lain karena merasa sudah tertangkap basah disana.

"Emm.. aku akan pergi mandi dulu, sekarang." ucap Anthony yang lebih memilih pergi daripada menerima godaan dari Darriel lebih banyak lagi.

"Aku juga." ucap Lucy kemudian pergi mengikuti jejak Anthony disana.

"Mandi saja yang lama !!!!!!" teriak Darriel membuat Gaby yang asik mengambar diatas pancake buatannya langsung menatapnya bingung.

"Mommy dan Daddy mau mandi bersama, ya ? Gaby mau ikut ah...." ucap gadis kecil itu yang dengan cepat langsung berniat turun dari kursi tapi,

"Tunggu dulu, sayang. Tadi Daddy lihat ada kolam renang besar sekali disana. Ayo kita berenang bersama saja, sekarang. Bagaimana ? Mumpung Gaby masih disini." ucap Darriel yang berusaha mencegah Gaby untuk pergi atau nanti gadis kecil itu akan mengganggu acara pendekatan Anthony dan Lucy.

"Emm... tidak mau. Gaby mau waffle saja. Dan diatasnya diberi es krim. Hmm... lezat. Cepat buatkan." ucap gadis kecil itu yang ya, cukup membuat Darriel bersyukur meski ia harus kembali repot lagi setelah tadi menuruti kemauan Gaby untuk membuatkannya pancake.

"Ok. Kau mau es krim apa ? Strawberry seperti biasa ?" tanya Darriel yang langsung saja dijawab anggukkan cepat oleh Gaby disana.

"Baiklah. Tunggu disini ya." ucap Darriel yang kemudian langsung berjalan menuju dapur untuk melakukan tugasnya.

Ya, sebenarnya saat ia libur bekerja, setiap pagi selalulah dirinya yang memasak dan menuruti semua keinginan ratu kecil itu. Dengan begitu ia berharap dapat membantu dan meringankan beban Lucy saja. Tentu saja ia tahu bagaimana sulitnya menjadi orang tua tunggal selama ini.

'Aku harap setelah ini Anthony yang bisa membantunya. Aku tidak sabar melihat bagaimana kompaknya mereka saat bersama nanti.'

• • • • •

"Kau sudah belum sih ? Aku juga mau mandi !!" ucap Anthony yang sudah merasa bosan karena merasa telah lama menunggu Lucy selesai menggunakan kamar mandi dikamarnya.

Dan ya, kira-kira sudah 30 menit ia menunggu dengan berbaring malas diranjangnya.

Cklek

Sungguh tak pernah Anthony sebahagia ini saat mendengar suara pintu terbuka. Ia dengan cepat langsung bangun dan dilihatnya disana Lucy keluar dari kamar mandi dengan rambutnya yang masih basah dan tubuhnya yang berbalut bathrobe miliknya.

"Sejak kapan kau menjadi cerewet seperti itu ? Tidak sabaran sekali. Sekarang katakan mana baju yang kau janjikan untukku." ucap Lucy sambil terlihat menggosok rambutnya mencoba mengeringkannya.

"Kan sudah kubilang kita mandi bersama saja untuk menghemat waktu. Kau tidak percaya. Sudahlah, ayo ikut aku." ucap Anthony yang terlihat berdiri dan menarik tangan Lucy untuk ikut bersamanya.

"Jika mandi bersama, itu akan membuatnya lebih lama, An. Kepalamu kan penuh dengan pikiran jahil." ucap Lucy sambil tersenyum tertahan karena tahu benar bagaimana reaksi Anthony setelah ini.

"Pikiran jahil ? Jahil yang seperti apa ? Oh, astaga ?!! Jadi kau berfikir sampai kesana ? Jangan hanya memikirkanmya saja. Jika kau memintanya padaku, sekarangpun aku bisa_____"

"Wah... semua baju ini untukku ?" ucap Lucy terkagum saat melihat walk in closet miliknya sendiri didepannya saat ini.

Maksudnya walk in closet yang penuh dengan barang-barang wanita disana.

"Bagaimana ? Kau suka ? Ini sudah menjadi hobby dan kesenanganku selama ini. Anggap saja ini caraku menghibur diriku sendiri. Setiap bulannya aku menyuruh sesroang memperbarui isi walk in closet ini. Dan ya, sepulangku dari luar kota ataupun luar negeri aku selalu pulang dengan membawa beberapa kantong hadiah yang berisi baju dan tas limited edition yang kumaksudkan untukmu. Aku berpura-pura kau masih bersamaku dan menerima semua hadiah pemberianku itu dengan perasaan senang. Atau mungkin bisa dikatakan aku mencoba memainkan peran sebagai suami yang baik, padahal sebenarnya tidak." ucap Anthony terlihat menatap Lucy sedih membuat wanita itu langsung menangkup wajah pria didepannya itu, berusaha menyalurkan rasa percaya dirinya disana.

"Terima kasih sudah melakukan ini untukku. Dan ya, tentu saja aku menyukainya. Kau tahu, jika aku masih tetap disini dan kita masih bersama, aku sungguh akan merasa sangat bahagia menerima semua ini. Jika hari-hari kemarin kau tidak bisa menjadi suami yang baik, masih ada hari ini dan seterusnya, 'kan ? Sudah, sekarang cepatlah mandi. Kurasa hari ini aku akan benar-benar akan ketinggalan pesawatku. Padahal aku ingin sekali berada diantara kerumunan orang banyak untuk membuktikan kesembuhan penyakitku ini." ucap Lucy terlihat menunduk sambil memainkan kerah piyama Anthony disana membuat pria itu tak tega melihat ekspresi penuh kekecewaan diwajah wanita yang dicintainya itu.

"Kita akan mencari ide lain saja nanti soal keinginanmu itu. Atau mungkin bagaimana jika kita berjalan-jalan menyusuri trotoar bersama siang nanti. Di Times Square selalu ramai orang. Bagaimana kalau kita kesana ? Kau, aku dan Gaby. Kita berjalan-jalan menghabiskan waktu bersama seperti keluarga bahagia pada umumnya ? Kau mau ?" ucap Anthony sambil menatap penuh harap Lucy disana, agar wanita itu mau.

"Emm... baiklah. Tapi sekarang cepatlah mandi dulu saja sana. Kau bau." ucap Lucy berbohong sengaja ingin menggoda Anthony saja disana.

"Yaya. Tapi tunggu. Lihat ! Apa itu ?" ucap Anthony sambil menunjuk arah belakang Lucy dan tentu saja membuat wanita itu menolehkan kepalanya dengan perasaan sedikit takut hingga,

Cup

"Kurasa aku pantas mendapatkan morning kiss ku setelah semalaman menjadi selimut tidurmu. Sudahlah, aku mau mandi dulu, ya." ucap Anthony kemudian pergi meninggalkan Lucy yang tengah memegangi pipinya yang tadi sudah dicium Anthony dengan pipinya yang memerah.

Lucy menggelengkan kepalanya kecil dan kemudian memutuskan untuk memilih baju yang akan dipakainya disana. Tapi tetap saja ia tak bisa melupakan semua kejadian menyenangkan yang dialaminya sejak tadi pagi.

'Entah sudah berapa kali hari ini aku dibuat malu karena tindakan tiba-tibanya itu. Ya, semua hal menyenangkan ini, kurasa aku mulai menyukainya.'

• • • •

"Apa nanti aku boleh membawa Max bersamaku, Daddy ?" tanya Gaby pada Anthony yang saat ini tengah menyetir mobil didepannya.

"Emm... sebaiknya jangan, sayang. Nanti jika kau lupa meletakkan Max dan boneka itu jadi hilang, bagaimana ? Biarkan saja Max didalam mobil nanti, ya." ucap Anthony mencoba memberikan pengertian pada putrinya itu.

"Emm.. oke. Kau dengar, Max ? Kau duduk diam saja disini nanti, ya." ucap Gaby terlihat berbincang bersama teman khayalannya itu.

"Max adalah hadiah ulang tahun pertamanya. Tapi tanpa dia ketahui setiap tahun aku mengganti boneka itu dengan yang baru. Dia selalu membawanya kemana-mana hingga boneka itu penuh noda dan kotor sekali. Karena aku yang tidak pernah membawanya keluar rumah, hanya Max saja yang dianggapnya sebagai satu-satunya teman olehnya." ucap Lucy membuat Anthony yang mendengarnya langsung meraih tangan wanita itu dan menggenggamnya. Sementara tangannya yang lain digunakannya untuk mengendalikan kemudi.

"Sudahlah, itu bukan salahmu. Nanti saat dia mulai bersekolah, dia juga akan memiliki banyak teman dengan sendirinya. Jangan khawatir." ucap Anthony mencoba membuat wanita yang dicintainya itu berhenti menyalahkan dirinya sendiri.

Sebenarnya, Anthony merasa semua masalah yang dihadapi Lucy itu adalah karenanya. Semuanya berawal darinya. Jika saja dulu ia bisa lebih hati-hati saat akan memutuskan sesuatu, pasti semua ini tidak akan terjadi. Sudahlah. Semua itu sudah berlalu. Anthony berjanji pada dirinya sendiri akan memperbaiki kesalahannya itu, nanti. Entah bagaimana caranya. Ia sendiri belum tahu.

"An... Gaby sedari tadi memanggilmu. Kau melamun, ya ?" ucap Lucy menyadarkan Anthony dari lamunanya disana.

"Tidak. Aku hanya sedang memikirkan sesuatu. Emm... kurasa sebentar lagi kita sampai." ucap Anthony yang jujur saja membuat Lucy disana merasa sedikit khawatir.

Ia tidak suka saat Anthony menutup diri seperti itu.

"Apa nanti Gaby boleh minta dibelikan boneka, Daddy ? Gaby mau boneka beruang besar yang bisa Gaby buat untuk tidur diatasnya." ucap gadis kecil itu membuat Anthony tertawa kecil mendengarnya.

"Boleh, sayang. Nanti kita beli, ya." ucap Anthony yang tentu saja membuat Gaby senang mendnegar jawabannya disana.

Sementara itu, Lucy disana lebih memilih untuk tetap menatap Anthony sambil menggenggam tangan pria itu lebih erat.

Anthony sendiri yang tahu jika Lucy tengah dilanda penasaran dengan apa yang tengah dilamunkannya tadi, lebih memilih diam dan sesekali melempar senyum kecil disana.

"Kau tahu, saat pertama kali aku melihatmu memakai cincin ini, hatiku terasa hancur. Tapi saat tahu jika Darriel hanya kau anggap sebagai sahabat sekaligus seorang kakak, aku sungguh merasa bersyukur karenanya. Nah, kita sudah sampai. Sebaiknya kita parkir dimana, ya ?" ucap Anthony yang kemudian melepaskan genggaman tangannya dan lebih berfokus untuk mencari tempat parkir disana.

Lucy sendiri terlihat menatap cincin yang melingkar dijarinya itu dengan tatapan tak bisa diartikan. Ya, ia rasa cincin itu tidak berguna lagi sekarang. Dan jika cincin itu terus dipakainya, rasanya seperti dirinya berusaha menyakiti hati Anthony, meski sebenarnya ia tidak bermaksud melakukannya sama sekali.

'Akan kulepaskan saja cincin ini.' batin Lucy dalam hati.

"Sudah biarkan saja. Tidak perlu dilepas. Aku sama sekali tidak terganggu dengan itu. Ada baiknya memang kau memakai cincin itu agar nanti para pria takut saat hendak mendekatimu. Kalau tidak salah, disekitar sini ada toko kue yang enak. Gaby mau kue tidak ?" ucap Anthony berusaha mencegah Lucy yang terluhat berusaha melepaskan cincinnya. Tapi wanita itu terlihat tak mengindahkan ucapannya, dan khirnya Anthony memutuskan untuk beralih melihat putrinya disana.

"Gaby tidak mau kue. Gaby mau lolipop." ucap gadis kecil yang diajaknya bicara itu.

"Oke. Nanti kita_____"

Ucapan Anthony terhenti karena terdengar nada panggilan masuk dari dalam ponsel miliknya.

"Sebentar ya, Daddy akan mengangkat telfon dulu. Tunggu disini." ucap Anthony bergantian pada Gaby dan Lucy yang terlihat masih kesulitan melepaskan cincinnya disana.

Anthony kemudian terlihat keluar dari mobil dan berjalan sedikit menjauh dari mobilnya untuk mengangkat telfon disana.

"Mommy. Ayo kita keluar. Gaby mau kesana." ucap gadis kecil itu terlihat merengek pada Lucy yang masih sibuk dengan cincinnya.

"Sebentar sayang, ini sulit sekali dilepas." ucap Lucy yang kemudian dengan kesal akhirnya menggunakan sedikit kekerasan untuk melepas cincin itu, hingga akhirnya memang berhasil terlepas tapi sayangnya membuat cincin itu jatuh entah kemana.

"Huh, akhirnya." ucap Lucy yang terlihat puas dan bernafas lega karena usahanya berhasil.

"Mommy... Gaby mau turun !!" rengek gadis kecil itu yang terdengar dari nada suaranya terdengar kesal dan pasti akan merajuk setelah ini jika Lucy tak kunjung menuruti kemauannya.

"Sebentar sayang, Mommy mencari cincinnya dulu ya." ucap Lucy terlihat membungkuk untuk mencari cincin yang jatuh tadi dibawahnya tempat duduknya.

"Gaby mau turun sendiri dan mencari Daddy saja !" ucap gadis cantik itu kesal kemudian dengan cepat turun dari mobil.

Mendengar putrinya berbicara dengan nada kesal seperti itu tentu saja membuat Lucy panik. Akhirnya ia berusaha mencari cincinnya yang jatuh tadi lebih cepat agar bisa menyusul putrinya yang sudah lebih duluan turun dari mobil itu.

Sementara itu...

"Tidak. Aku tidak bisa datang dulu sekarang. Aku sendiri tidak tahu kapan akan kembali mengurus semua bisnis itu tapi, kuminta selama aku tidak ada nanti ambil alih tanggung jawabku untuk sementara waktu. Yaya.. aku pasti akan kembali nanti."

Begitulah kira-kira sepenggal percakapan Anthony didalam telfon entah dengan siapapun itu. Tapi jika dilihat sepertinya yang menelfonnya adalah orang dari bisnis gelapnya.

"Sudahlah, kau pasti bisa melakukannya. Aku mungkin memang baru mengenalmu 3 tahun ini tapi aku menaruh kepercayaan penuh padamu seperti layaknya kakak terhadap adiknya. Lakukan semua yang kau bisa hingga aku kembali, nanti. Aku_____"

Ucapan Anthony terhenti saat melihat pemandangan aneh dikejauhan sana.

"Kurasa memang ada pengkhianat didalam markas yang telah membocorkan identitasku, karena baru sekarang ada yang berani mengikutiku secara diam-diam seperti ini. Disana ada 3 orang didalam mobil yang saat ini tengah mengawasiku pada jarak 10m."

Jika sebelumnya Anthony mendengarkan dengan serius saat lawan bicaranya ditelfon itu berbicara, kini fokusnya terpecah saat melihat mobil yang mengikutinya itu mulai bergerak disana.

Anthony langsung saja melihat sekelilingnya untuk memastikan orang-orang tersayangnya tidak sedang berada disekitarnya sekarang tapi,

"Oh, Shit !!!!!!!!!"

Anthony langsung melemparkan ponselnya hingga jatuh dan hancur tak berbentuk sebelum akhirnya berlari untuk menyelamatkan putrinya yang terlihat kebingungan ditengah jalan sebelum terlambat. Ya, itu karena mobil yang dimaksud Anthony tadi terlihat mulai melajukan mobilnya dan sepertinya menjadikan putrinya sebagai target sasaran mereka disana.

Anthony berlari secepat yang dia bisa saat melihat mobil tadi terlihat menaikkan kecepatannya.

Hingga akhirnya tinggal selangkah lagi ia bisa meraih putrinya itu dan,

Bruaakkkk

Bersambung.....

• • • • •

Tuh tuh udah tuh. 😁😁😁
Astaga kalian tuh nuntut demo ke aku gitu buat cepetan update berasa kayak presiden jadinya tau nggak 🤣😂🤣😂🤣

Nih kukasih tahu aja sekarang kalau update berikutnya 1 BULAN LAGI 😈😈😈😈😈😈😈

Comment and Vote Guys ❤

Thanks for reading

LailaLk

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top