MFG 49 - Because One Word 'Daddy'

"Sayang.. bangunlah. Mommy ada disini." ucap Lucy ditengah rasa takutnya melihat putrinya itu terus menangis sejak semalam dalam tidurnya. Apalagi ditambah suhu tubuh putrinya itu sangat tinggi dan seolah tidak mau turun.

Ya, Gabi demam.

"Tenanglah, Gabi akan baik-baik saja." ucap Darriel mencoba menenangkan Lucy sejak semalam. Ya, mereka berdua sama sekali tidak tidur karena kondisi Gabi itu. Bahkan Adrian dan Lara juga ikut cemas dan turut ikut menunggui Gabi yang sedang sakit.

"Daddy..." begitulah igau Gabi kecil sejak semalam.

Bukan memanggil Darriel. Gadis kecil itu mengigaukan Anthony. Ya, sepertinya semalam gadis itu sempat bangun sebentar dari tidurnya dan mendengar sedikit percakapan antara Anthony dan Lucy.

"Ini semua salahku. Jika aku tidak kembali kesini maka itu akan lebih baik. Lihatlah apa yang sudah kulakukan." ucap Lucy sambil menciumi wajah putrinya itu dengan air mata yang terus mengalir mambasahi pipinya.

Sungguh. Baru pertama kali itu Lucy melihat Gabi sakit dan terlihat selemah itu. Putri kecilnya yang manis, sekarang telah kehilangan senyum diwajahnya.

"Berhenti menyalahkan dirimu sendiri. Bukankah lebih baik jika Gabi mengetahuinya sejak awal seperti ini. Jika dia tahu kebenarannya sejak kecil maka tidak akan ada rasa dendam dan benci sedikitpun didalam dirinya pada Anthony, karena anak kecil tidak memiliki emosi serumit itu. Cepat atau lambat putrimu pasti akan tahu jika aku bukan Daddynya, Luc. Semuanya memang harus terjadi. Hanya saja semuanya terlalu awal untuk Gabi dan dirimu yang belum siap sepenuhnya." ucap Darriel yang tak pernah lelah mencoba menenangkan Lucy.

"Tapi ini terasa salah. Aku sungguh tidak mau berhubungan dengan Anthony lagi. Dia sama sekali bukan pria yang baik. Apalagi untuk dipanggil Daddy oleh Gabi dan dijadikannya sebagai sosok panutan olehnya. Tidak. Aku tidak akan pernah mengijinkannya." ucap Lucy yang masih tetap pada pendiriannya disana.

"Jika kau memberiku kesempatan, mungkin aku bisa mencoba untuk berubah menjadi lebih baik. Kau hanya perlu menaruh rasa percaya itu lagi padaku."

Semua orang yang berada dalam kamar itu langsung membalikkan tubuh mereka dan, disana terlihat Anthony berdiri diambang pintu.

"Darriel, jangan bilang ini ulahmu. Sudah kubilang tidak perlu memanggilnya kesini. Kenapa kau_____"

"Daddy yang memangginya kesini, sayang. Daddy pikir mungkin saja setelah melihat Anthony disini keadaan Gabi bisa membaik. Ayo kita keluar sekarang, sayang." ucap Adrian yang kemudian mengajak isyrinya untuk keluar dari kamar itu memberikan kesempatan pada Anthony untuk menyelesaikan masalahnya disana.

"Aku juga akan menunggu diluar, ya." ucap Darriel yang merasa aneh saat dirinya berada dianta Lucy dan Anthony dalam suasana dan kondisi dimana kurang tepat jika ia ikut campur didalamnya.

"Lebih baik kau pergi dan pulanglah sana. Aku tidak membutuhkanmu disini." ucap Lucy sambil terlihat mengganti kompres dikening putrinya itu dengan lembut dan hati-hati

"Kau mungkin tidak membutuhkanku. Tapi putriku, dia membutuhkanku. Aku ada disini untuknya." ucap Anthony yang kemudian terlihat berjalan mendekati ranjang dan langsung naik memposisikan dirinya disisi lain ranjang tepat disebelah Gabi.

"Hei, gadis manis... bangunlah. Daddy ada disini. Sayang..." ucap Anthony pelan sambil mengelus rambut Gabi disana dengan lembut.

"Aku sudah melakukan itu sejak tadi. Semalaman aku mencoba membuatnya bangun tapi_____"

Percaya atau tidak Lucy langsung saja melihat pemandangan didepannya itu dengan tatapan takjub dan tak percaya. Ya. Entah bagaimana bisa Anthony semudah itu membuat Gabi membuka matanya.

"Daddy...." lirih Gabi disana setelah memeluk erat Anthony yang berbaring disampingnya itu.

Melihat pemandangan itu Lucy merasa bersalah sekaligus tidak senang bersamaan. Merasa bersalah karena menyembunyikan identitas Anthony yang sebenarnya dari putrinya itu dan tidak senang karena kini Anthony mulai ikut campur dengan hidupnya dan juga putrinya. Ya, meski hubungan darah antara ayah dan anak sangatlah kuat, tetap saja Lucy tidak menginginkan Anthony menjadi sedekat itu dengan putrinya. Tidak boleh.

"Sayang... kau baik-baik saja ? Apa yang sakit ?" ucap Lucy sambil menepuk kecil punggung putrinya itu berharap Gabi segera berhenti menangis didalam pelukan Anthony disana tapi,

"Gabi tidak mau bersama Mommy." ucap Gabi pelan namun sungguh, membuat hati Lucy terasa sakit saat mendengarnya.

Karenanya, Lucy langsung memutuskan bangun dan turun dari ranjang, berniat pergi meninggalkan Gabi bersama Anthony disana tapi,

Anthony dengan cepat menangkap tangannya seolah memintanya tetap tinggal. Tapi Lucy tidak mau. Dia berusaha keras melepaskan tangan Anthony yang mencekal tangannya itu tapi sia-sia.

"Jika Gabi bersikap tidak baik pada Mommy seperti itu, Daddy akan pergi saja. Sekarang minta maaf pada Mommy." ucap Anthony membuat putrinya malah menangis lebih keras didalam pelukannya disana.

"Dulu Daddy pernah menyakiti Mommy dan karenanya Mommy takut pada Daddy, sayang. Mommy sama sekali tidak menceritakan tentang Daddy padamu mungkin karena Mommy masih marah pada Daddy. Daddy yang bersalah sayang. Jangan marah pada Mommy seperti itu. Marah saja pada Daddy yang memang sudah jahat ini." ucap Anthony mencoba menjelaskan semuanya sebaik mungkin dengan kata-kata yang Anthony harap bisa dimengerti oleh putinya disana.

Lucy sendiri memilih duduk kembali dipinggiran ranjang karena lelah terus berdiri. Anthony terlihat tak sedikitpun berminat untuk mau melepaskan tangannya disana.

Sementara Gabi, gadis kecil itu terlihat mendongak menatap Anthony dengan matanya yang berair.

Anthony yang tidak tega melihat itu langsung mengusap air mata putrinya dengan pelan dan lembut disana.

"Mata Daddy sama seperti mata Gabi." ucap gadis kecil itu membuat Anthony menggeleng kecil disana.

"Gabi masih belum meminta maaf pada Mommy. Ayo, sekarang minta maaf pada Mommy." ucap Anthony tegas namun masih dengan nada suaranya yang cukup pelan membuat Gabi akhirnya menurut dan membalikkan badanya untuk melihat Lucy disana.

"Mommy... maafkan Gabi." ucap gadis kecil itu dengan suaranya yang pelan sambil menatap Lucy dengan matanya yang masih berkaca-kaca.

"Kalau Gabi memang mau ikut Daddy. Ikut saja bersamanya. Tapi Mommy akan tetap disini bersama Daddy Darriel." ucap Lucy yang sebenarnya tidak tega mengatakan semua itu tapi, sungguh sebenarnya ia mengatakan semua itu karena merasa terganggu dengan Anthony yang terus menatapnya disana.

Gabi langsung kembali menangis keras dan memeluk Anthony erat setelah mendengar ucapan Lucy itu.

"Apa yang kau lakukan ? Bagaimana jika dia menjadi semakin sakit ? Tingkahmu sungguh seperti anak kecil." ucap Anthony yang kemudian melepaskan tangan Lucy. Mungkin kesal karena Lucy sudah membuat Gabi menangis lagi disana.

"Sudah ya, sayang. Jangan menangis. Gabi harus makan dan minum obat dulu sekarang, ya. Lihat Daddy, sayang." ucap Anthony dengan lembut dan penuh kasih sayang pada putrinya.

Lucy yang melihat kedekatan Anthony dan Gabi seperti itu merasa jika posisinya sudah tersingkir, sekarang. Kini putrinya itu sudah tidak mau dan tidak peduli pada dirinya lagi. Karenanya Lucy memilih pergi keluar dari kamar itu daripada terus nenerus melihat pemandangan yang membuat hatinya terasa nyeri setiap detiknya.

Sementara itu disisi lain, sebenarnya melihat Lucy meninggalkan kamar begitu saja, membuat Anthony merasa sangat bersalah disana. Meski sebenarnya ia merasa teramat sangat senang bisa dekat dengan putrinya itu tapi, sungguh Anthony tidak ingin menyakiti hati Lucy seperti itu. Ia ingin Lucy juga bisa dekat dengannya lagi seperti halnya kedekatannya bersama Gabi sekarang.

"Daddy..." panggil Gabi membuat lamunan Anthony tentang Lucy buyar seketika.

"Ya, sayang ? Ada apa ?" tanya Anthony kemudian mencium puncak kepala putrinya itu.

"Apa Mommy menjadi marah dan benci pada Gabi, sekarang ? Apa Mommy tidak menyayangi Gabi lagi ?" tanya gadis kecil itu yang sungguh Anthony sangat tahu jika tidak ada satu anak kecil pun yang bisa jauh dengan Mommynya meski hanya sebentar.

Termasuk putrinya itu. Lucy menyiksa dirinya sendiri dan juga Gabi dengan pergi seperti tadi.

"Tidak, sayang. Tentu saja tidak. Sekarang Gabi harus sembuh dulu dan Daddy akan membawa Gabi berjalan-jalan bersama Mommy, nanti. Gabi mau ?" ucap Anthony berusaha membujuk putrinya itu tapi,

"Daddy bohong. Mommy sedang marah pada Gabi. Mommy tidak akan mau pergi berjalan-jalan." ucap Gabi yang ya, ada benarnya juga disana. Gadis kecil itu memang pintar.

"Tenang saja. Daddy sangat tahu bagaimana cara membujuk Mommymu itu. Tapi syaratnya Gabi harus makan dan mau minum obatnya dulu. Ayo." ucap Anthony yang kemudian bangun dan membantu putrinya itu bangun juga setelahnya.

"Gabi mau minum susu." ucap gadis kecil itu saat melihat susu dinakas didekatnya disana.

"Susu ? Emm.. baiklah. Tapi coba Daddy lihat dulu, apa demam mu sudah turun ?" ucap Anthony yang kemudian mengecek suhu tubuh Gabi disana dan tersenyum kecil setelahnya disana.

"Demam mu sudah hampir sembuh, sayang. Badanmu hanya terasa hangat sedikit. Baguslah. Sekarang Gabi makan dulu dan minum obatmu ya." ucap Anthony lagi setelah mengambilkan segelas susu untuk Gabi disana.

"Tidak mau. Obat pahit." ucap Gabi sambil menutup mulutnya sebagai bentuk penolakannya untuk minum obat setelah memberikan gelas susu kosong kembali pada Anthony.

"Kata siapa obat pahit ? Obat adalah minuman ajaib yang diciptakan Tuhan untuk anak-anak baik seperti Gabi." ucap Anthony mencoba membuat putrinya itu tidak takut lagi dengan obat.

"Benarkah ? Kenapa begitu ?" tanya Gabi polos.

"Karena Tuhan tidak ingin anak-anak baik seperti Gabi sakit terlalu lama. Karenanya Tuhan menciptakan obat untuk membuat anak-anak seperti Gabi bisa cepat sembuh. Apa Gabi mau membuat Tuhan bersedih dengan menolak minum obat ?" ucap Anthony yang memposisikan dirinya sebaik mungkin agar Gabi mau menurut padanya disana dan,

"Baiklah Gabi mau minum obatnya." ucap gadis kecil itu sambil tersenyum pada Anthony disana.

"Gadis pintar. Tapi sebelum itu ayo Gabi makan sereal ini dulu, ya." ucap Anthony sesaat setelah ia mengambil mangkuk kecil yang terletak disebelah gelas berisi susu tadi.

"Gabi memang sudah lapar." ucap gadis kecil cantik itu kemudian terlihat menerima setiap suapan dari Anthony dengan semangat dan sangat menurut disana.

Sungguh, meski baru pertama kali itu merasakan menjadi sosok orang tua yang sesungguhnya bagi putrinya, selain merasa bangga dan senang, Anthony juga merasa teramat bersalah saat memikirkan Lucy yang berjuang sendiri untuk membesarkan putrinya itu selama ini. Dimana dirinya 4 tahun ini ? Apa saja yang dilewatkannya dalam tumbuh kembang putrinya ? Rasanya Anthony tidak pantas menerima kebaikan dan cinta dari putrinya seperti itu. Mungkin saja Lucy benar. Apa lebih baik dia menyingkir dan membiarkan putrinya itu hidup bahagia seperti sebelumnya ?

Sementara itu didekat kolam renang dirumahnya dibawah sana, Lucy terlihat dengan kesal berjalan mondar-mandir kesana kemari sambil terus menggerutu dan berbicara sendiri tak jelas disana.

Darriel yang melihat itu bukannya tidak ingin menghampiri Lucy dan menanyakan apa masalah wanita itu disana, hanya saja percayalah, mengganggu Lucy saat sedang kesal dan penuh amarah seperti itu adalah ide yang buruk. Kau akan menjadi sasaran amukannya hingga akhir nanti. Sungguh.

"Apa dia masih tetap suka menyerang seperti singa saat diganggu dalam keadaan kesal ? Kau terlihat takut untuk menghampirinya kesana." ucap Nathan jahil saat mendapati Darriel hanya menatap Lucy dari jauh tanpa terlihat ingin mendekati adiknya disana.

"Jadi itu adalah kebiasaan lamanya. Kukira dia baru berubah menjadi seseorang yang sensitiv karena mengalami koma saat itu. Ya, meski terdengar tidak ada hubungannya, tapi kukira itulah penyebabnya. Ternyata bukan, ya." ucap Darriel pada Nathan kemudian terlihat meminum jus jeruk digelas yang memang sedari tadi dipegangnya disana.

"Dia bahkan lebih ganas saat dulu. Kau tahu, Connor pernah menjadi sasarannya. Malangnya Connor harus terpaksa menerima kepalanya botak karena Lucy dengan kejam menggunting rambutnya karena kesal saat itu." ucap Nathan yang kemudian membuat keduanya tertawa kecil bersama membayangkan kejadian itu.

"Benarkah ? Jadi Lucy bisa seganas itu ?" ucap Darriel tak percaya disela tawanya disana.

"Jadi sebenarnya apa hubunganmu dengan adikku ? Apa kau yakin sama sekali tidak memiliki peraaan cinta padanya ? Kau tahu ? Aku cukup menyukaimu. Kau adalah pria menyenangkan dan bisa diandalkan. Aku dan keluargaku akan merasa tenang jika Lucy menjadi milikmu. Kami sangat yakin kau mampu menjaga dan membahagiakannya." ucap Nathan yang langsung membuat Darriel terlihat menggeleng kecil disana.

"Sebenarnya aku dulu sudah pernah menikah. Tapi sayangnya istri dan anakku yang masih didalam kandungannya saat itu meninggal karena kecelakaan. Aku masih sangat mencintai istriku itu dan sulit sekali untuk bisa melupakannya. Entahlah. Rasa cinta itu sudah lama tidak kurasakan lagi semenjak kematian istriku. Kau akan tahu sendiri bagaimana rasanya mencintai seseorang saat menemukan cinta sejatimu sendiri, nanti. Setiap orang pasti akan mendapatkan cinta yang seperti itu sekali dalam setiap kehidupan mereka. Dan jika beruntung, kau akan bersama dengannya dan menjadi tua bersama dengannya nanti." ucap Darriel yang tentu saja membuat Nathan semakin kagum pada sosok pria yang selama ini menjaga Lucy itu.

"Aku yakin Tuhan tidak akan sejahat itu pada kalian. Jika dikehidupan ini mungkin Tuhan memisahkan kalian berdua terlalu cepat, pasti dikehidupan selanjutnya kau akan bisa lebih lama bersama dengannya. Aku yakin itu. Kau orang yang baik. Tidak ada yang tidak akan dikabulkan oleh Tuhan selama kau mau berdoa dan meminta padaNya." ucap Nathan yang terdengar menyejukkan disana membuat Darriel tersenyum kecil mendengarnya.

"Lihat, Anthony sudah turun." ucap Darriel pada Nathan saat melihat pria yang membuat posisinya sebentar lagi tersisih dari hati Gabi disana.

Ya, meski Darriel tahu Anthony memiliki hak penuh atas Gabi, tapi berat rasanya melepaskan putri kecilnya itu dari pelukannya. Setelah semua yang dilewatinya selama ini bersama gadis kecil manis yang selalu ceria itu, rasanya sangat tidak rela saat memikirkan Gabi akan menyayangi pria lain dan memanggilnya dengan sebutan Daddy.

"Gabi sudah tidur. Demamnya sudah turun dan kurasa hampir sembuh. Aku yakin dia akan baik-baik saja saat bangun nanti. Aku sudah selesai disini. Aku akan pergi, sekarang." ucap Anthony saat setelah menghampiri Nathan dan Darriel disana kemudian terlihat langsusng membalikkan badannya dan berniat pergi tapi,

"Tunggu sebentar, aku akan memanggil Lucy kesini. Kau tidak mau berpamitan padanya ?" ucap Nathan terlihat berusaha ramah meski sebenarnya ia masih tidak suka dengan Anthony karena kejadian itu.

Tanpa membalikkan badannya disana, langsung Anthony menjawab,

"Kurasa dia masih tidak mau melihat apalagi berbicara denganku. Tapi tidak masalah, aku bisa mengerti. Maaf tapi aku ada pekerjaan penting sekarang. Permisi." ucap Anthony disana kemudian berjalan pergi keluar dari rumah itu.

Melihat kepergian Anthony seperti itu membuat Darriel semakin bingung karenanya. Ia sebenarnya tidak tahu pasti sebenarnya Anthony datang kesana itu dengan niat tulus atau juga karena tujuan lain. Tapi sikap Anthony yang seperyi itu cukup bisa membuat siapapun percaya jika dia hanya datang untuk putrinya. Bukan untuk tujuan lain. Misalnya berusaha memperbaiki hubungannya dengan Lucy ?

'Aku tidak tahu kapan bisa pulang ke Eropa lagi. Apa nantinya aku terpaksa harus pulang sendiri dan merelakan Lucy dan Gabi untuk tetap tinggal disini ? Entahlah. Tapi jika memang seperti itu, aku akan melapangkan hatiku dan menerima semuanya.'

Bersambung.....

• • • • •

Hari minggu tuh harusnya libur. Tapi kok up sih ? 🤣😂🤣😂😅

Ya siapa tahu kalian yang pada libur ngerasain kegabutan yang sama kayak aku 😂🤣😂

Comment and Vote Guys ❤

Thanks for reading

LailaLk

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top