MFG 47 - One Step Closer
"Daddy, kenapa kita bisa naik pesawat tapi tidak bisa naik burung ? Mereka kan sama-sama terbang ?" tanya Gabi dengan wajah polosnya yang selalu terlihat lucu disana.
"Burung hanya hewan kecil, sayang. Mereka tidak diciptakan Tuhan untuk membawa orang terbang." jelas Darriel mencoba memberi pengertian yang mudah dipahami gadis kecil yang tengah berada dipangkuannya itu.
"Tapi Mommy pernah bercerita tentang burung yang bertugas mengantarkan para baby kecil kerumah keluarganya. Burung apa namanya, Mommy ?" tanya Gabi pada Lucy yang saat ini duduk disebrangnya disana.
"Burung bangau, sayang." ucap Lucy sambil tak lepas pandang sedikitpun dari putrinya itu.
Ya, setiap gerak gerik putrinya selalu menguras perhatian penuh Lucy karena, sungguh. Putrinya itu sangat lucu dan menggemaskan setiap waktu.
"Ya. Itu. Burung bangau. Bagaimana burung bangau bisa membawa baby terbang Daddy ?" tanya Gabi masih tetap ingin menuntaskan rasa penasarannya, membuat Dardiel mencium pipinya gemas disana.
"Kau ini. Itu hanya cerita pengantar tidur sayang. Sebenarnya tidak ada burung bangau yang sungguh bisa membawa baby terbang seperti itu." ucap Darriel dengan sabar menjelaskannya disana.
"Jadi Mommy berbohong padaku ?" tanya Gabi yang kali ini membuat Lucy tertawa kecil disana.
Putrinya itu memang sedang dalam masa kritis dan suka sekali bertanya diusianya sekarang. Rasa ingin tahunya sangat besar dan terkadang, membuat Darriel kebingungan untuk menjawab pertanyaan dari gadis kecilnya itu.
"Bukan begitu, sayang. Sudahlah. Apa kau mau makan es krim ? Pasti terasa sangat lezat makan es krim sambil melihat awan-awan yang indah itu. Bagaimana ?" ucap Darriel mencoba mengalihkan perhatian putrinya itu disana.
"Tidak boleh, Daddy. Gabi baru minum susu tadi. Mommy pernah bilang makan es krim itu sebaiknya setelah makan siang agar perut kita tidak sakit." ucap Gabi yang tentu saja membuat Lucy senang mendengarnya, disana.
"Bagus sekali sayang. Putri Mommy semakin pintar, sekarang." ucap Lucy tersenyum manis kepada putrinya disana.
"Kau dengar itu ? Putriku ini sudah seperti dokter kecil saja, sekarang. Apa kau mau menjadi dokter saat besar nanti, sayang ?" ucap Darriel membuat Gabi disana terlihat berfikir sebentar sebelum menjawab,
"Tidak mau. Gabi ingin menjadi seperti orang-orang yang televisi waktu itu. Yang berjalan seperti ini." ucap gadis kecil itu yang kemudian turun dari pangkuan Darriel dan memperlihatkan aksinya disana,
"Dia memang benar-benar putrimu. Lihatlah, dia ingin menjadi model sepertimu dulu." ucap Darriel tersenyum sambil melihat Gabi disana yang terlihat berjalan melenggak-lenggok seperti sedang fashion show.
"Dia memang putriku. Kau ini bagaimana, sih ? Kemarilah sayang." ucap Lucy yang tentu saja membuat Gabi langsung menghampirinya disana.
"Apapun keinginan Gabi saat besar nanti, Gabi harus banyak belajar dan menjadi gadis yang pintar, ok. Agar nanti tidak ada orang jahat yang berani pada Gabi." ucap Lucy sambil memeluk putrinya yang sudah dibawanya kepangkuannya tadi.
"Jika ada orang jahat nanti, aku tinggal bilang saja pada Daddy. Daddy akan menghajar semua orang itu, nanti. Iya, 'kan Daddy ?" ucap Gabi sambil menatap penuh harap pada Darriel disana.
"Tidak mau. Gabi, 'kan kuat. Pasti Gabi bisa menghajar orang-orang jahat itu sendiri nanti." ucap Darriel yang memng sengaja ingin menggoda putrinya itu membuat Gabi langsung turun dari pangkuan Lucy dan,
"Aaaawww... sakit, sayang. Iya-iya, Daddy akan menghajar semua orang jahat yang berani menyakiti Mommy dan putri Daddy yang cantik ini. Tidak ada yang boleh menyakiti dua orang kesayanganku ini." ucap Darriel lagi kemudian langsung memeluk gadis kecil kesayangannya yang tadi sudah menggigit tangannya itu.
"Ayo buat janji dulu." ucap Gabi saat sudah melepaskan pelukan Daddynya dan langsung menyodorkan jari kelingkingnya didepan wajah Darriel disana.
Darriel tersenyum manis sebelum akhirnya kemudian menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking putrinya disana.
"Daddy berjanji, sayang." ucap Darriel membuat Gabi tersenyum senang disana, tapi tiba-tiba raut wajahnya berubah sedih seketika sambil melihat kesana kemari seolah tengah mencari sesuatu yang hilang.
"Apa Daddy tahu dimana Max ? Mommy, dimana Max ku ?" ucap Gabi dengan raut wajahnya yang terlihat sedih dan cemas disana.
"Max ada dikamar, sayang. Kau yang menyelimutinya sendiri tadi. Katamu Max mengantuk dan ingin tidur." ucap Lucy membuat putrinya itu tersenyum lebar dan,
"Gabi lupa. Gabi mau menemani Max dulu, ya." ucap gadis kecil lucu itu kemudian pergi meninggalkan Lucy dan Darriel berdua saja disana, sekarang.
"Sepertinya tinggal 1 jam lagi sebelum akhirnya kita mendarat. Apa kau sudah siap ?" ucap Darriel memastikan, tapi bukannya menjawab Lucy malah membuang mukanya dan memilih melihat keluar jendela pesawat.
"Pada akhirnya hal kutakutkan akan segera terjadi. Dimana aku akan menghirup udara yang sama dengannya disana nanti. Sesekali pernah terpikirkan hal ini dibenakku. Apa semuanya akan berbeda jika Aku dan Gabi tidak pernah ada didunia ini ? Akan semuanya menjadi lebih baik untuk semua orang ?" ucap Lucy terdengar sedih disana.
"Kenapa berbicara seperti itu, sih ? Kau dan Gabi, adalah hal terbaik yang pernah hadir didalam hidupku. Jangan pikirkan orang lain yang menyakitimu diluar sana. Cukup ingat saja orang-orang yang membuatmu bahagia. Sepertiku yang tampan ini ? Selalu ingat wajahku ini, ya. Kau tidak akan bisa mendapatkan pria setampan aku dan sebaik diriku diluaran sana dengan cuma-cuma." ucap Darriel sambil terlihat begaya seolah memperlihatkan ketampanannya disana.
Lucy tersenyum bahkan tertawa kecil melihat ekspresi konyol yang dibuat Darriel disana. Pria itu selalu bisa mengubah moodnya menjadi baik.
"Oh ya, aku lupa. Ini. Pakai ini selama disini. Atau ya, kau bisa menyimpannya untukmu. Aku sengaja membeli ini untuk kita, kemarin." ucap Darriel sambil menunjukkan sepasang cincin pernikahan cantik dikotak beludru yang sudah dibukannya tadi.
"Untuk apa cincin ini ?" tanya Lucy bingung.
"Agar orang-orang percaya kau adalah istriku. Bagaimana jika nanti aku mengklaim mu sebagai istriku dan malah membuat mereka menjadi curiga karena kau tidak memakai cincin pernikahan. Aku juga akan memakainya satu. Ini. Pakai saja." ucap Darriel yang kemudian memasangkan cincin dijari manis Lucy disana, lalu memakai cincin untuknya sendiri setelahnya.
Lucy menatap cincin yang melingkar dijari manisnya itu lama, disana.
'Setelah hari itu aku melepaskan cincin pernikahan dari jariku, lihatlah. Sekarang ada cincin baru yang kembali melingkar lagi disini. Seolah cincin ini sudah menjadi takdir terburuk yang mau tidak mau harus kuterima. Kuharap cincin ini benar-benar ada gunanya, nanti.'
• • • • •
"Aku merasa mulai sesak nafas, Riel." ucap Lucy saat ia kini tengah menggenggam erat tangan Darriel sambil terus berjalan menyusuri lorong rumah sakit menuju ruangan dimana Daddynya dirawat saat ini.
"Bersabarlah, sebentar lagi kita akan sampai. Kurasa itu keluargamu disana. Benar, tidak ?" ucap Darriel yang membuat Lucy langsung menegakkan kepalanya yang memang sejak tadi ditundukkannya itu.
Dan sungguh, melihat keluarganya dikejauhan sana, langkah Lucy menjadi semakin berat dirasakannya.
Jantungnya terasa berdebar tak biasa karena rasa rindu itu. Perasaan rindu yang menggebu itu akan tersalurkan sebentar lagi.
Seketika rasa sesak didada Lucy berubah menjadi rasa tak sabar ingin segera memeluk keluarganya disana.
Tanpa sadar Lucy melepaskan genggaman tangannya dari Darriel. Wanita itu terlihat berjalan duluan dengan langkah cepat menuju keluarganya disana.
"Mommy..."
Seketika semua orang yang tengah menunggu Daddynya didepan ruang rawat itu langsung menolehkan kepalanya dan,
Semua orang disana hanya terdiam terpatung tak percaya ditempatnya masing-masing.
Tanpa berbicara apapun disana Nathan duluan yang langsung memeluk adiknya itu dengan erat. Sangat erat.
"Apa ini benar-benar dirimu ? Kau Lucy adikku, 'kan ? Ini benar-benar kau, 'kan ?" ucap Nathan pelan sambil terus memeluk Lucy disana.
Meski terasa sedikit asing dengan pelukan kakaknya itu, tapi perlahan Lucy disana mengelus punggung kakaknya perlahan dan akhirnya membalas memeluk kakaknya dengan erat.
"Kakak..." ucap Lucy yang kemudian menangis dipelukan kakaknya itu.
Tidak mau kalah, Connor dan Kenzo langsung ikut memeluk adiknya itu disana.
"Kemana saja kau selama ini ? Apa kau baik-baik saja ? Kenapa kau tidak pulang dan menemui kami disini ?" ucap Kenzo yang tentu saja merasa khawatir dan masih tak percaya dengan kedatangan adiknya itu, setelah masing-masing dari mereka melepaskan pelukannya disana.
"Ceritanya sangat panjang. Aku akan menceritakannya, nanti. Tapi aku ingin melihat Daddy, sekarang. Bisakah aku masuk kedalam ?!" ucap Lucy lalu mengusap air matanya disana.
"Tentu saja. Daddy pasti senang kau datang. Sungguh Lucy, kami sangat sangat merindukanmu disini." ucap Nathan sambil mengelus pipi adiknya disana.
Lucy menatap kakak-kakaknya itu satu persatu sebelum akhirnya ia menundukkan kepalanya dan kembali menangis.
"Hei, Luc. Pria dan anak kecil yang dibelakangmu itu siapa ?" ucap Connor yang kemudian membuat Lucy membalikkan badannya dan,
"Dia Darriel. Dialah yang menolong dan menyelamatkan nyawaku. Dia juga yang merawat dan menjagaku selama ini. Dan gadis kecil itu, dia... putriku." ucap Lucy sambil tersenyum manis disana membuat kakak-kakaknya langsung mendekati Darriel yang tengah menggendong Gabi disana.
Sementara itu, Lucy yang melihat Mommynya terlihat masih duduk diam ditempatnya dengan wajahnya yang menunduk, akhirnya langsung berjalan menghampiri Mommynya itu dan,
"Mommy... maafkan aku yang_____"
"Tidak perlu bicara apapun, sayang. Tidak papa. Mommy yakin ada alasannya kau tidak mau kembali kesini. Bagaimana keadaanmu ? Apa kau baik-baik saja ? Apa kau makan dengan benar ? Kau terlihat semakin kurus." ucap Lara disana sambil mengelus pipi putrinya dengan gerakan pelan dan lembut.
"Mommy juga terlihat semakin kurus. Sudah, ya. Berhentilah bersedih, sekarang. Aku sudah ada disini. Aku yakin Daddy akan segera sadar. Ayo kita masuk bersama kedalam. Aku sangat merindukan Daddy." ucap Lucy sambil mengusap air mata Mommynya dan entah mengapa dijawab gelengan kecil oleh Lara disana.
"Hanya satu orang saja yang boleh masuk kedalam, sayang. Masuklah. Kami akan menunggumu disini." ucap Lara pada putrinya itu yang kemudian membuat Lucy mengangguk pelan dan langsung berdiri dari duduknya.
Lucy sempat menoleh sebentar pada Darriel disana. Terlihat Darriel tersenyum padanya dan menyuruhnya untuk masuk. Sementara putrinya. Entah bagaimana bisa Gabi sekarang berada didalam gendongan kakaknya Connor disana. Sudahlah.
Lucy menghembuskan nafasnya sebentar sebelum akhirnya membuka pintu ruangan Daddynya dan masuk kedalam sana.
Lucy tersenyum sambil menutup kembali pintu ruangan Daddynya disana.
Wanita cantik itu terlihat berjalan mendekati ranjang Daddynya dengan langkah pelan namun pasti. Setelah berada tepat disebelah ranjang Daddynya disana, Lucy langsung saja menangis.
Digenggamnya tangan Daddynya disana dan,
"Daddy... aku datang." ucap Lucy pelan namun ia langsung dibuat terkejut karena,
Tiba-tiba saja disana Daddynya membalas menggenggam tangannya dengan erat.
"Daddy ? Kau sudah sadar ? Mau kupanggilkan dok_____"
Lucy menghentikan ucapannya saat tiba-tiba Daddynya itu menariknya, membuat wanita cantik itu kini jatuh didalam pelukan Daddynya disana.
"Apa Daddy harus berpura-pura sakit seperti ini agar kau mau kembali, sayang ?" ucap Adrian membuat Lucy bingung setengah mati disana.
"Daddy berpura-pura sakit ? Bagaimana bisa ? Tapi_____"
"Maafkan aku, Luc. Aku terpaksa berbohong padamu. Sebenarnya diam-diam aku sudah berhubungan dengan keluargamu sejak beberapa bulan terakhir ini. Aku juga sudah menjelaskan semuanya pada mereka. Tentang apa yang terjadi dan bagaimana bisa kau masih hidup sekarang. Mau bagaimanapun, mereka tetap keluargamu, Luc. Mereka adalah tempatmu kembali. Mereka berhak tahu semua yang terjadi padamu. Dan Gabi. Kami sering melakukan video call bersama keluargamu secara diam-diam. Dan lihatlah. Dia senang sekali mengetahui bahwa dia memiliki banyak uncle." ucap Darriel yang tiba-tiba masuk kedalam sana bersama Mommynya.
"Apa Mommy juga mengetahui semua ini ?" tanya Lucy merasa sedikit kesal terdengar dari nada bicaranya disana.
"Maafkan Mommy, sayang." ucap Lara yang kemudian membuat Lucy langsung menatap Daddynya dengan wajahnya yang terlihat datar tanpa ekspresi disana.
Lucy kemudian langsung duduk diranjang Daddynya disana, dengan menyilangkan tangannya merasa kesal dan marah.
"Aku tidak suka semua ini. Bagiamana bisa Daddy menggunakan alasan kesehatan untuk main-main seperti ini. Jangan lakukan ini lagi. Atau aku akan benar-benar marah, nanti. Lagipula, ini semua sangatlah tidak adil. Tidak ada seorangpun yang ingin berbicara denganku. Kenapa kalian hanya mau bicara dengan Darriel dan Gabi saja ? Sepertinya tidak ada yang merindukanku disini. Aku benar-benar sudah dianggap tidak ada didunia ini." ucap Lucy terlihat kesal dan merajuk disana membuat semua orang melihatnya was-was.
Terutama Darriel. Pria itu tahu benar bagaimana tabiat Lucy saat wanita itu tengah dalam mode marah. Bisa-bisa Lucy nanti tidak bicara padanya selama seminggu penuh.
Semua orang disana terlihat memilih diam karena merasa bersalah sudah berencana bersama untuk membohongi Lucu. Adrian sendiri terlihat bangun dari posisi berbaringnya dan memilih untuk duduk disana.
"Apa Daddy tahu bagaimana Darriel menggambarkan kondisi Daddy padaku ? Dia bilang Daddy sudah mau meninggalkan dunia ini, karenanya dia memintaku datang dan melihat Daddy untuk yang terkahir kalinya. Tidakkah Daddy merasa tersinggung dengan perkataannya itu ?" ucap Lucy lagi yang memang sengaja ingin membuat Darriel terpojok disana, karena memang saat ini orang yang paling membuatnya kesal adalah Darriel. Tapi,
"Memang Daddy sendiri yang memintanya, sayang. Sekalian Daddy ingin tahu apakah kau masih tega dan memilih untuk tetap tidak pulang meski mendengar kabar Daddy yang mau meninggal seperti itu. Tapi nyatanya lihatlah, kau masih menyayangiku. Kau adalah putri kesayanganku sejak dulu sampai sekarang. Kemarilah." ucap Adrian yang kemudian membawa putrinya itu kedalam pelukannya lagi disana.
"Aku sangat senang mendengar kabar bahwa kau baik-baik saja dari Darriel saat itu. Sungguh, jika kali ini kau memutuskan untuk tetap tidak datang kemari menemui Daddymu ini, aku pasti benar-benar akan meninggal secara perlahan karena putriku sudah tidak peduli padaku lagi. Terima kasih sudah kembali, sayang. Terima kasih." ucap Adrian lagi sambil memeluk putrinya itu lebih erat disana.
Lucy tersenyum kecil dan membalas pelukan Daddynya dengan erat disana. Pelukan itu. Pelukan yang terasa asing namun mampu menenangkannya.
"Mommy !!!!!!"
Lucy terlihat melepaskan pelukannya saat suara melengking putrinya memenuhi ruangan disana.
"Jangan berlari, sayang. Nanti jatuh." ucap Lucy mengingatkan Gabi disana.
"Uncle Connor nakal. Dia terus mencubit pipiku dan mau mengambil Max ku." ucap Gabi saat sudah berada didekatnya disana, sambil memeluk erat boneka beruang kesayangannya seolah ingin melindunginya dari seseorang disana.
"Benarkah ? Kemarilah, sayang." ucap Lucy lalu membawa putrinya itu naik dan didudukkannya didekatnya disana.
Setelahnya Lucy terlihat menatap kakak-kakaknya satu persatu dan berhenti pada Connor.
"Apa ? Jangan menatapku seperti itu. Dia itu lucu sekali. Aku tidak bisa menahan diriku untuk mencubit pipinya. Gabi itu sangat mirip sekali dengan Lucy kecil. Iya, 'kan Mom ? Aku ingat sekali bagaimana dulu Lucy yang selalu memakai baju balet kemana-mana dan enggan melepasnya." ucap Connor yang kemudian Nathan juga ikut menambahkan disana.
"Iya. Saat itu dia juga suka sekali mandi diwastafel yang dijadikan sebagai bathup olehnya. Sangat sulit untuk memintanya menyudahi acara mandinya saat itu." ucap Nathan yang kemudian bertos ria bersama Connor disana.
"Apa aku juga boleh mandi diwastafel seperti Mommy ? Sepertinya menyenangkan ?" tanya Gabi membuat Lucy menghela nafas beratnya disana, membuat semua orang tertawa melihat itu.
"Jangan dengarkan Unclemu, sayang. Mereka semua berbohong. Lebih baik sekarang cium pipi Granpamu. Kau ingat apa yang pernah Mommy katakan, 'kan ?" ucap Lucy yang kemudian membuat Gabi langsung mencium pipi Adrian kanan kiri secara bergantian disana.
"Mana permennya, Granpa ?" tanya Gabi kecil setelah mencium pipi Adrian disana.
"Permen ?" tabya Adrian balik,
"Mommy bilang jika Gabi mencium pipi Granpa atau Granma dengan penuh kasih sayang, Gabi akan dapat hadiah permen yang banyak." ucap Gabi lucu membuat semua orang tersenyum disana.
"Baiklah, nanti Granpa akan berikan banyak permen untukmu, ya." ucap Adrian yang kemudian membawa Gabi untuk duduk dipangkuannya.
"Tapi kata Mommy jika banyak makan permen nanti giginya akan seperti nenek sihir. Emm.. berikan permennya pada Max saja, ya. Kau mau permen, 'kan Max ?" ucap Gabi sambil terlihat berbicara dengan bonekanya membuat semua orang tertawa bahagia disana saat melihatnya. Terutama Connor. Pria itu yang tertawa paling keras disana.
Darriel sendiri merasa senang melihat pemandangan dimana Lucy bisa tertawa lepas tanpa beban seperti itu, setelah selama ini meski ia berusaha sekeras apapun ia tidak bisa melihat tawa Lucy yang seperti itu.
'Terapi terbaik untuk penyembuhanmu adalah kembali pada keluargamu, Luc. Percayalah, luka batinmu akan menghilang tanpa meninggalkan bekas sedikitpun sebentar lagi.'
Bersambung.....
• • • • •
Ceritanya tuh, Cerita Anthony ada dibawah sini nih. Tadinya. Lha terus kok jadi 5000+ kata ? Ya udah kupotong. 😋😋😋😋
Anthonynya kukasih besok buat mrnemani kalian malem mingguan, yaaaa 😂🤣😂🤣
Comment and Vote Guys ❤
Thanks for reading
LailaLk
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top