MFG 45 - Hold On

4 tahun kemudian....

"Gabi... kau ada dimana, sayang ?" panggil seorang wanita cantik disana mencari putri kecilnya yang menjadi kekuatan hidupnya selama ini.

"Oh.. disini kau rupanya. Wah.. pintar sekali. Jadi putri Mommy ini sudah bisa menggosok giginya sendiri, sekarang ? Daddymu pasti senang mendengarnya nanti. Baiklah, setelah gosok gigi nanti, Mommy akan menemanimu tidur, okay ?" ucap wanita cantik itu pada putrinya sambil tapi lihatlah putrinya itu menjawabnya dengan gelengan keras disana.

"Kenapa ? Apa sekarang kau tidak mau tidur bersama Mommy lagi ?" tanya wanita itu sambil menunggu putri kecilnya itu selesai menggosok giginya disana.

"Aku mau menunggu, Daddy. Aku mau tidur bersama Daddy." ucap gadis kecil itu sambil menampilkan senyum lebarnya yang lucu setelah selesai menggosok giginya disana.

"Daddy masih bekerja, sayang. Mommy tidak tahu kapan dia akan pulang. Jadi, lebih baik Gabi tidur dengan Mommy dulu malam ini, ya." ucap Wanita itu mencoba membujuk putrinya disana.

"Tidak mauuuuuu." ucap gadis kecil yang dipanggil Gabi itu, kemudian terlihat berlari keluar untuk menghindari Mommynya disana.

"Gabi, sayang ! Jangan berlarian seperti itu, nanti kau bisa jatuh." ucap wanita itu yang kemudian berniat menyusul putrinya dan ia langsung saja tersenyum manis disana saat melihat putrinya itu sedang berada dipelukan siapa didepannya, sekarang.

"Apa Gabi menelfon dan memintamu pulang cepat lagi ? Maafkan dia, ya." ucap wanita itu sambil terlihat berjalan mendekati pria yang tengah menggendong putrinya disana.

"Tidak papa. Ini memang waktunya aku pulang, lagipula aku juga merindukan putri kecilku, ini. Ayo kita tidur sekarang. Tapi katakan dulu pada Daddy apa kau banyak menyusahkan Mommymu seharian ini ? Apa kau membuatnya kesal sepanjang hari ? Jika iya maka Daddy akan marah padamu, sekarang." ucap Pria itu yang membuat wanita itu yang mendengarnya terkikik geli disana.

"Tidak, Daddy. Aku bersikap baik pada Mommy hari ini. Aku bahkan membantu Mommy membuat kue. Dan lihat, aku menggosok gigiku sendiri tadi." ucap gadis kecil itu lucu sambil memperlihatkan giginya disana, membuat pria itu menatap sang wanita untuk memastikan ucapan gadis kecilnya itu.

Wanita itu mengangguk sebagai jawaban.

"Wah.. kau semakin pintar, sayang. Bagus sekali. Sekarang sebagai hadiahnya Daddy akan membacakan cerita baru untuk menemanimu tidur. Kau mau mendengarnya ?" ucap pria itu membuat gadis kecil yang berada digendongannya itu mengangguk cepat dan terlihat senang disana.

"Tentu saja. Waktunya bercerita !!!!" ucap gadis kecil itu antusias membuat wanita dan pria itu tertawa kecil bersama melihatnya.

"Tidurkan dia. Aku akan membuatkan teh hijau dulu untukmu. Apa kau sudah makan ? Mau kubuatkan makanan juga ?" ucap wanita itu terdengar perhatian disana.

"Ya, spageti terdengar enak. Sudah lama sekali aku tidak memakan spageti buatanmu." ucap pria itu dengan suara lembut yang selalu menenangkan disana.

"Baiklah. Cepatlah turun, okey." ucap wanita itu yang kemudian terlihat turun untuk memasakkan pria yang sudah menemaninya dalam mengarungi hari-hari berat dalam hidupnya selama ini.

Sementara itu setelah wanita itu pergi, terlihat sang pria berbicara dengan suara yang berbisik pelan pada putri kecilnya yang saat ini tengah berbaring santai bersamanya disana.

"Apa kau sudah memutuskan akan memberi hadiah ulang tahun apa pada Mommymu nanti, sayang ? Apa yang akan kau berikan padanya kali ini ?" tanya pria itu gadis kecil yang terlihat tengah berpikir disana.

"Aku mau mengajak Mommy piknik. Apa Daddy bisa pergi piknik bersamaku dan Mommy, besok ? Mommy selalu diam di rumah dan menemaniku bermain saja seharian. Dia pasti merasa bosan." ucap gadis kecil itu lucu dan ya, tentu saja sang pria mengiyakan permintaannya disana.

"Tentu saja bisa. Baiklah, kita akan pergi piknik besok. Ayo tos." ucap sang pria yang kemudian bertos ria bersama putrinya disana.

"Yeayyyy... pergi piknik bersama Daddy !!!" ucap gadis kecil itu senang, sambil memeluk leher Daddynya erat disana.

"Pssssstt... jangan keras-keras, sayang. Sekarang tidurlah atau Mommymu akan memarahi kita berdua nanti. Baiklah, untuk membantumu tidur, Daddy akan bercertita tentang......."

Sementara sang pria menemani gadis kecil itu tidur, sang wanita terlihat memasak dengan senang untuk pria kesayangannya itu didapur.

"Ah, aku tahu. Aku akan memberinya kue buatan putri kesayangannya itu. Dia pasti terkejut saat mengetahui bagaimana rasanya, nanti." ucap wanita itu sambil terlihat tertawa kecil membayangkan apa yang akan terjadi, nanti.

"Emm.. lezat." ucap wanita itu saat mencicipi sedikit hasil masakannya disana.

"Apa dia akan berolahraga malam lagi malam ini ? Apa perlu kubuatkan susu juga sekalian ? Entah mengapa para pria suka membuat otot mereka terlihat seperti mau meletus. Itu, 'kan menyeramkan." ucap wanita itu sambil terlihat meletakkan hasil masaknnya dengan cantik diatas piring.

Setelahnya wanita itu terlihat memberikan sentuhan akhir pada masakkannya disana dan tersenyum puas setelahnya.

Tuk

Saat merasa ada sesuatu menyentuh pundaknya, wanita itu langsung saja menolehkan wajahnya kesamping untuk melihat siapa yang sudah menjahilinya dan,

Cup

"Darriel !!! Kau selalu membuatku terkejut. Dasar kau ini !" ucap sang wanita pada pria yang tadi sudah dicium pipinya itu.

Sementara sang pria terlihat tertawa keras dan menikmati pukulan kecil wanitanya itu.

"Karena jika tidak begitu, aku tidak akan mendapatkan ciuman wanita cantik sepertimu, Luc. Apa ini makananku. Wah... pasti lezat." ucap Darriel yang dengan santai langsung mengambil piring berisi spagetinya dan membawanya ke meja makan. Tapi baru 2 langkah berjalan Darriel langsung membalikkan badannya dan,

"Oh ya, ratu Lucy yang cantik... bisakah kau buatkan aku_____"

"Aku sudah tahu. Ini, 'kan ? Jika Gabi tahu kau masih suka minum susu seperti ini, dia pasti akan menertawakanmu. Haha..." ucap Lucy yang memang suka sekali mengejek Darriel setiap waktu.

"Sudahlah. Kemarikan itu. Dan ya, jangan lupa dengan teh hijauku. Bawakan itu kemari." ucap Darriel terlihat sedikit kesal karena godaan Lucy padanya tapi percayalah, dia tidak serius.

Darriel Harrison Whitlaw. Dia adalah anak salah seorang pengusaha kaya yang terpengaruh diwilayah eropa tengah dan timur. Dia sendiri adalah seorang direktur dirumah sakit miliknya sendiri dan juga bekerja sebagai dokter anak disana. Ya, itu adalah sebagian dari hobinya. Merawat anak kecil dan membuat mereka sembuh dari sakitnya, itu adalah keahliannya.

"Ini teh hijaumu pak dokter. Kau mau kutemani atau_____"

"Tetaplah disini. Aku ingin membicarakan sesuatu yang penting denganmu. Tunggu aku selesai makan." ucap Darriel disela acara makannya.

"Ada apa ? Jangan menakutiku dengan wajah datar itu." ucap Lucy yang tentu saja merasa aneh dengan ekspresi Darriel yang tidak biasa itu.

Ya, Lucy sudah mengenal Darriel dengan baik sejak 4 tahun yang lalu. Tepatnya setelah 4 bulan ia mendapati dirinya sadar dirumah sakit di Dubai saat itu. Ia tak menyangka pria yang bahkan belum dikenalnya itu memperjuangkan hidupnya sekeras itu hingga mengupayakan perawatan terbaik untuknya sampai ke Dubai.

Ya, setelah mendengar cerita jika dirinya bisa selamat karena ditemukan kapal nelayan ditengah laut, Lucy merasa antara kesal dan bersyukur karenanya. Kesal karena meski dia hidup, bayangan bagaimana dulu dia dipukul dan disakiti masih sering menghantuinya sampai sekarang, membuatnya bahkan takut untuk hanya sekedar keluar rumah dan bertemu orang-orang. Perlu waktu 2 bulan setelah dirinya sadar dari koma, untuk menyembuhkan luka batinnya saat itu. Dan Darriel, pria itu selalu mendampinginya dan membantunya dalam proses penyembuhannya, hingga membawanya bertemu dengan psikolog terbaik saat itu.

Tapi disisi lain ia juga sangat bersyukur karena nampaknya Tuhan masih menyayanginya. Membuatnya bisa melihat bagaimana sosok cantik putrinya yang dapat lahir dengan selamat kedunia ini. Tapi, mata putrinya. Mata abu-abu milik putinya itu menurun dari seseorang dimasa lalunya, membuat Lucy bahkan sampai sekarang sama sekali tak bisa menghapus orang itu dari dalam ingatannya. Bagaimana tidak, setiap kali menatap mata putrinya, Lucy langsung teringat pada... sudahlah.

Mata abu-abu yang selalu menyesatkannya setiap kali ia menatapnya dulu, kini mata itu ada pada putrinya.

Tapi bagaimanapun, putrinya itu tetaplah miliknya. Kesayangannya didalam hidupnya. Kekuatan didalam dirinya selama ini.

"Apa kau siap mendengarnya ?" ucap Darriel saat dirinya sudah menyelesaikan makannya.

"Ya, katakan saja ada apa ?" ucap Lucy tidak sabar disana. Pasalnya Darriel itu suka sekali bercanda.

"Aku ingin membicarakan tentang Daddymu. Keadaannya dinaikkan menjadi kritis siaga 1 setelah mengalami kejang tadi pagi. Penyakitnya benar-benar sudah menggerogiti organ-organ didalam tubuhnya. Begitulah kata temanku." ucap Darriel yang tentu saja membuat Lucy langsung terdiam mendengarnya.

"Mungkin dalam setahun ini aku bisa meminta temanku disana untuk mengupayakan sebaik mungkin agar bisa merawat dan menyembuhkan Daddymu disana tapi, aku sudah mengatakan ini berkali-kali padamu, jika pasien itu sendiri sudah kehilangan semangat hidupnya, mustahil untuknya bisa kembali sembuh. Aku tidak pernah berhenti memintanya padamu dan kali ini aku akan melakukannya lagi. Kumohon kembalilah. Temui Daddymu. Setidaknya biarkan dia melihatmu sebelum dia meninggalkan dunia ini. Lupakan rasa egoismu itu sebentar saja. Ingatlah apa yang sudah dilakukan Daddymu untukmu sedari kau kecil. Bagaimana dia selalu membahagiakanmu sepanjang waktu. Dia sedang diambang kematiannya saat ini jadi kumohon, datanglah kesana dan buat dia pergi dengan tenang kealam sana. Apa kau tidak kasihan membayangkannya menahan sakit ditengah harapannya akan melihatmu kembali ?" ucap Darriel lagi yang tidak pernah bosan meski sudah berkali-kali mencoba meminta wanita itu kembali agar mau menemui keluarganya.

Lucy terdiam lama. Ya, ia sebenarnya juga ingin sekali menemui Daddynya dan juga keluarganya. Ia sangat merindukan mereka semua. Hanya saja membayangkan akan bertemu dengan pria itu lagi saat ia memutuskan kembali kesana nanti, membuat Lucy menjadi takut dan enggan pergi.

Memang sudah sejak setahun lalu Lucy mendengar kabar Daddynya jatuh sakit dan itu berkat bantuan Darriel yang mau membantunya mencari informasi tentang keluarganya disana. Dan sejak saat itu Lucy meminta Darriel untuk mengusahakan sesuatu agar Daddynya itu bisa sembuh. Tapi sepertinya memang benar perkataan pria itu tadi, Daddynya itu sudah tidak ingin disembuhkan karena rasa kehilangan yang mungkin masih mengganggu Daddynya itu hingga membuatnya kehilangan semangat hidupya, sekarang.

"Aku tidak bisa. Kau tahu benar alasannya, 'kan ? Bahkan sampai sekarang aku takut keluar dari rumah. Bagaimana mungkin aku kembali kesana ? Cukup sampai disini saja pembicaraan kita. Aku tidak mau membahasnya lagi." ucap Lucy yang kemudian berdiri dari duduknya dan berniat pergi darisana tapi,

"Kau akan menyesal saat nanti Daddymu pergi meninggalkan dunia ini dan kau sebagai putrinya bahkan tak mau menengoknya meski hanya sekali dan sebentar saja. Aku bisa mengantarmu dan kita hanya akan langsung menengoknya sebentar disana kemudian kembali kesini dihari itu juga. Aku janji semua hal yang kau takutkan itu tidak akan terjadi. Sungguh. Percayalah padaku." ucap Darriel saat berhasil mecekal pergelangan tangan Lucy disana tapi, tanpa berbicara apapun Lucy melepaskan cekalan tangannya dan pergi darisana.

Darriel menghela nafasnya lelah disana.

Ya, menurutnya wanita yang sudah dianggapnya sebagai adik kandungnya sendiri itu sangat amat keras kepala. Ia tahu benar apa alasan Lucy tidak ingin kembali ke NY karena wanita itu sudah menjelaskan semuanya padanya. Darriel sendiri juga merasa tidak tega jika sebenarnya harus memaksa Lucy untuk kembali kesana seperti ini tapi Daddynya itu membutuhkannya saat ini.

"Baiklah, aku mau kesana."

Mendengar suara Lucy dari arah belakangnya langsung membuat Darriel memutar badannya disana.

"Kau bilang apa tadi ?" tanya Darriel ingin memastikan jika yang didengarnya tadi tidak salah.

"Aku mau kembali tapi hanya 3 jam disana. Atau jika memungkinkan aku ingin kita lebih sebentar dari itu. Setelahnya aku ingin kita kembali kesini dan kau, jangan pernah minta aku kembali kesana lagi sampai kapanpun." ucap Lucy dengan ekspresi yang terlihat serius disana.

"Baiklah." ucap Darriel yang sungguh sangat bahagia karena kali ini akhirnya hati wanita kesayangannya itu luluh juga sekarang.

"Dan satu lagi. Seandainya saja kita bertemu dengannya, kau harus mengaku sebagai suamiku dan yakinkan padanya jika Gabi adalah putrimu. Kau bisa melakukannya, 'kan ?" ucap Lucy yang kali ini terdengar sedikit ragu dan takut dari nada bicaranya disana membuat Darriel langsung bangun dan menghampiri wanita itu.

"Jangan cemas dan merasa khawatir seperti itu. Gabi memang putriku dan akan selalu begitu. Berdoa saja kita tidak akan bertemu dengan pria bajingan itu lagi. Mana mungkin diantara banyaknya tempat di NY, dia akan ada dirumah sakit itu juga. Dan untuk apa ? Sudahlah, sekarang siapkan saja dirimu. Kurasa kita akan pergi lusa kesana. Semoga setelahnya kondisi Daddymu berangsur membaik, nanti. Sekarang ayo. Aku akan mengantarmu ke kamar." ucap Darriel mencoba menenangkan Lucy disana.

Lucy terlihat merangkul pinggang Darriel dan menyandarkan kepalanya dibahu pria itu seperti biasa sambil terus berjalan. Ya, siapapun yang melihat kemesraan mereka itu, pasti mengira jika keduanya adalah pasangan suami istri yang bahagia. Tapi tidak.

Keduanya selama ini hanya tinggal bersama tanpa memiliki status apapun. Keluarga Darriel juga tahu itu dan mereka tidak keberatan sama sekali. Darriel dan Lucy sendiri sepakat untuk tinggal bersama dan menjalin hubungan selayaknya kakak beradik saja selama ini. Karena keduanya masih dalam trauma yang sama yaitu, kehilangan orang yang mereka cintai. Karenanya, daripada membangun rasa cinta seperti itu, keduanya memilih membangun rasa kasih sayang layaknya kakak beradik. Saling melindungi dan saling melengkapi. Darriel juga selama ini yang menjadi sosok seorang ayah bagi Gabi. Dan itu tanpa permintaan Lucy. Darriel sendiri yang mengajukan diri. Lucy sangat berterima kasih karenanya. Berkat Darriel, Gabi tidak pernah merasa kehilangan sosok seorang ayah dalam hidupnya.

Yang Lucy tahu adalah Darriel seorang pria baik. Entah bagaimana Lucy harus membalas budi padanya, nanti.

"Tidurlah, sekarang. Kau pasti lelah menemani Gabi bermain seharian ini." ucap Darriel saat keduanya sampai didepan pintu kamar Lucy.

Lucy memeluk pria yang selalu bersikap hangat dan lembut padanya itu erat.

"Kau juga cepat tidurlah. Jangan berolahraga terlalu lama." ucap Lucy penuh perhatian disana dan,

Darriel langsung mencium puncak kepala wanita kesayangannya itu.

"Selamat malam." ucap Darriel membuat Lucy tersenyum sebelum akhirnya masuk kedalam kamarnya disana.

Darriel sendiri masih berdiri didepan pintu kamar Lucy yang sudah tertutup itu. Keputusan Lucy yang tiba-tiba mau kembali ke NY, berarti bahwa wanita itu juga siap untuk membuka kembali luka dan ingatannya akan kejadian 4 tahun lalau yang hampir merenggut nyawanya itu.

Darriel takut wanita itu akan menjadi terpuruk seperti saat itu.

'Semoga saja dia menjadi lebih kuat sekarang. Gabi. Dia tidak akan menjadi lemah lagi karena kini Gabi ada disisinya. Aku yakin itu.'

Bersambung.....

• • • • •

Apakah Lucy bakal ketemu Anthony lagi ? 😋😋

Kutantang nih. 400 vote baru akan kubuat mereka ketemu lagi ? Gimana caranya ? Vote aja dulu coba 😂🤣😂🤣😂🤣

Comment and Vote Guys ❤

Thanks for reading

LailaLk

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top